A. Pengertian Kecerdasan Interpesonal
Menurut
Gardner sebagaimana yang dikutip oleh Yaumi dan Ibrahim (2013: 20) kecerdasan
jamak atau multiple intelligences adalah berbagai keterampilan dan bakat yang
dimiliki oleh siswa untuk menyelesaikan berbagai persoalan dalam pembelajaran. Menurutnya,
ada delapan kecerdasan yang terdapat pada diri manusia meliputi kecerdasan
verbal, logis-matematik, visual-spasial, jasmaniah-kinestetik, berirama-musik,
intrapersonal, interpersonal, dan naturalistik (Khadijah, 2012: 4). Tidak ada anak yang bodoh atau pintar yang
ada hanyalah anak yang menonjol dalam salah satu atau beberapa jenis
kecerdasan. Salah satu kecerdasan tersebut yaitu kecerdasan interpersonal.
Kecerdasan interpersonal adalah kemampuan untuk
memahami maksud dan perasaan orang lain sehingga tercipta hubungan yang
harmonis dengan orang lain (Hayati dan Julia, 2018: 66). Kecerdasan interpersonal dapat di
definisikan sebagai kemampuan untuk memahami orang lain antara lain kemampuan
untuk melihat dan memahami perbedaan mood, temperamen, motivasi dan hasrat
orang lain serta kemampuan untuk berperilaku dan berkomunikasi serta
bersosialisasi di tengah banyak orang (Utami, 2012: 144). Pengertian kecerdasan
interpersonal menurut Gardner adalah kemampuan untuk memahami dan membedakan
suasana hati, maksud, motivasi, dan perasaan terhadap orang lain (Nurunnisa, 2017: 12; Utami, 2012: 142). Sejalan dengan pendapat Lwin
(2008: 197) yang menjelaskan kecerdasan interpersonal sebagai kemampuan untuk
memahami dan memperkirakan perasaan, temperamen, suasana hati, maksud dan
keinginan orang lain kemudian menanggapinya secara layak. Kecerdasan
interpersonal merupakan kemampuan anak untuk memahami dan merespon keinginan
atau kesulitan orang lain, sehingga komunikasi dapat berjalan dengan baik dan
memiliki empati ini menjadi salah satu ciri bagi anak yang memiliki kecerdasan
interpersonal yang tinggi (Bachtiar, 2017: 143; Juniarti, 2018: 28). Kecerdasan interpersonal
memungkinkan anak mampu membangun kedekatan, pengaruh, pimpinan dan membangun
hubungan yang baik dengan orang lain (Saleh dan Sugito, 2015: 86). Seseorang dengan kecerdasan
interpersonal mampu bersosial dengan baik, karena kecerdasan interpersonal
merupakan kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain (Sahidun, 2018: 13).
B. Ciri-Ciri Kecerdasan Interpersonal Pada AUD
Kemampuan mempersiapkan dan membedakan dalam modus, maksud tertentu, motivasi dan perasaan dari orang lain.
Ini merupakan bagian dari dari multiple intellegence yang menghasilkan pengetahuan yang diperoleh melalui komunikasi
dengan orang lain seperti bekerjasama dalam tim. Kecerdasan interpersonal
memiliki ciri-ciri :
(a) punya banyak teman
(b) banyak bersosialisasi di
sekolah dan lingkungannya
(c) terlibat dalam kegiatan
kelompok diluar sekolah
(d) menikmati permainan
kelompok
(e) bersimpati besar
terhadap perasaan orang lain
(f) menikmati mengajar orang
lain
(g) berbakat untuk menjadi
pemimpin
Ada beberapa indikator kecerdasan interpersonal anak usia dini yaitu :
a) Anak terlihat paling populer paling sering diajak berkomunikasi dengan
teman sebayanya dan memiliki banyak teman dari pada teman yang lain.
b) Anak banyak terlibat
kegiatan bersama / kelompok dengan berbagai aktivitas, hampir tidak pernah
menyendiri.
c) Anak memiliki perhatian besar terhadap teman sebayanya.
d) Anak tidak pemalu.
C. Gaya Belajar Kecerdasan Interpersonal Pada AUD
Gaya belajar interpersonal menurut Ferriman adalah these people are the ones who enjoy learning
in groups or with other people, and aim to work with others as much as possible
(Wijayanti et al., 2018: 160). Gaya belajar interpersonal dapat
dilihat dari cara siswa berinteraksi dengan teman maupun guru, Siswa dengan
gaya belajar interpersonal mudah untuk bergaul, berkolaborasi, bertukar
pikiran, senang berdiskusi dan belajar berkelompok, antara gaya belajar dengan
kecerdasan memiliki hubungan yang sangat erat.
(Sutini et al., 2020: 90; Wijayanti et al., 2018: 161).
Gaya belajar kecerdasan interpersonal yaitu sebagai
berikut. (Sutini et al., 2020: 90; Wijayanti et al., 2018: 161-162)
1.
Kemampuan untuk berkomunikasi dengan baik dengan
orang-orang, baik secara lisan (verbal) dan nonverbal.
2.
Lebih memilih belajar di kelompok atau kelas.
3.
Lebih suka kegiatan sosial, daripada melakukan hal
sendiri.
D. Metode
Menurut Suyono dan Hariyanto metode pembelajaran
adalah langkah-langkah atau prosedur pembelajaran, termasuk penilaian, dalam
rencana pembelajaran agar tujuan pembelajaran tercapai contohnya metode
eksperimen, metode diskusi, metode karyawisata, metode proyek dan metode
pembelajaran kooperatif (Suyono dan hariyanto, 2011: 22). Metode pembelajaran
merupakan cara mengajar atau cara menyampaikan materi pelajaran kepada siswa
yang sedang belajar
(Suyanto dan Jihad, 2013: 114).
Terdapat berbagai macam metode yang dapat digunakan
dalam pembelajaran yaitu sebagai berikut.
1.
Metode Pembelajaran Proyek
Metode proyek merupakan salah satu cara pemberian
pengalaman belajar dengan menghadapkan anak dengan persoalan sehari-hari yang
harus dipecahkan secara berkelompok, melalui metode ini anak-anak dapat
berkolaborasi, berkomunikasi dan bertukar pikiran serta dapat meningkatkan
motivasi dengan temannya karena pelaksanaan pembelajaran ini secara berkelompok
(Putri et al., 2019: 16). Metode proyek memiliki peluang
untuk menstimulasi kecerdasan interpersonal. Karena metode proyek merupakan
model pembelajaran yang melibatkan anak secara aktif dalam mencapai tujuan
pembelajaran untuk dapat menghasilkan berbagai kemampuan, tidak hanya
pengetahuan atau masalah teknis, tetapi juga keterampilan seperti mengatasi
informasi, hubungan antar manusia yang dapat dirangsang melalui bekerja sama
memecahkan masalah. Metode proyek diharapkan mampu mengembangkan kecerdasan
interpersonal anak. Sebab hubungan antar manusia merupakan salah satu tuntutan
hidup yang harus dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.
Langkah-langkah metode proyek yaitu sebagai berikut.
a.
Memilih topik, topik harus sesuatu
yang konkret dan dekat dengan lingkungan anak.
b.
Melakukan eksplorasi, anak
dirangsang untuk mengungkapkan berbagai pertanyaan, komentar dan ide-ide yang
berkaitan dengan topik yang telah dipilih.
c.
Pengorganisasian, ini merupakan
ide-ide dan pertanyaan anak-anak yang dikembangkan menjadi kegiatan
belajar untuk eksplorasi lebih lanjut.
d.
Diskusi/representasi, langkah ini adalah langkah anak berbagi, mencari solusi, jawaban dan berbagi perasaan
anak tentang proses kegiatan yang dialami ketika melakukan pencarian informasi
tentang topik yang diplih.
e.
Ringkasan pengalaman, ini
merupakan tahap puncak dari seluruh rangkaian pengalaman anak dalam
mengekplorasi topik pembahasan.
Contoh kegiatan proyek
di kelompok bermain, misal topik yang dipilih adalah air karena musim memasuki
musim hujan. Kemudian guru bersama anak melakukan eksplorasi tentang
tema, seperti bagaimana rasa air, bagaimana air mengalir, sifat-sifat air, dan
warna air. Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan dalam proyek air diawali
dengan mengambil air dari kolam taman dan kemudian membawa kembali kedalam
kelas lalu membandingkannya dengan air keran. Kegiatan lain yaitu air dicampur
dengan bahan-bahan seperti tepung terigu untuk membentuk playdough, melukis
dengan air, menggunakan botol semprot, sikat dan rol; mengangkut air dengan
selang, ember, katrol dan mengalirkannya pada selokan; membuat hujan, mencuci
boneka, hewan dan piring dengan air, dan diakhiri dengan kegiatan puncak yaitu
kegiatan outdoor seperti mencuci sepeda roda tiga. Dari hasil proyek ini anak
mampu menggunakan kosakata baru dalam bermain sehari-hari seperti merendam,
menguap, menyerap, aliran dan sebagainya.
2.
Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara memperagakan barang,
kejadian, aturan, dan urutan melakukan suatu kegiatan, baik secara langsung
maupun melalui penggunaan media pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan
atau materi yang sedang disajikan. Metode demonstrasi adalah pertunjukan tentang proses terjadinya suatu
peristiwa atau benda sampai pada penampilan tingkah laku yang dicontohkan
peserta didik secara nyata atau tiruannya.
Metode demonstrasi ini lebih sesuai untuk mengajarkan bahan-bahan pelajaran
yang merupakan suatu gerakangerakan,suaatu proses maupun hal-hal yang bersifat
rutin. Dengan metode demostrasi peserta didik berkesempatan mengembangkan
kemampuan mengamati segala benda yang sedang terlibat dalam proses serta dapat
mengambil kesimpulan-kesimpulan Dengan metode demostrasi, proses penerimaan
siswa terhadap pelajaran akan lebih berkesan secara mendalam, sehingga
membentuk pengertian dengan baik dan sempurna. Juga siswa dapat mengamati dan
memperhatiakan apa yang diperlihatkan selama pelajaran berlangsung. Metode
demostrasi baik digunakan untuk mendapat gambaran yang lebih jelas tentang
hal-hal yang berhubungan dengan proses mengatur sesuatu, proses membuat
sesuatu, proses bekerjanya sesuatu, proses mengerjakan atau menggunakannya,
komponen-komponen yang membentuk sesuatu,
membandingkan suatu cara dengan cara lain dan untuk mengetahui atau melihat
kebenaran sesuatu.
3.
Metode Bermain
Melalui bermain, bermain merupakan kegiatan yang sangat
dibutuhkan, karena dunia anak adalah dunia bermain, mereka memahami dunianya
dengan bermain. Kegiatan bermain merupakan sarana sosialisasi. Melalui bermain
kadar interaksi sosial anak akan meningkat. Anak yang dibiasakan bermain akan
lebih mudah menerima kehadiran orang lain dan berinteraksi dengan orang lain.
Semakin sering anak disosialisasikan dengan orang lain mana akan semakin mudah
pula ia berinteraksi dan menerima kehadiran orang lain.
E. Permainan
Beberapa permainan yang mampu membantu mengembangkan
aspek perkembangan interpersonal anak yaitu sebagai berikut.
1.
Permainan Ular Naga
Permainan tradisional ular naga dilakukan secara
berkelompok. Pada permainan ular naga, anak-anak berbaris bergandeng memegang
buntut, yakni anak yang berada di belakang berbaris sambil memegang ujung baju
atau pinggang anak yang di mukanya. Seorang anak yang lebih besar atau paling
besar bermain sebagai induk dan berada paling depan dalam barisan. Kemudian dua
anak lagi yang cukup besar bermain sebagai gerbang, dengan berdiri berhadapan
dan saling berpegangan tangan di atas kepala. Induk dan gerbang biasanya
dipilih dari anak-anak yang tangkas berbicara, karena salah satu daya tarik
permainan ini adalah dalam dialog yang mereka lakukan. Barisan akan bergerak
melingkar kian kemari seperti ular naga yang berjalan-jalan dan terutama
mengitari gerbang yang berdiri di tengah-tengah halaman sambil menyanyikan
lagu. Karena permainan ini dilaksanakan secara berkelompok, maka dapat menggali
aspek-aspek kecerdasan interpersonal, seperti sensitivitas sosial, kewaspadaan
sosial, dan komunikasi sosial. Oleh karena itu, stimulasi ini jika dilakukan
dengan tepat akan sangat membantu perkembangan anak dengan optimal dan dapat
dilakukan dalam kegiatan pembelajaran di sekolah. Permainan ini bermanfaat
untuk memunculkan rasa senang, bebas, memupuk kepemimpinan, bermain bersama,
kepatuhan terhadap peraturan dan pemecahan masalah.
2.
Bermain Peran
Bermain peran merupakan suatu kegiatan bermain yang
dilakukan oleh sekolompok anak. Cara untuk meningkatkan kecerdasan
interpersonal pada anak salah satunya adalah dengan menggunakan permainan
bermain peran yakni permainan yang melibatkan interaksi antara dua siswa atau
lebih tentang suatu topik/situasi (Saleh & Sugito, 2015: 87). Melalui kegiatan bermain peran,
anak akan banyak berinteraksi dengan oran lain, banyak berimajinasi,
berkomunikasi, dan bekerja sama dengan orang lain (Bachtiar, 2017: 141). Menurut Desmita (2009: 14) bermain
peran atau role playing adalah suatu pembelajaran yang dapat memotivasi dan
meningkatkan keterampilan sosial anak. Dengan bermain peran maka kecerdasan
interpersonal yang terdapat pada diri anak akan semakin terasah. Pada saat anak
bermain drama, ia belajar mengamati dan menirukan peran yang sedang
dimainkannya. Dengan cara berusaha menjadi orang lain, ia juga belajar hidup
bersama dengan orang lain. Permainan bermain peran/drama menimbulkan kesenangan
bagi anak dan menghilangkan rasa bosan yang dialaminya apabila tidak ada teman
bermain.
3.
Gobak
Sodor
Jumlah pemain gobak sodor antara 3-5 orang. Area bermain
gobak sodor bentuknya bujur sangkar. Dalam bujur sangkar itu terdapat beberapa
penjaga. Tugasnya, yaitu mencegah lawan main supaya tidak menerobos ke arena
bujur sangkar. Itulah sebabnya, setiap tim harus memiliki pemimpin. Tujuannya
agar tim bisa bekerja sama dengan baik. Jika ada pelanggaran aturan dari satu
anggota saja, timnya pasti kalah. Pasalnya, taktik yang sudah direncanakan
cenderung berantakan. Saat inilah kecerdasan interpersonal anak mulai berperan.
Anak harus mencari penyelesaian masalah tanpa menyakiti perasaan
teman-temannya.
DAFTAR PUSTAKA
Bachtiar, M. Y. (2017). Pengaruh Bermain Peran Terhadap
Kecerdasan Interpersonal pada Anak Kelas A di TK Buah Hati Kota Makassar. Awlady :
Jurnal Pendidikan Anak, 3(2), 139–156.
Desmita. (2009). Psikologi
perkembangan peserta didik. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Hayati, F., & Julia. (2018). Peningkatan Kemampuan
Interpersonal Melalui Permainan Balon Berpasangan di Kelompok Bermain PAUD Bina
Insani Kemala Bhayangkari 1 Banda Aceh. Jurnal Buah Hati, 5(1),
63–71.
Juniarti, Y. (2018). Peningkatan Kecerdasan Interpersonal
Anak Usia Dini melalui Media Celemek pintar. Jurnal Audi, 3(1),
27–32.
Khadijah.
(2012). Konsep Dasar Pendidikan Prasekolah.
Medan: PerdanaMulya Sarana.
Lwin. (2008). Perkembangan dan Pengembangan Anak Usia
Taman Kanak. Jakarta: PT Grasindo.
Nurunnisa, E. C. (2017). Melek Kecerdasan Interpersonal Anak
Usia Dini. Tunas Siliwangi, 2(2), 10–17.
Putri, P. D. A. S., Tirtayani, L. A., & Suadnyana, I. N.
(2019). Pengaruh Metode Proyek Berbasis Pendekatan Saintifik Terhadap
kecerdasan Interpersonal Anak Kelompok B TK Gugus I Sukawati. Jurnal
Pendidikan Anak Usia Dini Undiksha, 7(1), 13–24.
Sahidun, N. (2018). Peningkatan Kecerdasan Interpersonal
Anak Usia Dini Melalui Permainan Tradisional. Journal of Early Childhood
Care & Education, 1(1), 13–17.
Saleh, S. M., & Sugito. (2015). Implementasi Metode
Bermain Peran Untuk Meningkatkan Kecerdasan Interpersonal Anak Usia 5-6 Tahun
di TK Barunawati. Jurnal Pendidikan Dan Pemberdayaan Masyarakat, 2(1),
85–93.
Sutini, Francisca, M. Y., Rokayah, S., Slawantya, Y. R.,
& Faqih. (2020). Gaya Belajar Interpersonal dan Pemahaman Konsep Peserta
Didik terhadap Materi Pokok Statistika. Al-Khwarizmi: Jurnal Pendidikan
Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam, 8(1), 87–98.
Suyanto
dan Asep Jihad. (2013). Menjadi Guru
Profesional (Strategi Meningkatkan Kualifikasi dan Kualitas Guru di Era
Global). Jakarta: Esensi.
Suyono
dan Hariyanto.
(2011). Belajar dan Pembelajaran (Teori dan
Konsep Dasar). Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Utami, A. D. (2012). Peningkatan Kecerdasan Intrapersonal
dan Kecerdasan Interpersonal Melalui Pembelajaran Project Approach. Jurnal
Ilmiah VISI P2TK PAUD NI, 7(2), 138–152.
Wijayanti, A., Safitri, P. T., & Raditya, A. (2018).
Analisis Pemahaman Konsep limit Ditinjau Dari gaya Belajar Interpersonal. Prima:
Jurnal Pendidikan Matematika, 2(2), 157–173.
Yaumi, Muhammad
dan Nurdin Ibrahim. (2013). Pembelajaran
Berbasis Kecerdasan Jamak. Jakarta: Kencana Prenadamedia Group.
Hollender, J., T. D., Monjelat, N.,
Carretero, M., Implicada, P., Motivaci, L. (2018). PENGEMBANGAN KECERDASAN
INTERPERSONAL ANAK USIA DINI. Director,
15(29), 7577–7588.