A. Pengertian Kecerdasan Visual – Spasialis pada AUD
Kecerdasan visual spasial merupakan salah satu
kecerdasan yang perlu distimulasi dan dikembangkan. Anak yang mempunyai cerdas
visual spasial memiliki kemampuan untuk menciptakan imajinasi atau menciptakan
bentuk-bentuk tiga dimensi. Kecerdasan visual spasial adalah kapasitas untuk
mengenali dan melakukan penggambaran atas objek atau pola yang diterima otak.
Kecerdasan visual spasial merupakan kemampuan membentuk sebuah model secara
mental tentang dunia spasial dan dapat memanuver serta mengoperasikan model
tersebut. Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa kecerdasan visual
spasial berkaitan dengan kemampuan membentuk suatu model dalam pikiran tentang
spasial dan kemampuan menggunakan model tersebut di dunia nyata. Kecerdasan
visual spasial pada seseorang meliputi kemampuan untuk melihat dengan tepat
gambaran visual di sekitarnya dan memperhatikan rincian kecil yang kebanyakan
orang lain tidak memperhatikannya. Hal tersebut menunjukkan bahwa orang yang
memiliki kecerdasan visual spasial memiliki persepsi yang besar. Kemampuan ini
memungkinkan untuk mempresentasikan gambaran visual spasial secara detail dan
apa yang dipikirkan dapat dibayangkan dalam bentuk penggambaran dalam benak
pikirannya kemudian dituangkan dalam bentuk visual.(ROSIDAH 2014)
Menurut
Armstrong bahwa kecerdasan visual spasial merupakan kemampuan untuk memahami
dunia visual spasial secara akurat dan melakukan perubahan-perubahan pada
persepsi tersebut. Kecerdasan ini melibatkan kepekaan terhadap warna, garis,
bentuk, ruang, dan hubungan-hubungan yang ada diantara unsur- unsur ini. Hal
ini mencakup kemampuan untuk memvisualisasikan, mewakili ide-ide visual atau
spasial secara grafis dan mengorientasikan diri secara tepat kecerdasan yang
diungkapkan oleh Gardner bisa saja dimiliki oleh individu, hanya saja dalam
taraf yang berbeda. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa
kecerdasan bukanlah sesuatu yang bersifat kebendaan, melainkan suatu fiksi
ilmiah untuk mendeskripsikan perilaku individu yang berkaitan dengan kemampuan
intelektual. Kecerdasan merupakan kemampuan untuk mengerti ide yang kompleks,
mampu beradaptasi dengan efektif terhadap lingkungannya, mampu belajar dari
pengalaman, mampu melaksanakan tugas dalam berbagai macam situasi, mampu
mengatasi hambatan dengan menggunakan pikirannya. (oktavia
2014)
Dapat
disimpulkan pula kecerdasan visual-spasial adalah kemampuan untuk menangkap
dunia visual secara
tepat, mencakup berfikir dalam gambar, serta kemampuan untuk menyerap,
mengubah, dan menciptakan kembali berbagai macam aspek dunia visual spasial
seperti gambar, angka, warna, dan garis, serta kemampuan untuk mengamati dan
memahami bentuk tiga dimensi. Dimana kemamoupuan tersebut dapat membantu anak
dalam proses belajar mengajar serta mengenali lingkungan sekitarnya. Misalnya
kemampuan hubungan keruangan merupakan bagian yang sangat penting dalam belajar
matematika, demikian juga kemampuan membedakan huruf dan kata secara visual
merupakan bagian yang esensial dalam belajar membaca (Fadhli
2016).
B. Ciri-ciri Kecerdasan Visual- Spasialis AUD
Ciri-ciri
kecerdasan visual spasial yang berkembang baik adalah:
1. Belajar dengan cara melihat dan mengamati.
Mengenali wajah, objek, bentuk dan
warna.
2. Mampu mengenali suatu lokasi dan mencari jalan
keluar
3. Mengamati dan membentuk gambaran mental,
berfikir dengan menggunakan gambar.
Menggunakan bantuan gambar untuk
membantu proses mengingat.
4. Senang belajar dengan grafik, peta, diagram,
atau alat bantu visual
5. Suka mencoret-coret, menggambar, melukis, dan
membuat patung.
6. Suka menyusun dan membangun permainan tiga
dimensi.
7. Mampu secara mental mengubah bentuk suatu
objek.
8. Mempunyai kemampuan imajinasi yang baik (oktavia 2014).
C. Gaya
Belajar Anak yang Memiliki Kecerdasan Visual- Spasialis
Gaya Belajar
Visual (Visual Learners) menitikberatkan pada ketajaman
penglihatan. Artinya, bukti-bukti konkret harus diperlihatkan terlebih dahulu
agar mereka paham. Gaya belajar seperti ini mengandalkan penglihatan atau
melihat dulu buktinya untuk kemudian bisa mempercayainya. Ada beberapa karakteristik yang khas bagai orang-orang yang menyukai
gaya belajar visual ini. Pertama adalah kebutuhan melihat sesuatu
(informasi/pelajaran) secara visual untuk mengetahuinya atau memahaminya, kedua memiliki
kepekaan yang kuat terhadap warna, ketiga memiliki pemahaman yang
cukup terhadap masalah artistik, keempat memiliki kesulitan dalam berdialog secara
langsung, kelima terlalu reaktif terhadap
suara, keenam sulit mengikuti anjuran secara
lisan, ketujuh seringkali salah menginterpretasikan kata atau ucapan.
D. Metode –
metode Pembelajaran bagi Kecerdasan Visual – Spasialis
1. Menggambarkan
materi dalam bentuk rumus atau symbol-simbol visual lainnya di dalam benak
peserta didik. Peserta didik dibimbing untuk membuat semacam papan tulis di
dalam pikiran guna menempatkan gambaran rumus tersebut. Saat akan mengingat
materi atau rumus, peserta didik diminta memejamkan mata dan berimajinasi
melihat gambarannya dalam papan tulis pikiran.
2. Menggunakan
aneka warna untuk menegaskan konsep yang dianggap penting. Penggunaan warna
dapat diatasi dengan kapur tulis warna, spidol warna, dan kertas warna. Jika
tidak tersedia, peserta didik dapat diminta untuk membayangkan warna yang
disukai saat mengingat konsep tersebut.
3. Membuat
asosiasi materi dengan gambar-gambar yang menarik. Pertama, pendidik
menjelaskan materi secara utuh. Selanjutnya, sebagai penegasan, pendidik
membuat gambar lain sebagai bahan asosiasi. Misalnya, materi tentang
kemerdekaan Indonesia yang diasosiasikan dengan gambar daur hidup kupu-kupu.
Peserta didik diminta mengasosiasikan masa sebelum kemerdekaan dengan gambar
ulat, detik-detik menjelang kemerdekaan dengan gambar kepompong, dan masa
setelah kemerdekaan dengan gambar kupu-kupu.
4. Membuat
sketsa gagasan atau peta konsep untuk menggambarkan poin penting suatu materi.
5. Penggunaan
simbol-simbol grafis dalam penjelasan konsep di papan tulis. Misalnya, pada
materi struktur batang pohon, pendidik menggambar sebuah batang pohon dan
menjelaskan bagian-bagiannya dengan simbol anak panah.
E. Permainan
bagi Kecerdasan Visual – Spasialis
Kecerdasan visual-spasial anak dapat
dikembangkan dengan bermain. Menurut para ahli bermain bagi anak-anak bukan
sekedar bermain, tetapi bermain merupakan salah satu bagian dari proses
pembelajaran. Dalam bermain itu anak dapat menerima banyak rangsangan selain
dapat membuat dirinya senang juga dapat menambah pengetahuan anak. Adapun
permainan-permainan yang cocok untuk dimanikan oleh anak yang mempunyai
kecerdasan visual-spasialis yaitu :
1. Building
Block
Block adalah alat yang bermanfaat untuk
mengajarkan anak tentang konsep ukuran, bentuk, dan warna. balok merupakan
potongan kayu yang memiliki berbagai bentuk. Umumnya berbentuk segi empat atau
kubus, balok, apapun jenisnya digunakan anak membuat bentuk konstruksi atau
bagunan. Building adalah kegiatan konstruksional proses membangun, melalui
permainan konstruksional anak-anak dapat mengembangkan ekspresi kreatif,
belajar kognitif, keterampilan kognitif, keterampilan manipulatif, imajinasi
dan aspek dramatis. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa bermain
building block adalah permainan konstruksional dimana anak dapat membuat
keterampilan dan mengembangkan imajinasi kreatifnya dalam membuat/merancang
sebuah bangunan dari berbagai bentuk balokbalok potongan kayu tersebut. Tahapan-
tahapan bermain building block yaitu :
Tahap 1: Membawa balok (bermain fungsional). Pada tahap
ini anak yang belum pernah bermain balok sebelumya anak akan membawa balok
tersebut kedalam truk, pada saat ini anak akan tertarik untuk mempelajari
tentang balok-balok, dengan mengalami hal-hal tersebut, anak mulai belajar
tentang balok-balok yang dapat digunakannya dan memiliki pemahaman tentang apa
yang dapat dan apa yang tidak dapat ia lakukan dengan balok.
Tahap 2 :
Numpuk balok dan meletakan nya di lantai. Pada tahap ini anak menumpuk atau
meletakan balok dilantai, pada tahapan ini anak menemukan bagaimana caranya
membuat menara dengan menumpuk balok dan bagaimana kelihatannya jika diletakan
di lantai dan juga pada tahap ini anak mulai menerapkan khayalan dan kemampuan
kritis.
Tahap 3 :
Menghubungkan balok untuk membuat bangunan. Pada tahapan dua menandai transisi
dari hanya menumpuk balok, kepada membuat bangunan yang nyata. Anak yang telah
terbiasa dengan bangunan jalan menemukan bahwa mereka dapat mengunakan jalan
untuk menghubungkan menara-menara. Penemuan ini membawa anak kepada tahap
percobaan aktif ketika anak menerapkan kemampuan memecahkan masalah. Biasanya
dalam tahap 3 anak telah memiliki barbagai pengalaman dengan balok, pengalaman
ini membuat mereka mampu menggunakan balok dengan cara-cara baru yang kreatif.
Tahap 4 : Membuat bangunan yang jelas terlihat (bermain dramatik). Anak yang berpengalam dengan balok (4-6 tahun) dapat meletakan balok dengan menggunakan keterampilan dan ketelitian, anak belajar beradaptasi pada bangunan mereka dengan membuat struktur dengan membuat bangunan balok ke atas, kesekeliling atau di atas penghalang. Pada tahap empat anak mulai ahli dalam membuat susunan yang kompleks dan tidak mencontoh karya orang lain (hasil buatan sendiri). Selama tahap perkembangan ini anak membutuhkan balok-balok dengan variasi ukuran dan bentuk balok sehingga mereka dapat membuat bangunan yang lebih lengkap. Tanda lain dari tahapan ini adalah anak dapat menamai atau memberi tanda bangunannya yang sering digunakan untuk bermain dramatik.(Juli, Saparahayuningsih, and Suprapti 2014)
2. Mengenalkan
kegiatan menggambar dan melukis
Kegiatan
ini dapat melatih imajinasi dan kreativitas si Kecil. Bunda dapat mengajak si
Kecil melakukannya di mana saja. Jangan lupa untuk menyiapkan alat-alat seperti
pensil warna, krayon dan kertas terlebih dahulu.
3. Membuat
origami seni tradisional melipat kertas
Cobalah Origami Seni tradisional lipat kertas
dari Jepang atau origami dapat jadi opsi melatih kemampuan mental spasial anak.
Laman Edutopia menulis bahwa origami dapat mengembangkan pengetahuan anak
mengenai geometri. Melalui lipatan kertas, anak dapat belajar struktur bentuk
yang ia buat, baik itu panjang, lebar, dan tinggi suatu objek. Dan jika
dimainkan berkelompok, anak dapat belajar menjelaskan bentuk-bentuk yang akan
atau telah ia kreasikan.
Fadhli, Muhibuddin. 2016. “Merangsang
Kecerdasan Visual Spasial Anak Usia Dini Dengan Media Video.” Entrepreneurship
Dalam Perspektif Paud (January 2016): 133–40.
Juli, Santi Putri, Sri Saparahayuningsih, and
Anni Suprapti. 2014. “Meningkatkan Kecerdasan Visual-Spasial Anak Usia Dini
Dengan Metode Bermain Buildin G-Block Pada Kelompok B6 Di Taman Kanak-Kanak
Dharma Wanita Persatuan Provinsi Bengkulu.”
oktavia, ayu. 2014. “Anakusia Dini Menggunakan
Media Buku Bantaldi Taman Kanak-Kanak Sandhy Putra Telkom Taman Kanak-Kanak
Sandhy Putra Telkom.” : 33.
ROSIDAH, LAILY. 2014. “Peningkatan Kecerdasan
Visual Spasial Anak Usia Dini Melalui Permainan Maze.” Jurnal Pendidikan usia
Dini 8(2): 281–90.
https://mdc.sch.id/portfolio-item/mengembangkan-kecerdasan-spasial-anak/
https://tirto.id/mengenal-kecerdasan-visual-spasial-anak-cara-memaksimalkannya-et6l
https://www.kompasiana.com/gtania/552aeaddf17e610452d623bc/strategi-pembelajaran-berbasis-kecerdasan-majemuk-2-visual-spasial