Powered By Blogger

Jumat, 23 Desember 2022

Kecerdasan Interpersonal pada AUD

 A.    Pengertian Kecerdasan Interpesonal

Menurut Gardner sebagaimana yang dikutip oleh Yaumi dan Ibrahim (2013: 20) kecerdasan jamak atau multiple intelligences adalah berbagai keterampilan dan bakat yang dimiliki oleh siswa untuk menyelesaikan berbagai persoalan dalam pembelajaran. Menurutnya, ada delapan kecerdasan yang terdapat pada diri manusia meliputi kecerdasan verbal, logis-matematik, visual-spasial, jasmaniah-kinestetik, berirama-musik, intrapersonal, interpersonal, dan naturalistik (Khadijah, 2012: 4).  Tidak ada anak yang bodoh atau pintar yang ada hanyalah anak yang menonjol dalam salah satu atau beberapa jenis kecerdasan. Salah satu kecerdasan tersebut yaitu kecerdasan interpersonal.

Kecerdasan interpersonal adalah kemampuan untuk memahami maksud dan perasaan orang lain sehingga tercipta hubungan yang harmonis dengan orang lain (Hayati dan Julia, 2018: 66). Kecerdasan interpersonal dapat di definisikan sebagai kemampuan untuk memahami orang lain antara lain kemampuan untuk melihat dan memahami perbedaan mood, temperamen, motivasi dan hasrat orang lain serta kemampuan untuk berperilaku dan berkomunikasi serta bersosialisasi di tengah banyak orang (Utami, 2012: 144). Pengertian kecerdasan interpersonal menurut Gardner adalah kemampuan untuk memahami dan membedakan suasana hati, maksud, motivasi, dan perasaan terhadap orang lain (Nurunnisa, 2017: 12; Utami, 2012: 142). Sejalan dengan pendapat Lwin (2008: 197) yang menjelaskan kecerdasan interpersonal sebagai kemampuan untuk memahami dan memperkirakan perasaan, temperamen, suasana hati, maksud dan keinginan orang lain kemudian menanggapinya secara layak. Kecerdasan interpersonal merupakan kemampuan anak untuk memahami dan merespon keinginan atau kesulitan orang lain, sehingga komunikasi dapat berjalan dengan baik dan memiliki empati ini menjadi salah satu ciri bagi anak yang memiliki kecerdasan interpersonal yang tinggi (Bachtiar, 2017: 143; Juniarti, 2018: 28). Kecerdasan interpersonal memungkinkan anak mampu membangun kedekatan, pengaruh, pimpinan dan membangun hubungan yang baik dengan orang lain (Saleh dan Sugito, 2015: 86). Seseorang dengan kecerdasan interpersonal mampu bersosial dengan baik, karena kecerdasan interpersonal merupakan kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain (Sahidun, 2018: 13).

 

B.     Ciri-Ciri Kecerdasan Interpersonal Pada AUD

Kemampuan mempersiapkan dan membedakan dalam modus, maksud tertentu, motivasi dan perasaan dari orang lain. Ini merupakan bagian dari dari multiple intellegence yang menghasilkan pengetahuan yang diperoleh melalui komunikasi dengan orang lain seperti bekerjasama dalam tim. Kecerdasan interpersonal memiliki ciri-ciri :

(a) punya banyak teman

(b) banyak bersosialisasi di sekolah dan lingkungannya

(c) terlibat dalam kegiatan kelompok diluar sekolah

(d) menikmati permainan kelompok

(e) bersimpati besar terhadap perasaan orang lain

(f) menikmati mengajar orang lain

(g) berbakat untuk menjadi pemimpin

 

Ada beberapa indikator kecerdasan interpersonal anak usia dini yaitu :

a) Anak terlihat paling populer paling sering diajak berkomunikasi dengan teman sebayanya dan memiliki banyak teman dari pada teman yang lain.

b) Anak banyak terlibat kegiatan bersama / kelompok dengan berbagai aktivitas, hampir tidak pernah menyendiri.

c) Anak memiliki perhatian besar terhadap teman sebayanya.

d) Anak tidak pemalu.

 

 

 

 

C.    Gaya Belajar Kecerdasan Interpersonal Pada AUD

Gaya belajar interpersonal menurut Ferriman adalah these people are the ones who enjoy learning in groups or with other people, and aim to work with others as much as possible (Wijayanti et al., 2018: 160). Gaya belajar interpersonal dapat dilihat dari cara siswa berinteraksi dengan teman maupun guru, Siswa dengan gaya belajar interpersonal mudah untuk bergaul, berkolaborasi, bertukar pikiran, senang berdiskusi dan belajar berkelompok, antara gaya belajar dengan kecerdasan memiliki hubungan yang sangat erat.  (Sutini et al., 2020: 90; Wijayanti et al., 2018: 161).

Gaya belajar kecerdasan interpersonal yaitu sebagai berikut. (Sutini et al., 2020: 90; Wijayanti et al., 2018: 161-162)

1.      Kemampuan untuk berkomunikasi dengan baik dengan orang-orang, baik secara lisan (verbal) dan nonverbal.

2.      Lebih memilih belajar di kelompok atau kelas.

3.      Lebih suka kegiatan sosial, daripada melakukan hal sendiri.

 

D.    Metode

Menurut Suyono dan Hariyanto metode pembelajaran adalah langkah-langkah atau prosedur pembelajaran, termasuk penilaian, dalam rencana pembelajaran agar tujuan pembelajaran tercapai contohnya metode eksperimen, metode diskusi, metode karyawisata, metode proyek dan metode pembelajaran kooperatif (Suyono dan hariyanto, 2011: 22). Metode pembelajaran merupakan cara mengajar atau cara menyampaikan materi pelajaran kepada siswa yang sedang belajar (Suyanto dan Jihad, 2013: 114).

Terdapat berbagai macam metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran yaitu sebagai berikut.

1.      Metode Pembelajaran Proyek

Metode proyek merupakan salah satu cara pemberian pengalaman belajar dengan menghadapkan anak dengan persoalan sehari-hari yang harus dipecahkan secara berkelompok, melalui metode ini anak-anak dapat berkolaborasi, berkomunikasi dan bertukar pikiran serta dapat meningkatkan motivasi dengan temannya karena pelaksanaan pembelajaran ini secara berkelompok (Putri et al., 2019: 16). Metode proyek memiliki peluang untuk menstimulasi kecerdasan interpersonal. Karena metode proyek merupakan model pembelajaran yang melibatkan anak secara aktif dalam mencapai tujuan pembelajaran untuk dapat menghasilkan berbagai kemampuan, tidak hanya pengetahuan atau masalah teknis, tetapi juga keterampilan seperti mengatasi informasi, hubungan antar manusia yang dapat dirangsang melalui bekerja sama memecahkan masalah. Metode proyek diharapkan mampu mengembangkan kecerdasan interpersonal anak. Sebab hubungan antar manusia merupakan salah satu tuntutan hidup yang harus dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.

Langkah-langkah metode proyek yaitu sebagai berikut.

a.       Memilih topik, topik harus sesuatu yang konkret dan dekat dengan lingkungan anak.

b.      Melakukan eksplorasi, anak dirangsang untuk mengungkapkan berbagai pertanyaan, komentar dan ide-ide yang berkaitan dengan topik yang telah dipilih.

c.       Pengorganisasian, ini merupakan ide-ide dan pertanyaan anak-anak yang dikembangkan menjadi kegiatan belajar untuk eksplorasi lebih lanjut.

d.      Diskusi/representasi, langkah ini adalah langkah anak berbagi, mencari solusi, jawaban dan berbagi perasaan anak tentang proses kegiatan yang dialami ketika melakukan pencarian informasi tentang topik yang diplih.

e.       Ringkasan pengalaman, ini merupakan tahap puncak dari seluruh rangkaian pengalaman anak dalam mengekplorasi topik pembahasan.

Contoh kegiatan proyek di kelompok bermain, misal topik yang dipilih adalah air karena musim memasuki musim hujan. Kemudian guru bersama anak melakukan eksplorasi tentang tema, seperti bagaimana rasa air, bagaimana air mengalir, sifat-sifat air, dan warna air. Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan dalam proyek air diawali dengan mengambil air dari kolam taman dan kemudian membawa kembali kedalam kelas lalu membandingkannya dengan air keran. Kegiatan lain yaitu air dicampur dengan bahan-bahan seperti tepung terigu untuk membentuk playdough, melukis dengan air, menggunakan botol semprot, sikat dan rol; mengangkut air dengan selang, ember, katrol dan mengalirkannya pada selokan; membuat hujan, mencuci boneka, hewan dan piring dengan air, dan diakhiri dengan kegiatan puncak yaitu kegiatan outdoor seperti mencuci sepeda roda tiga. Dari hasil proyek ini anak mampu menggunakan kosakata baru dalam bermain sehari-hari seperti merendam, menguap, menyerap, aliran dan sebagainya.

2.      Metode Demonstrasi

Metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara memperagakan barang, kejadian, aturan, dan urutan melakukan suatu kegiatan, baik secara langsung maupun melalui penggunaan media pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yang sedang disajikan. Metode demonstrasi adalah pertunjukan tentang proses terjadinya suatu peristiwa atau benda sampai pada penampilan tingkah laku yang dicontohkan peserta didik secara nyata atau tiruannya.

Metode demonstrasi ini lebih sesuai untuk mengajarkan bahan-bahan pelajaran yang merupakan suatu gerakangerakan,suaatu proses maupun hal-hal yang bersifat rutin. Dengan metode demostrasi peserta didik berkesempatan mengembangkan kemampuan mengamati segala benda yang sedang terlibat dalam proses serta dapat mengambil kesimpulan-kesimpulan Dengan metode demostrasi, proses penerimaan siswa terhadap pelajaran akan lebih berkesan secara mendalam, sehingga membentuk pengertian dengan baik dan sempurna. Juga siswa dapat mengamati dan memperhatiakan apa yang diperlihatkan selama pelajaran berlangsung. Metode demostrasi baik digunakan untuk mendapat gambaran yang lebih jelas tentang hal-hal yang berhubungan dengan proses mengatur sesuatu, proses membuat sesuatu, proses bekerjanya sesuatu, proses mengerjakan atau menggunakannya, komponen-komponen yang membentuk sesuatu, membandingkan suatu cara dengan cara lain dan untuk mengetahui atau melihat kebenaran sesuatu.

3.      Metode Bermain

Melalui bermain, bermain merupakan kegiatan yang sangat dibutuhkan, karena dunia anak adalah dunia bermain, mereka memahami dunianya dengan bermain. Kegiatan bermain merupakan sarana sosialisasi. Melalui bermain kadar interaksi sosial anak akan meningkat. Anak yang dibiasakan bermain akan lebih mudah menerima kehadiran orang lain dan berinteraksi dengan orang lain. Semakin sering anak disosialisasikan dengan orang lain mana akan semakin mudah pula ia berinteraksi dan menerima kehadiran orang lain.

 

E.     Permainan

Beberapa permainan yang mampu membantu mengembangkan aspek perkembangan interpersonal anak yaitu sebagai berikut.

1.      Permainan Ular Naga

Permainan tradisional ular naga dilakukan secara berkelompok. Pada permainan ular naga, anak-anak berbaris bergandeng memegang buntut, yakni anak yang berada di belakang berbaris sambil memegang ujung baju atau pinggang anak yang di mukanya. Seorang anak yang lebih besar atau paling besar bermain sebagai induk dan berada paling depan dalam barisan. Kemudian dua anak lagi yang cukup besar bermain sebagai gerbang, dengan berdiri berhadapan dan saling berpegangan tangan di atas kepala. Induk dan gerbang biasanya dipilih dari anak-anak yang tangkas berbicara, karena salah satu daya tarik permainan ini adalah dalam dialog yang mereka lakukan. Barisan akan bergerak melingkar kian kemari seperti ular naga yang berjalan-jalan dan terutama mengitari gerbang yang berdiri di tengah-tengah halaman sambil menyanyikan lagu. Karena permainan ini dilaksanakan secara berkelompok, maka dapat menggali aspek-aspek kecerdasan interpersonal, seperti sensitivitas sosial, kewaspadaan sosial, dan komunikasi sosial. Oleh karena itu, stimulasi ini jika dilakukan dengan tepat akan sangat membantu perkembangan anak dengan optimal dan dapat dilakukan dalam kegiatan pembelajaran di sekolah. Permainan ini bermanfaat untuk memunculkan rasa senang, bebas, memupuk kepemimpinan, bermain bersama, kepatuhan terhadap peraturan dan pemecahan masalah.

 

2.      Bermain Peran

Bermain peran merupakan suatu kegiatan bermain yang dilakukan oleh sekolompok anak. Cara untuk meningkatkan kecerdasan interpersonal pada anak salah satunya adalah dengan menggunakan permainan bermain peran yakni permainan yang melibatkan interaksi antara dua siswa atau lebih tentang suatu topik/situasi (Saleh & Sugito, 2015: 87). Melalui kegiatan bermain peran, anak akan banyak berinteraksi dengan oran lain, banyak berimajinasi, berkomunikasi, dan bekerja sama dengan orang lain (Bachtiar, 2017: 141). Menurut Desmita (2009: 14) bermain peran atau role playing adalah suatu pembelajaran yang dapat memotivasi dan meningkatkan keterampilan sosial anak. Dengan bermain peran maka kecerdasan interpersonal yang terdapat pada diri anak akan semakin terasah. Pada saat anak bermain drama, ia belajar mengamati dan menirukan peran yang sedang dimainkannya. Dengan cara berusaha menjadi orang lain, ia juga belajar hidup bersama dengan orang lain. Permainan bermain peran/drama menimbulkan kesenangan bagi anak dan menghilangkan rasa bosan yang dialaminya apabila tidak ada teman bermain.

3.          Gobak Sodor

Jumlah pemain gobak sodor antara 3-5 orang. Area bermain gobak sodor bentuknya bujur sangkar. Dalam bujur sangkar itu terdapat beberapa penjaga. Tugasnya, yaitu mencegah lawan main supaya tidak menerobos ke arena bujur sangkar. Itulah sebabnya, setiap tim harus memiliki pemimpin. Tujuannya agar tim bisa bekerja sama dengan baik. Jika ada pelanggaran aturan dari satu anggota saja, timnya pasti kalah. Pasalnya, taktik yang sudah direncanakan cenderung berantakan. Saat inilah kecerdasan interpersonal anak mulai berperan. Anak harus mencari penyelesaian masalah tanpa menyakiti perasaan teman-temannya.

 

 

 


 

DAFTAR PUSTAKA

 

Bachtiar, M. Y. (2017). Pengaruh Bermain Peran Terhadap Kecerdasan Interpersonal pada Anak Kelas A di TK Buah Hati Kota Makassar. Awlady : Jurnal Pendidikan Anak, 3(2), 139–156.

Desmita. (2009). Psikologi perkembangan peserta didik. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Hayati, F., & Julia. (2018). Peningkatan Kemampuan Interpersonal Melalui Permainan Balon Berpasangan di Kelompok Bermain PAUD Bina Insani Kemala Bhayangkari 1 Banda Aceh. Jurnal Buah Hati, 5(1), 63–71.

Juniarti, Y. (2018). Peningkatan Kecerdasan Interpersonal Anak Usia Dini melalui Media Celemek pintar. Jurnal Audi, 3(1), 27–32.

Khadijah. (2012). Konsep Dasar Pendidikan Prasekolah. Medan: PerdanaMulya Sarana.

Lwin. (2008). Perkembangan dan Pengembangan Anak Usia Taman Kanak. Jakarta: PT Grasindo.

Nurunnisa, E. C. (2017). Melek Kecerdasan Interpersonal Anak Usia Dini. Tunas Siliwangi, 2(2), 10–17.

Putri, P. D. A. S., Tirtayani, L. A., & Suadnyana, I. N. (2019). Pengaruh Metode Proyek Berbasis Pendekatan Saintifik Terhadap kecerdasan Interpersonal Anak Kelompok B TK Gugus I Sukawati. Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini Undiksha, 7(1), 13–24.

Sahidun, N. (2018). Peningkatan Kecerdasan Interpersonal Anak Usia Dini Melalui Permainan Tradisional. Journal of Early Childhood Care & Education, 1(1), 13–17.

Saleh, S. M., & Sugito. (2015). Implementasi Metode Bermain Peran Untuk Meningkatkan Kecerdasan Interpersonal Anak Usia 5-6 Tahun di TK Barunawati. Jurnal Pendidikan Dan Pemberdayaan Masyarakat, 2(1), 85–93.

Sutini, Francisca, M. Y., Rokayah, S., Slawantya, Y. R., & Faqih. (2020). Gaya Belajar Interpersonal dan Pemahaman Konsep Peserta Didik terhadap Materi Pokok Statistika. Al-Khwarizmi: Jurnal Pendidikan Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam, 8(1), 87–98.

Suyanto dan Asep Jihad. (2013). Menjadi Guru Profesional (Strategi Meningkatkan Kualifikasi dan Kualitas Guru di Era Global). Jakarta: Esensi.

Suyono dan Hariyanto. (2011). Belajar dan Pembelajaran (Teori dan Konsep Dasar). Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Utami, A. D. (2012). Peningkatan Kecerdasan Intrapersonal dan Kecerdasan Interpersonal Melalui Pembelajaran Project Approach. Jurnal Ilmiah VISI P2TK PAUD NI, 7(2), 138–152.

Wijayanti, A., Safitri, P. T., & Raditya, A. (2018). Analisis Pemahaman Konsep limit Ditinjau Dari gaya Belajar Interpersonal. Prima: Jurnal Pendidikan Matematika, 2(2), 157–173.

Yaumi, Muhammad dan Nurdin Ibrahim. (2013). Pembelajaran Berbasis Kecerdasan Jamak. Jakarta: Kencana Prenadamedia Group.

 Hollender, J., T. D., Monjelat, N., Carretero, M., Implicada, P., Motivaci, L. (2018). PENGEMBANGAN KECERDASAN INTERPERSONAL ANAK USIA DINI. Director, 15(29), 7577–7588.