Powered By Blogger

Jumat, 23 Desember 2022

Perkembangan Bahasa di Usia Bayi

 A.    Pengertian  Perkembangan Bahasa

Perkembangan bahasa merupakan kemampuan khas manusia yang paling kompleks dan mengagumkan.Kemampuan berbahasa anak tidak diperoleh secara tiba-tiba atau sekaligus, tetapi bertahap.Kemajuan berbahasa mereka berjalan seiring dengan perkembangan fisik, mental, intelektual, dan sosialnya.Perkembangan bahasa anak ditandai oleh keseimbangan dinamis atau suatu rangkaian kesatuan yang bergerak dari bunyi-bunyi atau ucapan yang sederhana menuju tuturan yang lebih kompleks.

B.     Tahap Perkembangan Motorik Anak Usia 0-12 Bulan

Tahapan perkembangan bahasa anak dapat dibagi atas:

1.      Kemampuan Bahasa Bayi 0-4 Bulan

Mayo Clinic menyebutkan, bayi baru lahir sampai usia 0-3 minggu hanya mengandalkan tangisan untuk berkomunikasi dengan orangtuanya. Tangisan bisa menjadi pertanda bahwa ia sedang lapar, sakit atau merasa tidak nyaman akibat popoknya penuh. Namun, tidak lama lagi, Si Kecil mulai bisa memainkan lidah, bibir, dan langit-langit mulutnya untuk membuat suara kecapan.

Bayi di usia ini mulai bisa membedakan antara suara berat sang ayah dengan suara lembut milik ibu. Ketika usianya sudah genap 4 minggu, bayi mampu membedakan suara dengan suku kata yang sama seperti “Ma” dan “Pa”. Setelah itu, Si Kecil mulai mampu mengoceh serta menghubungkan beberapa suara dengan gerakan bibir ketika usianya menginjak 2 bulan.

2.      Kemampuan Bahasa Bayi 4-6 bulan

Memasuki usia 4-6 bulan, Si Kecil mulai bisa berceloteh. Sebentar lagi ibu dapat mendengar suara yang berasal dari bagian belakang lidah, seperti suara “G”, dan “K”, serta suara yang melibatkan penggunaan bibir, seperti “M”, “W”, “P”, dan “B”. Ketika menginjak usia 6 bulan, Si Kecil mulai bisa menggabungkan huruf konsonan dan huruf vokal, seperti mengucapkan “Da”, “Ma”, “Pa”, dan “Na”.

 

 

3.      Kemampuan Bahasa Bayi 7-12 bulan

Di usia 7 bulan, Si Kecil mulai bisa mengucapkan satu suku kata seperti “Ma”, “Pa”,“Da” dan mengucapkannya secara berulang-ulang, seperti “Mamama”. Kemampuan ini akan terus berlangsung sampai usianya mencapai 10 bulan. Setelah tahap ini, Si Kecil mulai dapat mengucapkan kata-kata yang sesungguhnya, seperti “Mama”, “Papa”, “Dada”.

Di usia 9 bulan, Si Kecil mulai dapat memadukan suara dengan sedikit gerakan tubuh, seperti mengangkat kedua tangannya sambil berteriak atau menunjuk sesuatu. Menginjak 10 bulan, bayi mulai mampu mengendalikan dan mengkombinasikan suara.

Bayi juga dapat memahami penggunaan kosakata, meskipun belum bisa mengucapkan kata tersebut secara utuh. Misalnya, memanggil orang tua “Ma” dan “Da”, menyebut anjing “Guk”, kucing “Pus”, meminta makan “Mam” atau “Cu” untuk susu, dan sebagainya.

4.      Perkembangan Bahasa Bayi sebagai Komunikasi Prelinguistik

 Fase ini, berlangsung pada umur 0-3 bulan dari periode lahir sampai akhir tahun pertama. Bayi baru lahir belum bisa menggabungkan elemen bahasa, baik dari segi isi, bentuk, maupun pemakaian bahasa. Selain itu juga belum bisa berkembangnya bentuk bahasa konvensional dan kemampuan kognitif bayi juga belum berkembang. Komunikasi lebih bersifat reflektif daripada terencana. Periode ini disebut prelinguistik. Meskipun bayi belum mengerti dan belum bisa mengungkapkan bentuk bahasa konvensional, mereka mengamati dan mengeluarkan suara dengan cara yang unik. Hal ini harus menentukan apakah bayi mengamati atau bereaksi terhadap suara. Bila tidak, ini merupakan indikasi bahwa perlu evaluasi fisik dan audiologi. Selanjutnya, intervensi 4 direncanakan untuk membangun lingkungan yang menyediakan banyak kesempatan untuk mengamati dan bereaksi terhadap suara. Pada tahap komunikasi prelinguistik ini juga, bayi yang baru lahir hanya bereaksi terhadap suara untuk mengembangkan pendengarannya walaupun belum mampu secara baik untuk mengembangkan bahasa dan pemakaiannya

C.     Faktor-faktor Perkembangan Bahasa Anak

Berbicara merupakan sarana berkomunikasi (Hulock, 1980: 82). Bicara merupakan keterampilan mental-motorik. Bicara tidak hanya melibatkan koordinasi kumpulan otot mekanisme suarayang berbeda, tetapi juga mempunyai aspek mental, yakni kemampuan mengaitkan arti dengan bunyi yang dihasilkan (Hurlock, 1978: 176)

Beberapa tugas yang terlibat dalam belajar berbicara, antara lain sebagai berikut.

1.      Pengucapan

Bayi belajar mengucapkan kata-kata sebagai melalui coba-coba, tetapi terutamadengan meniru ucapan dewasa.

2.      Membangun kosakata

Mula-mula bayi belajar nama-nama orang dan benda, kemudia kata-kata kerja.

3.      Kalimat

“Kalimat” bayi pertama muncul antara usia dua belas dan delapan belas bulan, biasanya terdiri dari satu kata yang disertai dengan isyarat.

·         Dukungan Sosial untuk Perkembangan Bahasa

 Terdapat dukungan sosial dalam perkembangan bahasa anak menurut Trevor (2010) yaitu:

a.       Motherese atau Baby talk yaitu cara seorang ibu dalam berkomunikasi dengan bayi, serta dengan kata-kata dan kalimat yang sederhana. Motherese sulit dilakukan tanpa adanya bayi, tetapi motherese mempunyai peranan penting dalam mempermudah perkembangan bahasa anak sejak usia dini.

b.      Recasting yaitu membuat frase yang sama dari suatu kalimat dengan cara berbeda, mungkin dengan cara mengemukakannya dalam pertanyaan.

c.       Echoing yaitu mengulangi apa yang dikatakan kepada kita, terutama jika kata-kata tersebut belum benar.

d.      Expanding yaitu menyatakan kembali apa yang telah anak katakan kepada kita dengan penggunaan bahasa yang lebih baik.

D.    Hambatan Perkembangan Bahasa Anak

Keterlambatan berbicara tidak hanya mempengaruhi penyesuaian akademis dan pribadi anak, pengaruh yang paling serius adalah terhadap kemampuan membaca pada awal anak masuk sekolah.Banyak penyebab keterlambatan bicara pada anak.Salah satu penyebab tidak diragukan lagi paling umum dan paling serius adalah ketidakmampuan mendorong/memotivasi anak berbicara, bahkan pada saat anak mulai berceloteh. Apabila anak tidak diberikan rangsangan (stimulasi) didorong untuk berceloteh, hal ini akan menghambat penggunaan didalam berbahasa/kosa kata yang baik dan benar.

Kekurangan dorongan tersebut merupakan penyebab serius keterlambatan berbicara anak. Anak-anak dari golongan yang lebih atau menengah yang orang tuanya ingin sekali menyuruh mereka (anak) belajar berbicara lebih awal (cepat) dan lebih baik, sangat kurang kemungkinannya mengalami keterlambatan berbicara pada anak.Sedangkan anak yang berasal dari golongan yang lebih rendah yang orang tuanya tidak mampu memberikan dorongan tersebut bagi mereka, apakah kekurangan waktu/karena mereka tidak menyadari betapa pentingnya suatu perkembangan bicara pada anak didik tersebut.

Gangguan/bahaya didalam perkembangan bicara pada anak yaitu :

1. Kelemahan didalam berbicara (berbahasa) kosa kata,

2. Lamban mengembangkan suatu bahasa/didalam berbicara,

3. Sering kali berbicara yang tidak teratur,

4. Tidak konsentrasi didalam menerima suatu kata (bahasa) dari orang tua/guru.

Perkembangan berbicara merupakan suatu proses yang sangat sulit dan rumit. Terdapat beberapa kendala yang sering kali dialami oleh anak, antara lain:
1. Anak cengeng.

Anak yang sering kali menangis dengan berlebihan dapat menimbulkan gangguan pada fisik maupun psikis anak. Dari segi fisik, gangguan tersebut dapat berupa kurangnya energi sehingga secara otomatis dapat menyebabkan kondisi anak tidak fit. Sedangkan gangguan psikis yang muncul adalah perasaan ditolak atau tidak dicintai oleh orang tuanya, atau anggota kcluarga lain. Sedangkan reaksi sosial terhadap tangisan anak biasanya bernada negatif. Oleh karena itu peranan orang tua sangat penting untuk menanggulangi hal tersebut, salah satu cara untuk mengajarkan komunikasi yang efektif bagi anak.

 

2. Anak sulit memahami isi pembicaraan orang lain.

Sering kali anak tidak dapat memahami isi pembicaraan orang tua atau anggota keluarga lain. Hal ini disebabknn kurangnya perbendaharaan kata pada anak. Di samping itu juga dikarenakan orang tua sering kali berbicara sangat cepat dengan mempergunakan kata-kata yang belum dikenal oleh anak. Bagi keluarga yang menggunakan dua bahasa (bilingual) anak akan lebih banyak mengalami kesulitan untuk memahami pembicaraan orang tuanya atau saudaranya yang tinggal dalam satu rumah. Orang tua hendaknya selalu berusaha mencari penyebab kesulitan anak dalam memahami pembicaraan tersebut agar dapat memperbaiki atau membetulkan apabila anak kurang mengerti dan bahkan salah mengintepretasikan suatu pembicaraan.