A. Kecerdasan Intrapersonal
Kecerdasan
intrapersonal merupakan kecerdasan yang terletak pada aspek internal seseorang
yang dimana aspek internal itu meliputi kepribadian dan inteletual. Seseorang
yang memiliki kecerdasan intrapersonal cenderung lebih peka terhadap perasaan
sendiri dan lebih cenderung kepada kepribadian, hal ini sejalan dengan pendapat
Budiningsih yang mengatakan bahwa “kecerdasan intrapersonal merupakan
kecerdasan yang mengendalikan pemahaman terhadap aspek internal diri seperti
perasaan, proses berfikir, refleksi diri, intuisi, dan spiritual. Sehingga
dalam belajar pemahaman dan ketenangan diri sangat menentukan keberhasilan dari
cara belajar.
Paul
Suparno (2004: 41) kecerdasan intrapersonal adalah kemampuan yang berkaitan
dengan pengetahuan akan diri sendiri dan kemampuan untuk bertindak secara
adatatif berdasarkan pengenalan diri itu. Sejalan dengan kreitner (2014: 138)
kecerdasan intrapersonal adalah kemampuan untuk memahami dan mengatur dirinya
sendiri. Dari keccerdasan intrapersonal ini seorang akan menjadi unik otentik,
serta tidak akan terombang-ambing oleh pengaruh luar.
(Armstrong,
2009;7) pengetahuan tentang diri sendiri dan kemampuan untuk bertindak secara
adaptif atas dasar pengetahuan. Kecerdasan ini termasuk memiliki gambaran yang
akurat tentang diri sendiri (kekuatan seseorang dan keterbatasan), kesadaran
suasana hati, batin, niat, motivasi, temperamen, dan keinginan, dan kemmampuan
untuk disiplin diri. Kecerdasan intrapersonal adalah kecerdasan intrapersonal
adalah kecerdasan kunci (Hoer, 2007: 114). Kecerdasan intrapersonal yang kuat
menempatkan kita untuk kesuksesan.
Kecerdasan
intrapersonal merupakan salah satu bagian dari kecerdasan majemuk atau sering
disebut Multipel Intelegences. Kecerdasan intrapersonal juga merupakan
kemampuan untuk mengerti diri sendiri (keinginan, maksud, kekuatan), memilikii
kemampuan untuk bekerja sendiri dengan efektif dan memanfaatkan informasi untuk
mengatur kehidupannya sendiri (self regulator). Kecerdasan ini berupa kemampuan
diri untuk berpikir secara reflektif, yaitu mengacu kepada kesadaran reflektif
mengenai perasaan dan proses pemikiran
diri sendiri . Sedangkan kegiatannya antara lain bermeditasi, mimpi, berdiam
diri, mengikrarkan tujuan, refleksi,, perenungan, membuat jurnal dan menilai diri. Dengan kecerdasan intrapersonal
yang baik diharapkan dapat menyelasaikan segala persoalan hidup terkait dengan
penyelesaian masalah diri sendiri, pengendalian diri dan kemampuan
berkomunikasi sehingga mampu menyampaikan keinginan diri, memenuhii kebutuhan
diri, dan dapat berinteraksi dengan baik pada lingkungan yang ada di sekitarnya
dengan segala ilmu pengetahuan, kecerdasan, serta kemandirian yang dimilikinya.
Kecerdasan
intrapersonal secara luas diartikan sebagai kecerdasan yang dimiliki individu
untuk mampu memahami dirinya. Sedangkan dalam arti sempit adalah kemampuan mengenal
dan mengidentifikasikan emosi, juga keinginannya. Selain itu juga mampu
memukirkan tindakan yang sebaiknya dilakukan dan memotivasi dirinya sendiri.
Dengan karakter ini mampu mengintropeksikan dirinya dan memperbaiki
kekurangannya. “Setiap manusia dianugerahi kecerdasan, namun kadarnya
berbeda-beda”. Artinya bahwa pada hakikatnya manusia memiliki tingkat
kecerdasan yang berbeda.
B.
Ciri-ciri kecerdasan intrapersonal
Amstrong
menyatakan bahwa kecerdasan intrapersonal memiliki karakteristik sebagai
berikut:
1. Memiliki waktu untuk bermeditasi,
merenung, intropeksi diri, dan memikirkan berbagai masalah.
2. Suka terhadap topik mengenai pengembangan
kepribadian diri dan sering menghadiri acara-acara konseling atau seminar
kepribadian agar lebih memahami diri.
3. Mampu menghadapi masalah, hambatan,
kegagalan dengan baik.
4. Memiliki minat, hobi, dan cara bersenang
senang yang diperuntukkan dirinya sendiri.
5. Memiliki tujuan hidup jangka pendek dan
jangka panjang yang selalu dipikirkan secara kontinyu.
6. Mampu menganalisa kekurangan dan kelebihan
diri yang ditinjau dari pandangan pihak lain.
7. Lebih suka menghabiskan waktu untuk diri
sendiri dan jauh dari keramaian.
8. Memiliki kemadirian dan keinginan yang
kuat.
9. Dapat mengespresikan perasaan dan menulis
pengalaman pribadinya dalam buku diari.
10. Memiliki semangat yang kuat untuk
mewujudkan keinginan dan berusaha sendiri.
Mempunyai
cara empati; mau berbagi, menolong dan membantu teman; sikap antusiasme; mampu
memimpin; mudah berteman; menunjukkan rasa percaya diri; menjaga diri dari
lingkungan serta dapat menghargai orang lain; mampu bersikap realistis terhadap
kekuatan dan kelemahannya. Menurut Suyadi (2010: 177) anak yang memiliki
kecerdasan intrapersonal sebagai berikut : (1) senang mengajak temannya
bermain, (2) senang merenung atau berfikir ketika sendirian, (3) sering mengungkapkan
cita-citanya kepada orang lain, (4) menunjukkan sikap percaya diri yang tinggi,
(5) selalu bermain aktif, menggunakan waktu dengan baik, (6) mampu menetapkan
target bermain, misalnya menyusun balok dalam waktu 10 menit, (7) selalu
bersemangat ketika bermain, mempunyai motivasi yang tinggi, (8) sering
menyendiri, berkhayal dan berfikir, (9) sering menunjukkan mainan kebanggaannya
kepada orang lain, dan (10) diam ketika marah, seolah-olah mengendalikan
emosinya. Anak-anak dengan ciri-ciri diatas, kecerdasan intrapersonal yang
dominan juga memiliki kemampuan menemukan cara atau jalan keluar untuk
mengekspresikan perasaan dan pemikiran secara tepat. Apabila menghadapi masalah
pelik, ia juga mampu memotivasi dirinya agar segera bangkit dan mendorong diri
sendiri mencapai cita-cita atau target diri. (Suryadi, 2010: 178).
C.
Pengertian gaya belajar kecerdasan intrapersonal
Kemampuan
seseorang untuk memahami dan mmenyerap pelajaran sudah pasti berbeda
tingkatnya. Ada yang cepat, sedang, dan ada pula yang sangat lambat (Hamzah B.
Uno, 2008: 180). Oleh karena itu, mereka sering kali harus menempuh cara yang
berbeda untuk bisa memahami sebuah informasi atau pelajaran yang sama. Ada
siswa yang lebih senang menulis hal-hal yang telah disampaikan oleh guru ketika
proses pembelajaran berlangsung. Adapula siswa yang lebih senang mendengarkan
materi yang disampaikan oleh guru, serta adapula siswa yang lebih senang
praktek secara langsung. Dari berbagai kegiatan yang dilakukan oleh siswa
selama proses pembelajaran berlangsung maka akan tercipta suatu cara belajar
yang menjadi suatu kebiasaan siswa dalm kehidupan sehari-hari.
Cara
belajar yang dimiliki siswa sering disebut dengan gaya belajar atau modalitas
belajar siswa. Gaya belajar merupakan suatu kombinasi dari bagaimana ia
menyerap, dan kemudian mengatur serta mengolah informasi (Deporter &
Hernacki, 2002: 110). Dunn & Dunn dalam Sugihartono (2007: 53) menjelaskan
bahwa gaya belajar merupakan kumpulan karakteristik pribadi yang membuat suatu
pembelajaran efektif untuk beberapa orang dan tidak efektif untuk orang lain.
Keefe dalam Sugihartono (2007: 53) menyatakan bahwa gaya belajar berhubungan
dengan cara anak belajar, serta cara belajar yang disukai. Gaya belajar adalah
cara yang konsisten yang dilakukan oleh seorang murid dalam menangkap stimulus
atau informasi, cara mengingat, berfikir, dan memecahkan soal (S. Nasution,
2003: 94).
Siswa
pada umumnya akan sulit memproses informasi dalam satu cara yang dirasa tidak
nyaman bagi mereka. Siswa memiliki kebutuhan belajar sendiri, belajar dengan
cara yang berbeda, serta memproses informasi dengan cara yang berbeda. Sebagian
orang mungkin memiliki gaya belajar tertentu yang domminan digunakan dalam
berbagai situsi, sehingga kurang menggunakan gaya yang berbeda untuk situasi
yang berbeda.
Dari beberapa
definisi gaya belajar di atas dapat disimpulkan bahwa gaya belajar adalah cara
yang dipakai seseorang dalam proses belajar yang meliputi bagaimana menangkap, mengatur,
serta mengolah informasi yang diterima sehingga pembelajaran menjadi efektif.
D.
Metode permainan dalam pengembangannya
Kecerdasan
intrapersonal dapat dikembangkan melalui bermain Puzzle.
Suyadi (2010 :
313) mengatakan bahwa.
Puzzle dapat menumbuhkan
kecerdasan matematis-logis, linguistik, visual, intra, dan interpersonal.
Merangkai puzzle dengan jumlah potongan yang sesuai dengan usia anak misalnya,
anak pada usia 2-3 tahun, potongan puzzlenya tidak lebih dari 4 biji dan
seterusnya. Bermain merupakan sarana yang memungkinkan anak berkembang secara
maksimal. Bermain dapat mempengaruhi perkembangan anak dan memberikan
kesempatan bagi anak dan memberikan kesempatan bagi anak untuk berimajinasi dan
bereksplorasi dan menciptakan sesuatu (Carron & Jan, 1992:21). Menurut
Brunner bermain adalah kegiatan yang serius dan merupakan kegiatan pokok dalam
masa kanak-kanak. Mayesky menyatakan bagi anak-anak bermain adalah hal yang
mereka lakukan sepanjang hari karena hidupnya adalah bermain (Mayesky, 1990:196).