Powered By Blogger

Jumat, 23 Desember 2022

Kecerdasan Visual-Spasial pada AUD

 A.    Pengertian Kecerdasan Visual – Spasialis pada AUD

Kecerdasan visual spasial merupakan salah satu kecerdasan yang perlu distimulasi dan dikembangkan. Anak yang mempunyai cerdas visual spasial memiliki kemampuan untuk menciptakan imajinasi atau menciptakan bentuk-bentuk tiga dimensi. Kecerdasan visual spasial adalah kapasitas untuk mengenali dan melakukan penggambaran atas objek atau pola yang diterima otak. Kecerdasan visual spasial merupakan kemampuan membentuk sebuah model secara mental tentang dunia spasial dan dapat memanuver serta mengoperasikan model tersebut. Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa kecerdasan visual spasial berkaitan dengan kemampuan membentuk suatu model dalam pikiran tentang spasial dan kemampuan menggunakan model tersebut di dunia nyata. Kecerdasan visual spasial pada seseorang meliputi kemampuan untuk melihat dengan tepat gambaran visual di sekitarnya dan memperhatikan rincian kecil yang kebanyakan orang lain tidak memperhatikannya. Hal tersebut menunjukkan bahwa orang yang memiliki kecerdasan visual spasial memiliki persepsi yang besar. Kemampuan ini memungkinkan untuk mempresentasikan gambaran visual spasial secara detail dan apa yang dipikirkan dapat dibayangkan dalam bentuk penggambaran dalam benak pikirannya kemudian dituangkan dalam bentuk visual.(ROSIDAH 2014)

Menurut Armstrong bahwa kecerdasan visual spasial merupakan kemampuan untuk memahami dunia visual spasial secara akurat dan melakukan perubahan-perubahan pada persepsi tersebut. Kecerdasan ini melibatkan kepekaan terhadap warna, garis, bentuk, ruang, dan hubungan-hubungan yang ada diantara unsur- unsur ini. Hal ini mencakup kemampuan untuk memvisualisasikan, mewakili ide-ide visual atau spasial secara grafis dan mengorientasikan diri secara tepat kecerdasan yang diungkapkan oleh Gardner bisa saja dimiliki oleh individu, hanya saja dalam taraf yang berbeda. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kecerdasan bukanlah sesuatu yang bersifat kebendaan, melainkan suatu fiksi ilmiah untuk mendeskripsikan perilaku individu yang berkaitan dengan kemampuan intelektual. Kecerdasan merupakan kemampuan untuk mengerti ide yang kompleks, mampu beradaptasi dengan efektif terhadap lingkungannya, mampu belajar dari pengalaman, mampu melaksanakan tugas dalam berbagai macam situasi, mampu mengatasi hambatan dengan menggunakan pikirannya. (oktavia 2014)

Dapat disimpulkan pula kecerdasan visual-spasial adalah kemampuan untuk menangkap dunia visual secara tepat, mencakup berfikir dalam gambar, serta kemampuan untuk menyerap, mengubah, dan menciptakan kembali berbagai macam aspek dunia visual spasial seperti gambar, angka, warna, dan garis, serta kemampuan untuk mengamati dan memahami bentuk tiga dimensi. Dimana kemamoupuan tersebut dapat membantu anak dalam proses belajar mengajar serta mengenali lingkungan sekitarnya. Misalnya kemampuan hubungan keruangan merupakan bagian yang sangat penting dalam belajar matematika, demikian juga kemampuan membedakan huruf dan kata secara visual merupakan bagian yang esensial dalam belajar membaca (Fadhli 2016).

B.     Ciri-ciri Kecerdasan Visual- Spasialis AUD

Ciri-ciri  kecerdasan visual spasial yang berkembang baik adalah:

1.      Belajar dengan cara melihat dan mengamati. Mengenali wajah,  objek, bentuk dan warna.

2.      Mampu mengenali suatu lokasi dan mencari jalan keluar

3.      Mengamati dan membentuk gambaran mental, berfikir dengan  menggunakan gambar. Menggunakan bantuan gambar untuk  membantu proses mengingat. 

4.      Senang belajar dengan grafik, peta, diagram, atau alat bantu  visual 

5.      Suka mencoret-coret, menggambar, melukis, dan membuat patung.

6.      Suka menyusun dan membangun permainan tiga dimensi.

7.      Mampu secara mental mengubah bentuk suatu objek. 

8.      Mempunyai kemampuan imajinasi yang baik (oktavia 2014).

C.    Gaya Belajar Anak yang Memiliki Kecerdasan Visual- Spasialis

Gaya Belajar Visual (Visual Learners) menitikberatkan pada ketajaman penglihatan. Artinya, bukti-bukti konkret harus diperlihatkan terlebih dahulu agar mereka paham. Gaya belajar seperti ini mengandalkan penglihatan atau melihat dulu buktinya untuk kemudian bisa mempercayainya. Ada beberapa karakteristik yang khas bagai orang-orang yang menyukai gaya belajar visual ini. Pertama adalah kebutuhan melihat sesuatu (informasi/pelajaran) secara visual untuk mengetahuinya atau  memahaminya,  kedua memiliki kepekaan yang kuat terhadap warna, ketiga memiliki pemahaman yang cukup terhadap masalah artistik, keempat memiliki kesulitan dalam berdialog secara langsung, kelima terlalu reaktif terhadap suara, keenam sulit mengikuti anjuran secara lisan, ketujuh seringkali salah menginterpretasikan kata atau ucapan.

D.    Metode – metode Pembelajaran bagi Kecerdasan Visual – Spasialis

1.      Menggambarkan materi dalam bentuk rumus atau symbol-simbol visual lainnya di dalam benak peserta didik. Peserta didik dibimbing untuk membuat semacam papan tulis di dalam pikiran guna menempatkan gambaran rumus tersebut. Saat akan mengingat materi atau rumus, peserta didik diminta memejamkan mata dan berimajinasi melihat gambarannya dalam papan tulis pikiran.

2.      Menggunakan aneka warna untuk menegaskan konsep yang dianggap penting. Penggunaan warna dapat diatasi dengan kapur tulis warna, spidol warna, dan kertas warna. Jika tidak tersedia, peserta didik dapat diminta untuk membayangkan warna yang disukai saat mengingat konsep tersebut.

3.      Membuat asosiasi materi dengan gambar-gambar yang menarik. Pertama, pendidik menjelaskan materi secara utuh. Selanjutnya, sebagai penegasan, pendidik membuat gambar lain sebagai bahan asosiasi. Misalnya, materi tentang kemerdekaan Indonesia yang diasosiasikan dengan gambar daur hidup kupu-kupu. Peserta didik diminta mengasosiasikan masa sebelum kemerdekaan dengan gambar ulat, detik-detik menjelang kemerdekaan dengan gambar kepompong, dan masa setelah kemerdekaan dengan gambar kupu-kupu.

4.      Membuat sketsa gagasan atau peta konsep untuk menggambarkan poin penting suatu materi.

5.      Penggunaan simbol-simbol grafis dalam penjelasan konsep di papan tulis. Misalnya, pada materi struktur batang pohon, pendidik menggambar sebuah batang pohon dan menjelaskan bagian-bagiannya dengan simbol anak panah.

E.     Permainan bagi Kecerdasan Visual – Spasialis

Kecerdasan visual-spasial anak dapat dikembangkan dengan bermain. Menurut para ahli bermain bagi anak-anak bukan sekedar bermain, tetapi bermain merupakan salah satu bagian dari proses pembelajaran. Dalam bermain itu anak dapat menerima banyak rangsangan selain dapat membuat dirinya senang juga dapat menambah pengetahuan anak. Adapun permainan-permainan yang cocok untuk dimanikan oleh anak yang mempunyai kecerdasan visual-spasialis yaitu :

1.      Building Block

Block adalah alat yang bermanfaat untuk mengajarkan anak tentang konsep ukuran, bentuk, dan warna. balok merupakan potongan kayu yang memiliki berbagai bentuk. Umumnya berbentuk segi empat atau kubus, balok, apapun jenisnya digunakan anak membuat bentuk konstruksi atau bagunan. Building adalah kegiatan konstruksional proses membangun, melalui permainan konstruksional anak-anak dapat mengembangkan ekspresi kreatif, belajar kognitif, keterampilan kognitif, keterampilan manipulatif, imajinasi dan aspek dramatis. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa bermain building block adalah permainan konstruksional dimana anak dapat membuat keterampilan dan mengembangkan imajinasi kreatifnya dalam membuat/merancang sebuah bangunan dari berbagai bentuk balokbalok potongan kayu tersebut. Tahapan- tahapan bermain building block yaitu :

Tahap 1:  Membawa balok (bermain fungsional). Pada tahap ini anak yang belum pernah bermain balok sebelumya anak akan membawa balok tersebut kedalam truk, pada saat ini anak akan tertarik untuk mempelajari tentang balok-balok, dengan mengalami hal-hal tersebut, anak mulai belajar tentang balok-balok yang dapat digunakannya dan memiliki pemahaman tentang apa yang dapat dan apa yang tidak dapat ia lakukan dengan balok.

Tahap 2 : Numpuk balok dan meletakan nya di lantai. Pada tahap ini anak menumpuk atau meletakan balok dilantai, pada tahapan ini anak menemukan bagaimana caranya membuat menara dengan menumpuk balok dan bagaimana kelihatannya jika diletakan di lantai dan juga pada tahap ini anak mulai menerapkan khayalan dan kemampuan kritis.

Tahap 3 : Menghubungkan balok untuk membuat bangunan. Pada tahapan dua menandai transisi dari hanya menumpuk balok, kepada membuat bangunan yang nyata. Anak yang telah terbiasa dengan bangunan jalan menemukan bahwa mereka dapat mengunakan jalan untuk menghubungkan menara-menara. Penemuan ini membawa anak kepada tahap percobaan aktif ketika anak menerapkan kemampuan memecahkan masalah. Biasanya dalam tahap 3 anak telah memiliki barbagai pengalaman dengan balok, pengalaman ini membuat mereka mampu menggunakan balok dengan cara-cara baru yang kreatif.

Tahap 4 : Membuat bangunan yang jelas terlihat (bermain dramatik). Anak yang berpengalam dengan balok (4-6 tahun) dapat meletakan balok dengan menggunakan keterampilan dan ketelitian, anak belajar beradaptasi pada bangunan mereka dengan membuat struktur dengan membuat bangunan balok ke atas, kesekeliling atau di atas penghalang. Pada tahap empat anak mulai ahli dalam membuat susunan yang kompleks dan tidak mencontoh karya orang lain (hasil buatan sendiri). Selama tahap perkembangan ini anak membutuhkan balok-balok dengan variasi ukuran dan bentuk balok sehingga mereka dapat membuat bangunan yang lebih lengkap. Tanda lain dari tahapan ini adalah anak dapat menamai atau memberi tanda bangunannya yang sering digunakan untuk bermain dramatik.(Juli, Saparahayuningsih, and Suprapti 2014)

 

2.      Mengenalkan kegiatan menggambar dan melukis

Kegiatan ini dapat melatih imajinasi dan kreativitas si Kecil. Bunda dapat mengajak si Kecil melakukannya di mana saja. Jangan lupa untuk menyiapkan alat-alat seperti pensil warna, krayon dan kertas terlebih dahulu.


3.      Membuat origami seni tradisional melipat kertas

Cobalah Origami Seni tradisional lipat kertas dari Jepang atau origami dapat jadi opsi melatih kemampuan mental spasial anak. Laman Edutopia menulis bahwa origami dapat mengembangkan pengetahuan anak mengenai geometri. Melalui lipatan kertas, anak dapat belajar struktur bentuk yang ia buat, baik itu panjang, lebar, dan tinggi suatu objek. Dan jika dimainkan berkelompok, anak dapat belajar menjelaskan bentuk-bentuk yang akan atau telah ia kreasikan.


 

Sumber :

 

Fadhli, Muhibuddin. 2016. “Merangsang Kecerdasan Visual Spasial Anak Usia Dini Dengan Media Video.” Entrepreneurship Dalam Perspektif Paud (January 2016): 133–40.

Juli, Santi Putri, Sri Saparahayuningsih, and Anni Suprapti. 2014. “Meningkatkan Kecerdasan Visual-Spasial Anak Usia Dini Dengan Metode Bermain Buildin G-Block Pada Kelompok B6 Di Taman Kanak-Kanak Dharma Wanita Persatuan Provinsi Bengkulu.”

oktavia, ayu. 2014. “Anakusia Dini Menggunakan Media Buku Bantaldi Taman Kanak-Kanak Sandhy Putra Telkom Taman Kanak-Kanak Sandhy Putra Telkom.” : 33.

ROSIDAH, LAILY. 2014. “Peningkatan Kecerdasan Visual Spasial Anak Usia Dini Melalui Permainan Maze.” Jurnal Pendidikan usia Dini 8(2): 281–90.

https://mdc.sch.id/portfolio-item/mengembangkan-kecerdasan-spasial-anak/

https://tirto.id/mengenal-kecerdasan-visual-spasial-anak-cara-memaksimalkannya-et6l

https://www.kompasiana.com/gtania/552aeaddf17e610452d623bc/strategi-pembelajaran-berbasis-kecerdasan-majemuk-2-visual-spasial