Powered By Blogger

Jumat, 23 Desember 2022

Kecerdasan Intrapersonal pada AUD

 A.  Kecerdasan Intrapersonal

Kecerdasan intrapersonal merupakan kecerdasan yang terletak pada aspek internal seseorang yang dimana aspek internal itu meliputi kepribadian dan inteletual. Seseorang yang memiliki kecerdasan intrapersonal cenderung lebih peka terhadap perasaan sendiri dan lebih cenderung kepada kepribadian, hal ini sejalan dengan pendapat Budiningsih yang mengatakan bahwa “kecerdasan intrapersonal merupakan kecerdasan yang mengendalikan pemahaman terhadap aspek internal diri seperti perasaan, proses berfikir, refleksi diri, intuisi, dan spiritual. Sehingga dalam belajar pemahaman dan ketenangan diri sangat menentukan keberhasilan dari cara belajar.

Paul Suparno (2004: 41) kecerdasan intrapersonal adalah kemampuan yang berkaitan dengan pengetahuan akan diri sendiri dan kemampuan untuk bertindak secara adatatif berdasarkan pengenalan diri itu. Sejalan dengan kreitner (2014: 138) kecerdasan intrapersonal adalah kemampuan untuk memahami dan mengatur dirinya sendiri. Dari keccerdasan intrapersonal ini seorang akan menjadi unik otentik, serta tidak akan terombang-ambing oleh pengaruh luar.

(Armstrong, 2009;7) pengetahuan tentang diri sendiri dan kemampuan untuk bertindak secara adaptif atas dasar pengetahuan. Kecerdasan ini termasuk memiliki gambaran yang akurat tentang diri sendiri (kekuatan seseorang dan keterbatasan), kesadaran suasana hati, batin, niat, motivasi, temperamen, dan keinginan, dan kemmampuan untuk disiplin diri. Kecerdasan intrapersonal adalah kecerdasan intrapersonal adalah kecerdasan kunci (Hoer, 2007: 114). Kecerdasan intrapersonal yang kuat menempatkan kita untuk kesuksesan.   

Kecerdasan intrapersonal merupakan salah satu bagian dari kecerdasan majemuk atau sering disebut Multipel Intelegences. Kecerdasan intrapersonal juga merupakan kemampuan untuk mengerti diri sendiri (keinginan, maksud, kekuatan), memilikii kemampuan untuk bekerja sendiri dengan efektif dan memanfaatkan informasi untuk mengatur kehidupannya sendiri (self regulator). Kecerdasan ini berupa kemampuan diri untuk berpikir secara reflektif, yaitu mengacu kepada kesadaran reflektif mengenai perasaan  dan proses pemikiran diri sendiri . Sedangkan kegiatannya antara lain bermeditasi, mimpi, berdiam diri, mengikrarkan tujuan, refleksi,, perenungan, membuat jurnal dan  menilai diri. Dengan kecerdasan intrapersonal yang baik diharapkan dapat menyelasaikan segala persoalan hidup terkait dengan penyelesaian masalah diri sendiri, pengendalian diri dan kemampuan berkomunikasi sehingga mampu menyampaikan keinginan diri, memenuhii kebutuhan diri, dan dapat berinteraksi dengan baik pada lingkungan yang ada di sekitarnya dengan segala ilmu pengetahuan, kecerdasan, serta kemandirian yang dimilikinya.

Kecerdasan intrapersonal secara luas diartikan sebagai kecerdasan yang dimiliki individu untuk mampu memahami dirinya. Sedangkan dalam arti sempit adalah kemampuan mengenal dan mengidentifikasikan emosi, juga keinginannya. Selain itu juga mampu memukirkan tindakan yang sebaiknya dilakukan dan memotivasi dirinya sendiri. Dengan karakter ini mampu mengintropeksikan dirinya dan memperbaiki kekurangannya. “Setiap manusia dianugerahi kecerdasan, namun kadarnya berbeda-beda”. Artinya bahwa pada hakikatnya manusia memiliki tingkat kecerdasan yang berbeda.

 

B.  Ciri-ciri kecerdasan intrapersonal

Amstrong menyatakan bahwa kecerdasan intrapersonal memiliki karakteristik sebagai berikut:

1.      Memiliki waktu untuk bermeditasi, merenung, intropeksi diri, dan memikirkan berbagai masalah.

2.      Suka terhadap topik mengenai pengembangan kepribadian diri dan sering menghadiri acara-acara konseling atau seminar kepribadian agar lebih memahami diri.

3.      Mampu menghadapi masalah, hambatan, kegagalan dengan baik.

4.      Memiliki minat, hobi, dan cara bersenang senang yang diperuntukkan dirinya sendiri.

5.      Memiliki tujuan hidup jangka pendek dan jangka panjang yang selalu dipikirkan secara kontinyu.

6.      Mampu menganalisa kekurangan dan kelebihan diri yang ditinjau dari pandangan pihak lain.

7.      Lebih suka menghabiskan waktu untuk diri sendiri dan jauh dari keramaian.

8.      Memiliki kemadirian dan keinginan yang kuat.

9.      Dapat mengespresikan perasaan dan menulis pengalaman pribadinya dalam buku diari.

10.  Memiliki semangat yang kuat untuk mewujudkan keinginan dan berusaha sendiri.

Mempunyai cara empati; mau berbagi, menolong dan membantu teman; sikap antusiasme; mampu memimpin; mudah berteman; menunjukkan rasa percaya diri; menjaga diri dari lingkungan serta dapat menghargai orang lain; mampu bersikap realistis terhadap kekuatan dan kelemahannya. Menurut Suyadi (2010: 177) anak yang memiliki kecerdasan intrapersonal sebagai berikut : (1) senang mengajak temannya bermain, (2) senang merenung atau berfikir ketika sendirian, (3) sering mengungkapkan cita-citanya kepada orang lain, (4) menunjukkan sikap percaya diri yang tinggi, (5) selalu bermain aktif, menggunakan waktu dengan baik, (6) mampu menetapkan target bermain, misalnya menyusun balok dalam waktu 10 menit, (7) selalu bersemangat ketika bermain, mempunyai motivasi yang tinggi, (8) sering menyendiri, berkhayal dan berfikir, (9) sering menunjukkan mainan kebanggaannya kepada orang lain, dan (10) diam ketika marah, seolah-olah mengendalikan emosinya. Anak-anak dengan ciri-ciri diatas, kecerdasan intrapersonal yang dominan juga memiliki kemampuan menemukan cara atau jalan keluar untuk mengekspresikan perasaan dan pemikiran secara tepat. Apabila menghadapi masalah pelik, ia juga mampu memotivasi dirinya agar segera bangkit dan mendorong diri sendiri mencapai cita-cita atau target diri. (Suryadi, 2010: 178).

 

 

 

C.  Pengertian gaya belajar kecerdasan intrapersonal

Kemampuan seseorang untuk memahami dan mmenyerap pelajaran sudah pasti berbeda tingkatnya. Ada yang cepat, sedang, dan ada pula yang sangat lambat (Hamzah B. Uno, 2008: 180). Oleh karena itu, mereka sering kali harus menempuh cara yang berbeda untuk bisa memahami sebuah informasi atau pelajaran yang sama. Ada siswa yang lebih senang menulis hal-hal yang telah disampaikan oleh guru ketika proses pembelajaran berlangsung. Adapula siswa yang lebih senang mendengarkan materi yang disampaikan oleh guru, serta adapula siswa yang lebih senang praktek secara langsung. Dari berbagai kegiatan yang dilakukan oleh siswa selama proses pembelajaran berlangsung maka akan tercipta suatu cara belajar yang menjadi suatu kebiasaan siswa dalm kehidupan sehari-hari.

Cara belajar yang dimiliki siswa sering disebut dengan gaya belajar atau modalitas belajar siswa. Gaya belajar merupakan suatu kombinasi dari bagaimana ia menyerap, dan kemudian mengatur serta mengolah informasi (Deporter & Hernacki, 2002: 110). Dunn & Dunn dalam Sugihartono (2007: 53) menjelaskan bahwa gaya belajar merupakan kumpulan karakteristik pribadi yang membuat suatu pembelajaran efektif untuk beberapa orang dan tidak efektif untuk orang lain. Keefe dalam Sugihartono (2007: 53) menyatakan bahwa gaya belajar berhubungan dengan cara anak belajar, serta cara belajar yang disukai. Gaya belajar adalah cara yang konsisten yang dilakukan oleh seorang murid dalam menangkap stimulus atau informasi, cara mengingat, berfikir, dan memecahkan soal (S. Nasution, 2003: 94).

Siswa pada umumnya akan sulit memproses informasi dalam satu cara yang dirasa tidak nyaman bagi mereka. Siswa memiliki kebutuhan belajar sendiri, belajar dengan cara yang berbeda, serta memproses informasi dengan cara yang berbeda. Sebagian orang mungkin memiliki gaya belajar tertentu yang domminan digunakan dalam berbagai situsi, sehingga kurang menggunakan gaya yang berbeda untuk situasi yang berbeda.

Dari beberapa definisi gaya belajar di atas dapat disimpulkan bahwa gaya belajar adalah cara yang dipakai seseorang dalam proses belajar yang meliputi bagaimana menangkap, mengatur, serta mengolah informasi yang diterima sehingga pembelajaran menjadi efektif.

 

D.  Metode permainan dalam pengembangannya

Kecerdasan intrapersonal dapat dikembangkan melalui bermain Puzzle.

 Suyadi (2010 : 313) mengatakan bahwa.

Puzzle dapat menumbuhkan kecerdasan matematis-logis, linguistik, visual, intra, dan interpersonal. Merangkai puzzle dengan jumlah potongan yang sesuai dengan usia anak misalnya, anak pada usia 2-3 tahun, potongan puzzlenya tidak lebih dari 4 biji dan seterusnya. Bermain merupakan sarana yang memungkinkan anak berkembang secara maksimal. Bermain dapat mempengaruhi perkembangan anak dan memberikan kesempatan bagi anak dan memberikan kesempatan bagi anak untuk berimajinasi dan bereksplorasi dan menciptakan sesuatu (Carron & Jan, 1992:21). Menurut Brunner bermain adalah kegiatan yang serius dan merupakan kegiatan pokok dalam masa kanak-kanak. Mayesky menyatakan bagi anak-anak bermain adalah hal yang mereka lakukan sepanjang hari karena hidupnya adalah bermain (Mayesky, 1990:196).