Powered By Blogger

Sabtu, 31 Desember 2022

PENILAIAN PORTOFOLIO

 A.    Pengertian Portofolio

Secara etimologi, portofolio berasal dari dua kata, yaitu port (singkatan dari report) yang berarti laporan dan folio yang berarti penuh atau lengkap. Jadi portofolio berarti laporan lengkap segala aktivitas seseorang yang dilakukannya. Secara umum portofolio merupakan kumpulan dokumen seseorang , kelompok, lembaga, organisasi, perusahaan atau sejenisnya yang bertujuan untuk mendokumentasikan perkembangan suatu proses dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Bambang Subali (2012: 53) mengemukakan bahwa “portofolio adalah kumpulan karya-karya peserta didik dalam bidang tertentu yang diorganisasikan untuk mengetahui minat, perkembangan, prestasi, dan/ atau kreativitas peserta didik dalam kurun waktu tertentu”. Zainal Arifin (2009 : 197) menyatakan bahwa “portofolio merupakan kumpulan dokumen berupa objek penilaian yang dipakai oleh seseorang, kelompok, lembaga, organisasi atau perusahaan yang bertujuan untuk mendokumentasikan atau menilai perkembangan suatu proses”.

B.  Tujuan Portofolio dan Jenis-jenis Portofolio

Portofolio dapat digunakan untuk mendokumentasikan perkembangan siswa. Karena menyadari proses belajar sangat penting untuk keberhasilan hidup, portofolio dapat digunakan oleh siswa untuk melihat kemajuan mereka sendiri terutama dalam hal perkembangan, sikap keterampilan dan ekspresinya terhadap sesuatu. Sue Clark Wortham (2005: 208) menyebutkan bahwa jenis portofolio terdiri dari portofolio kerja (working portfolio), portofolio pameran (showcase  portfolio), portofolio evaluasi (evaluative portfolio), dan archival portfolio.

a)      Portofolio kerja (working portfolio), yaitu portofolio yang berisi semua atau  hampir semua karya siswa yang sedang dalam perkembangan dan berisi hasil  usaha terbaik siswa.

b)      Portofolio pameran (showcase portfolio), yaitu portofolio yang terutama  berisi hasil akhir (seperti makalah, laporan proyek, dan contoh-contoh dari  upaya terbaik) yang merefleksikan usaha terbaik siswa.

c)      Portofolio evaluasi (evaluative portfolio), yaitu portofolio yang berisi semua  hasil catatan yang diperlukan oleh guru untuk mengevaluasi siswa berupa  kumpulan hasil evaluasi formatif dan sumatif.

d)      Archival Portofolio, yaitu kumpulan rekam jejak hasil karya dan kemampuan

anak per semester atau tahun.

e)      Portofolio dokumentasi adalah koleksi hasil kerja siswa yang khusus digunakan untuk penilaian.

f)        Portofolio pertunjukkan (show fortfolio) digunakan untuk memilih hal-hal yang paling baik yang menunjukan bahan/pekerjaan terbaik yang dihasilkan oleh siswa.

C.  Kerakteristik Penilaian Portofolio

Melalui portofolio guru dapat mengetahui perkembangan peserta didik dari waktu ke waktu berdasarkan kumpulan hasil karya sebagai bukti dari suatu kegiatan pembelajaran. Portofolio dianggap tepat digunakan sebagai alat penilaian dalam kegiatan pembelajaran. Penilaian portofolio berbeda dengan jenis penilaian yang lain. Penilaian portofolio merupakan suatu model penilaian yang bertujuan untuk mengukur kemampuan peserta didik dalam merefleksi suatu tugas atau karya melalui pengumpulan bahan-bahan yang relevan dengan tujuan yang dibangun oleh peserta didik yang kemudian dinilai atau dikomentari oleh guru dalam periode tertentu.

Penilaian portofolio merupakan penilaian kinerja peserta didik.  Zainal Arifin (2009: 198) menyatakan bahwa keunggulan penilaian portofolio adalah memberikan kesempatan pada peserta didik untuk terlibat secara aktif dan peserta didik dapat melihat sejauh mana perkembangan kemampuan yang diperolehnya. Selain itu, penilaian portofolio juga sangat bermanfaat bagi guru untuk menilai kebutuhan (need), minat (interest), kemampuan akademik (abilities), dan karakteristik peserta didik secara perorangan. Portofolio sebagai cara penilaian harus mengacu kepada hal-hal berikut :

1)      Portofolio berisi karya yang dimiliki peserta didik itu sendiri,

2)      Menetapkan contoh kerja yang akan  dikumpulkan,

3)      Mengumpulkan dan menceritakan hasil karya,

4)      Memilih kriteria untuk menilai portofolio hasil karya,

5)      Mengajak anak untuk menilai secara berkelanjutan hasil portofolio mereka sendiri,

6)      Melibatkan orang tua dalam proses penilaian.

Berdasarkan dengan karakteristik penilaian portofolio yang telah dikemukakan dapat disimpulkan bahwa penilaian portofolio memiliki karakteristik, seperti: Memberikan siswa kesempatan menilai dirinya sendiri; adanya berkas hasil kerja siswa; Penilaian dilakukan terus menerus sesuai rentang waktu yang diberikan; Sebagai alat komunikasi antara guru, siswa dan pihak terkait.

D.      Identifikasi Komponen portofolio

Komponen penilaian portofolio meliputi:

1.     Catatan guru,

2.     Hasil pekerjaan peserta didik, dan

3.     Profil perkembangan peserta didik. Hasil catatan guru mampu memberi penilaian terhadap sikap peserta didik dalam melakukan kegiatan portofolio.

Hasil pekerjaan peserta didik mampu memberi skor berdasarkan kriteria

1)      Rangkuman isi portofolio,

2)      Dokumentasi/data dalam folder,

3)      Perkembangan dokumen,

4)      Ringkasan setiap dokumen,

5)      Presentasi dan

6)      Penampilan.

Hasil profil perkembangan peserta didik mampu memberi skor berdasarkan gambaran perkembangan pencapaian kompetensi peserta didik pada selang waktu tertentu. Ketiga komponen ini dijadikan suatu informasi tentang tingkat kemajuan atau penguasaan kompetensi peserta didik sebagai hasil dari proses pembelajaran. Berdasarkan ketiga komponen penilaian tersebut, guru menilai peserta didik dengan menggunakan acuan patokan kriteria yang artinya apakah peserta didik telah mencapai kompetensi yang diharapkan dalam bentuk persentase (%) pencapaian atau dengan menggunakan skala 0-10 atau 0-100.

Penskoran dilakukan berdasarkan kegiatan unjuk kerja, dengan rambu-rambu atau kriteria penskoran portofolio yang telah ditetapkan. Skor pencapaian peserta didik dapat diubah ke dalam skor yang berskala 0-10 atau 0-100 dengan patokan jumlah skor pencapaian dibagi skor maksimum yang dapat dicapai, di kali dengan 10 atau 100. Dengan demikian akan diperoleh skor peserta didik berdasarkan portofolio masing-masing.

E.   Mengoleksi dan Mengatur kerja Portofolio

Penilaian portofolio adalah upaya untuk mengumpulkan/mengoleksi pekerjaan/tugas tugas/karya siswa selama waktu tertentu. Isi Portofolio:

Ø  Fokus pada hasil-hasil belajar siswa, termasuk kekurangan dan kelemahan siswa dalam menyelesaikan tugas-tugas belajarnya.

Ø  Berupa hasil belajar yang terbaik. Yang sedang diperbaiki/dikembangkan dan yang sangat penting.

Menurut Anthoni J. Nitko (1996), ada enam tahap untuk menggunakan sebuah sistem portofolio (six steps for crafting a portfolio system) yaitu :

1.      Menentukan tujuan dan fokus portofolio.

2.      Menentukan isi portofolio.

3.      Mengembangkan kriteria penilaian.

4.      Menyusun format penilaian.

5.      Mengidentifikasi pengorganisasian portofolio.

6.      Menggunakan portofolio dalam praktik.

7.      Menilai pelaksanaan portofolio.

8.      Menilai portofolio secara umum.

Sementara itu, Sumarna S. & M.Hatta (2004) mengemukakan langkah-langkah sebagai berikut : “menentukan tujuan portofolio, menentukan isi portofolio, menentukan kriteria penilaian, menentukan format penilaian,  melakukan pengamatan dan penilaian, mengoleksi semua evidence, seleksi,  refleksi, pertemuan, sumber dan pengorganisasian, koneksi”.

Mengidentifikasikan Metode Hasil Karya

 A.  Pengertian

       Hasil karya adalah hasil kerja anak didik setelah melakukan suatu kegiatan dapat berupa pekerjaan tangan, karya seni atau tampilan anak. Misalnya: gambar, lukisan, melipat, kolase, hasil guntingan, tulisan/coretan-coretan, hasil roncean, bangunan balok, tari, dll.

Hasil karya mereka dipajang sebagai kenang-kenangan dan bukti peningkatan kreativitas anak. Adapun hasil karya yang dihasilkan anak-anak dapat dijadikan sebuah boneka yang lucu dan uni yang nantinya dapat dipergunakan sebagai alat permainan mendongeng.

 Rambu-rambu membuat Catatan Hasil Karya Anak.

1) Tuliskan nama, tanggal hasil karya tersebut dibuat. Data ini diperlukan untuk melihat perkembangan hasil karya yang dibuat anak di waktu sebelumnya.

 2) Perhatikan apa yang sudah dibuat oleh anak (looking) dengan teliti. Semakin guru melihat dengan rinci maka akan lebih banyak informasi yang didapatkan guru dari hasil karya anak tersebut.

3) Tanyakan kepada anak apa yang terlihat oleh guru, tidak menggunakan pikiran atau kesimpulan guru. Misalnya Difa membuat gambar banyak kepala dengan berbagai warna. Maka yang dikatakan guru adalah: ”ada banyak gambar yang sudah kamu buat, bisa diceritakan gambar apa saja?, warna apa saja yang kamu pakai?” dst. 4) Tuliskan semua yang dikatakan oleh anak untuk mengkonfirmasi hasil karya yang dibuatnya agar tidak salah saat guru membuat interpretasi karya tersebut.

5) Dari hasil catatan guru akan nampak Kompetensi Dasar apa saja yang muncul dari hasil karya anak tersebut.

CONYOH HASIL KARYA ANAK:

 

KUMPULAN HASIL KARYA

BULAN APRIL 2020

 

 

 

 

Nama Anak : Difa                                                             14 April 2020

Hasil Karya Anak

Hasil Pengamatan

Indikator-KD

-Huruf-huruf belum terangai

-Gambar kepala, tangan dan kaki tanpa badan

-Warna biru, hijau, dan merah

-Gambar mama, papa, anak, dan adik (berdasarkan cerita anak)

-Beberapa bentuk lingkaran dan garis

-Menjawab pertanyaan dengan tepat

-Aku mau main yang lainnya (ketika ditanyakan mau bermain apa lagi).

-Menuliskan huruf-huruf

-Mengenalkan anggota tubuh dan koor-dinasi tangan mata

-Mengenal dan membedakan warna

-Mengenal ling-kungan sosial (anggota keluarga)

-Menunjukkan kemampuan bahasa resetif

-Perilaku percaya diri

-Perilaku mandiri

 

 

B.  Tujuan Hasil Karya

a. Mampu memfungsikan otot-otot kecil seperti gerak jari tangan.

b. Mampu mengkoordinasi kecepatan tangan dengan mata

c. Mampu mengendalikan emosi.

7 Tujuan pengembangan motorik halus untuk anak usia dini adalah :

 a. Sebagai alat untuk pengembangan keterampilan gerak kedua tangan.

 b. Anak dapat menciptakan suatu hasil karya yang orisinil dari anak tersebut.

 c. Sebagai alat untuk pengembangan koordinasi kecepatan tangan dan kecepatan mata. Untuk menyeimbangkan penglihatan pada saat seorang guru menggunakan metode demontrasi dalam pengembangan motorik halus anak.

 d. Sebagai alat untuk melatih penguasaan emosi anak.

 e. Karena dalam membuat hasil karya untuk anak usia dini sangan menguras    emosi anak karena pada dasarnya egosentrisnya sangat tinggi.

Kreativitas seni bertujuan untuk mengembangkan daya kreativitas anak. ini dimulai dari guru yang berpotensi dalam pengembangan seni. Ketika guru menyalurkan bakat potensinya di bidang seni, maka tidak perlu diragunakan lagi, jikalah anak semangat dan meniru kreativitas guru (Huliyah, 2016).

   

C.  Jenis – Jenis Hasil Karya

Jenis karya seni rupa antara lain :

1.         Menggambar, 2. Melukis, 3. Membentuk (membutsir, memahat, mencor, merakit,) 4. Mencetak, 5. Menjiplak 6. Kolase 7. Menggunting, 8. Menempel 9. Melipat, 10. Mewarnai.

 

D.  Teknik Penilaian Hasil Karya

Menurut suyanto (2005), penilaian pada anak usia dini menggunakan penilaian autentik dengan berbagai kegiatan secara nyata, fungsional dan alami. Penilaian autentik merupakan bagian dari penilaian berbasis kelas. Penilaian autentik (atuthentic assessment) ramai dibicarakan sejak diberlakukannya Kurikulum 2013 yang menekankan bahwa penilaian pembelajaran anak usia dini harus dilaksanakan melalui pendekatan autentik.

Mulyasa (2013) menyatakan bahwa penilaian autentik pada kurikulum 2013 berfokus pada pengetahuan melalui penilaian output menjadi berbasis kemampuan melalui penilaian proses, portofolio dan penilaian output secara utuh dan menyeluruh.

Menurut Nurhadi (2004) penilaian autentik merupakan proses pengumpulan informasi oleh guru tentang perkembangan dan pencapaian pembelajaran yang telah dilaksanakan oleh peserta didik melalui berbagai teknik yang mampu mengungkapkan, membuktikan dan menunjukkan secara nyata bahwa tujuan pembelajaran telah benar-benar dikuasai dan dicapai. Pada penilian autentik terdapat beberapa teknik penilaian yang dapat digunakan, yaitu: penilaian keterampilan, penilaian produk/ hasil karya, penilaian proyek, penilaian portofolio, penilaian diri, penilaian teman sejawat, ujian tertulis, dan observasi. Karakteristik penelitian autentik antara lain: melibatkan pengalaman nyata, dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung, mencakup penilaian pribadi dan refleksi, berkesinambungan, terintegrasi, dapat digunakan sebagai umpan balik.

Berdasarkan beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa penilaian pembelajaran pada anak usia dini di PAUD (TK/RA) menggunakan penilaian autentik. Penilaian autentik yang merupakan bagian dari penilaian berbasis kelas merupakan suatu proses pengumpulan informasi yang dilakukan oleh guru untuk mengetahui perkembangan dan pencapaian peserta didik melalui berbagai teknik secara nyata.

 

DAFTAR PUSTAKA 

Mutiah, D. (2010). Psikologi Bermain Anak Usia Dini. Prenada Media Group.

Sit, M. (2016). Pengembangan Kreativitas Anak Usia Dini (Teori Dan Praktik. Perdana Publishing.

Anhusadar, L. O., Tarbiyah, F., & Iain, K. (2016). Jurnal Al-Ta’dib. 9(1), 76–93.

James C. Kaufman. (2006). Creativity and Reason in Cognitive Development. Cambridge Univercity Press.

Zahro, I, F. (2015) Penilaian dalam Pembelajaran Anak Usia Dini. Jurnal Tunas Siliwangi, 1(1). 92-111.

Sumantri, MS. 2010. Model Pengembangan Keterampilan Motorik Anak Usia Dini. Jakarta : Depdiknas, Dirjen Dikti.

Nuraida, Nia. 2012. Meningkatkan Keterampilan Motorik Halus melalui Metode Demonstrasi di TK Islam Terpadu At-Taqwa.

Suyanto, S. (2005). Konsep dasar pendidikan anak usia dini. Jakarta: Depdiknas Dirjen Dikti P2TK dan KPT.

Mulyasa. (2013). Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Nurhadi. (2004). Kurikulum 2004: Pertanyaan dan Jawaban. Jakarta: Grasindo. 

METODE UNJUK KERJA

 A.    Pengertian Unjuk Kerja

Perkembangan anak usia dini dapat dipantau melalui beberapa cara penilaian, salah satunya yaitu menilai unjuk kerja anak. Penilaian unjuk kerja adalah penilaian berdasarkan hasil pengamatan terhadap aktivitas siswa. Seperti pembacaan puisi, diskusi, pemecahan masalah, partisipasi siswa, menari, memainkan alat musik, aktivitas fisik, mengoperasikan suatu alat. Penilaian unjuk kerja dilakukan berdasarkan tugas anak didik dalam melakukan perbuatan yang dapat diamati, misalnya berdoa, bernyanyi, dan berolahraga.[1] Permendikbud RI No 66 tahun 2013 tentang standar penilaian pendidikan menerangkan bahwa penilaian hasil belajar peserta didik mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dilakukan secara berimbang sehingga dapat digunakan untuk menentukan posisi relatif setiap peserta didik terhadap standar yang telah ditetapkan. Unjuk kerja merupakan salah satu contoh dari penilaian kinerja peserta didik. Penilaian unjuk kerja adalah proses pengumpulan data dengan cara pengamatan yang sistematik untuk membuat keputusan secara individu. Penilaian unjuk kerja dalam dunia pendidikan sudah banyak digunakan terutama untuk bidang studi teknologi, ilmu-ilmu alam, matematika, ekonomi, dan bahasa. Melalui penilaian ini akan diperoleh informasi tentang apa yang sudah dicapai dan yang belum dicapai.

Penilaian unjuk kerja merupakan penilaian yang dilakukan dengan mengamati kegiatan siswa dalam melakukan sesuatu. Objek penilaian kinerja adalah tercapainya kompetensi belajar siswa yang mampu menunjukkan unjuk kerja (performance) tertentu yang dapat diamati, spesifik, dan terukur. Penilaian unjuk kerja tidak dilakukan dengan tes tertulis atau wawancara, melainkan dengan mengamati perilaku secara langsung yang mempresentasikan unjuk kerja tersebut. Secara garis besar penilaian pembelajaran yang mencakup penilaian unjuk kerja dapat dilakukan terhadap dua hal, yaitu : (1) proses pelaksanaan pekerjaan, yang mencakup : langkah kerja dan aspek personal; dan (2) produk atau hasil pekerjaan. Aspek panilaian dalam unjuk kerja pada presentasi tugas berupa proses pelaksanaan unjuk kerja presentasi dan hasil media yang mereka buat dan mereka gunakan.[2]

B.     Tujuan Penilaian Unjuk Kerja

Penilaian yang dilakukan terhadap siswa mempunyai tujuan antara lain :

a.       Mengetahui tingkat pencapaian kompetensi siswa.

b.      Mengukur pertumbuhan dan perkembangan kemajuan siswa.

c.       Mendiagnosis kesulitan belajar siswa.

d.      Mengetahui hasil pembelajaran.

e.       Mengetahui pencapaian kurikulum.

f.        Men dorong siswa belajar.

g.      Umpan balik untuk guru supaya dapat mengajar lebih baik.

 

C.     Teknik Unjuk Kerja

Teknik penilaian ini dapat dimanfaatkan untuk mengukur kemampuan anak membaca, kegiatan olahraga, praktikum. Selain itu, penilaian unjuk kerja juga dapat menilai keterampilan mental. Penilaian unjuk kerja merupakan bentuk penilaian yang meminta siswa untuk mendemonstrasikan dan mengaplikasikan pengetahuan, keterampilan, dan kelakuan ke dalam berbagai tugas dengan kriteria yang diinginkan. Terdapat dua karakteristik dalam penilaian kinerja anak, yaitu kemampuan anak dalam mendemonstrasikan serta lebih mengutamakan produk daripada proses. Berikut dipaparkan beberapa kegunaan teknik penilaian unjuk kerja:

a.       Mampu meramalkan kemampuan siswa dalam melaksanakan keterampilan tertentu.

b.      Sebagai alat untuk mendiagnosis kesulitan-kesulitan siswa dalam melaksanakan tugas.

c.       Sebagai kriteria untuk menilai kemajuan siswa.

d.      Menilai keterampilan dan kualitas produk yang dihasilkan siswa.

Untuk mengamati unjuk kerja peserta didik dapat menggunakan alat atau instrumen berikut:

a.  Daftar Cek (Check-list)

Penilaian unjuk kerja dapat dilakukan dengan menggunakan daftar cek (baik-tidak baik). Dengan menggunakan daftar cek, peserta didik mendapat nilai bila kriteria penguasaan kompetensi tertentu dapat diamati oleh penilai.  Jika tidak dapat diamati, peserta didik tidak memperoleh nilai. Kelemahan cara ini adalah penilai hanya mempunyai dua pilihan mutlak, misalnya benar-salah, dapat diamati-tidak dapat diamati, baik-tidak baik. Dengan demikian tidak terdapat nilai tengah, namun daftar cek lebih praktis digunakan mengamati subjek dalam jumlah besar.

Contoh  Check list

Format Penilaian Pidato Bahasa Inggris

Nama peserta didik: ________                       Kelas: _____

No.

Aspek Yang Dinilai

Baik

Tidak baik

1.

Organization ( Introduction, body, conclusion)

2.

Content ( depth of knowledge, logic)

3.

Fluency

4.

Language:

pronunciation

grammar

vocabulary

5.

Performance ( eye contact, facial expression, gesture)

Skor yang dicapai

Skor maksimum

7

 

Keterangan

Baik mendapat skor 1

Tidak baik mendapat skor 0

b.  Skala Penilaian (Rating Scale)

               Penilaian unjuk kerja yang menggunakan skala penilaian memungkinkan penilai memberi nilai tengah terhadap penguasaan kompetensi tertentu, karena pemberian nilai secara kontinum di mana pilihan kategori nilai lebih dari dua. Skala penilaian terentang dari tidak sempurna sampai sangat sempurna. Misalnya: 1 = tidak kompeten,  2 = cukup kompeten, 3 = kompeten dan 4 = sangat kompeten. Untuk memperkecil faktor subjektivitas, perlu dilakukan penilaian oleh lebih dari satu orang, agar hasil penilaian lebih akurat.

Contoh  Rating Scale

Format Penilaian Pidato Bahasa Inggris

Nama Siswa: ________                      Kelas: _____

No

Aspek Yang Dinilai

Nilai

1

2

3

4

1.

Organization ( Introduction, body, conclusion)

2.

Content ( depth of knowledge, logic)

3.

Fluency

4.

Language:

pronunciation

grammar

vocabulary

5.

Performance ( eye contact, facial expression,  gesture)

Jumlah

Skor Maksimum

28

 

Keterangan penilaian:

1 = tidak kompeten

2 = cukup kompeten

3 = kompeten

4 = sangat kompeten

kriteria penilaian dapat dilakukan sebagai berikut

1)      Jika seorang siswa memperoleh skor 26-28 dapat ditetapkan sangat kompeten

2)      Jika seorang siswa memperoleh skor 21-25 dapat ditetapkan kompeten

3)      Jika seorang siswa memperoleh skor 16-20 dapat ditetapkan cukup kompeten

4)      Jika seorang siswa memperoleh skor  0-15 dapat ditetapkan tidak kompeten

 

Selain beberapa kegunaan di atas, teknik penilaian unjuk kerja juga tidak luput dari beberapa kelemahan. Adapun kelemahan teknik unjuk kerja yaitu membutuhkan waktu yang lama untuk membuat format penilaian dan melaksanakannya, serta rentan terhadap subyektivitas Penilaian ini memiliki beberapa ciri khas yang membedakan dengan teknik penilaian yang lain. Menyatakan bahwa format penilaian unjuk kerja mengikuti guru, skoring diarahkan pada pola pikir dan belajar siswa yang tampak. Adapun karakteristik penilaian unjuk kerja antara lain:

a.       Menuntut siswa untuk berpikir pada tingkat yang lebih tinggi. Karena penilaian unjuk kerja menekankan supaya siswa dapat melakukan tugas di kehidupan nyata.

b.      Memberikan tugas yang bermakna. Sehingga memudahkan anak untuk mengkonstruksi pengetahuannya sendiri.

c.       Proses pembuatan dan hasil kerja merupakan tumpuan penilaian.

d.      Mengutamakan kedalaman penguasaan materi, bukan keluasan.[3]

 

D.    Kelebihan dan kekurangan penilaian unjuk kerja

Beberapa kelebihan dari penilaian unjuk kerja adalah:

1.      Dapat menilai kompetensi yang berupa keterampilan (skill)

2.      Dapat digunakan untuk mecocokan kesesuaian antara pengetahuan mengenai teori dan keterampilan di dalam praktik, sehingga informasi penilaian menjadi lengkap

3.      Dalam pelaksanaan tidak ada peluang peserta didik untuk mencontek

4.      Guru dapat mengenal lebih dalam lagi masing-masing karakteristik peserta didik.

5.      Memotivasi peserta didik untuk aktif.

6.      Memepermudah peserta didik untuk memahami sebuah konsep yang abstrak ke konkret.

7.      Kemampuan peserta didik dapat dioptimalkan.

8.      Melatih keberanian peserta didik dapat dioptimalkan.

9.      Melatih keberanian peserta didik dalam mempermudah penggalian ide-ide.

10.  Mampu menilai kemampuan dan keterampilan kinerja siswa dalam menggunakan alat dan sebagainya.

Sedangkan kelemahan dari penilaian unjuk kerja adalah:

1.      Tidak semua materi pelajaran dapat dilakukan materi penilaian ini.

2.      Nilai bergantung pada hasil kerja.

3.      Jika jumlah peserta didiknya banyak guru kesulitan untuk melakukan penilaian ini.

4.      Waktu terbatas untuk melakukan penilaian seluruh peserta didik.

5.      Peserta didik yag kurang mampu akan merasa minder.

6.      Karena peserta didik terlalu banyak sehingga sulit untuk melakukan pengawasan.

7.      Memerlukan sarana dan prasarana yang lengkap.

8.      Memakan waktu yang lama, biaya yang besar, membosankan.

9.      Harus dilakukan secara penuh dan lengkap.

10.  Keterampilan yang dinilai melalui tes perbuatan mungkin sekali belum sebanding mutunya dengan keterampilan yang dituntut oleh dunia kerja, karena kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi selalu lebih cepat dari pada apa yang didapatkan di sekolah.

 

 

 

 

HASIL ANALISIS

Umur siswanya rata-rata 6 tahun. Anak-anak di TK Pratiwi kesehatan dan kebersihan disana sangat baik sehingga jarang sekali ada yg sakit, apalagi sakit di saat sekolah berlangsung tidak pernah sama sekali. Anak-anak di sekolah tersebut sangat fresh semua tidak ada keluhan apapun dalam kesehatannya. Jadi, anak-anak di TK PERTIWI kesehatan sangat baik.

Anak-anak juga aktif dalam belajar karena tidak ada keluhan penyakit apa pun anak aman, guru tenang, org tua pun senang.

Mengapa anaknya sehat karena makanan di sekolahnya yang bergizi semua tidak makan sembarangan seperti di warung-warung yang termaksud belum tau kita sehat atau tidaknya makanan tersebut.

Di TK Pratiwi tersebut sangat menjaga Kesehatan dan kebersihan anak, apalagi dalam keadaan pandemic covid 19 ini orang tua ataupun guru sangat memperhatikan sekali kesehatan dan kebersihan anak-anak.

Jadi, disekolah TK PERTIWI tersebut tidak ada permasalahan sama sekali dalam Kesehatan dan kebersihan di sana karena sudah terjaga.

 

FORMAT UNJUK KERJA ANAK DIDIK TK PERTIWI

 

Nama : Dani                                                                                        Kelompok: B

Alamat : Jl.M.Ali Bahruddin,Kecamatan Pantai Luci,Kab.Sukamara,Desa Sei Pasir

No

Hari/Tanggal

Umur

Kegiatan Pembelajaran

Aspek yang Diamati

Hasil Pengamatan

1.

Senin,

25 April 2021

4 Tahun

-          Mencuci Tangan sebelum & sesudah makan

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

-          Bermain

-          Cara mencuci tangan :

*Penggunaan air

*Penggunaan Lap tangan

 

 

 

 

 

 

 

-          Kebersihan

 

 

 

 

 

-          Mengikuti Aturan permainan

-          Kerja sama

Dapat Mencuci Tangan Dengan Baik.

 

Sudah Bisa Menggunakan Air Dengan Baik Tidak Membuang Air Namun Juga Perlu Pengawasan Dari Guru/ orang tua.

 

Penggunaan Lap Tangan Anak Masih Suka Rebutan Dengan Teman Sebayanya.

 

 

 

80% Anak Mengikuti Permainan Dan 20% Anak Yg Tidak Mengikuti Permainan.

 

Untuk Kerja Sama Cukup Bagus.

 

 



[1] Wahyu Purwasih, “Teknik Penilaian Unjuk Kerja dan Catatan Anekdot Sebagai Upaya Pemantauan Perkembangan Anak di PAUD Aisyiyah Cabanga Kartasura Sukaharjo Jawa Tengah” , Jurnal Warna , Vol. 2, No. 4. 2018, hal. 78.

[2] Rizkika Sasi Sauma, Skripsi: “Pengembangan Instrumen Penilaian Unjuk Kerja Pada Presentasi Tugas dengan Teknik Peer assessment siswa Kelas  SMAN 1 Purbalingga(Semarang: UNNES, 2016), hal. 18

[3]Wahyu Purwasih, Op. Cit., 79