A. Pengertian Kecerdasan Logika Matematika
Kecerdasan
kognitif atau kecerdasan merupakan suatu proses mental sehingga tidak hanya
sekedar kemampuan yang terkait dengan hal akademis. Howard Gardner menyebutkan
bahwa kecerdasan tidak bersifat tunggal, tapi majemuk atau disebut kecerdasan
majemuk (multiple intelligence). Kecerdasan majemuk terdiri dari 8 macam
kecerdasan yaitu Kecerdasan Bahasa, Kecerdasan Logika-Matematika, Kecerdasan
Visio- Spasial, Kecerdasan Kinestetik, Kecerdasan Musik, Kecerdasan
Intrapersonal, Kecerdasan Interpersonal, dan Kecerdasan Natural.
Hubungan antara matematika dan
logika adalah bahwa keduanya secara ketat mengikuti hukum dasar, dan ada
konsistensi dalam pemikiran logis. Filsuf Yunani Aristoteles mungkin adalah
yang pertama kali mengidentifikasikan dan menformalkan hukum logika. Hukum ini
menjelaskan bagaimana argumentasi disusun, bukti dan syarat dinyatakan dan
kesimpulan tersebut. Dari logikalah timbul pemikiran ilmiah sehingga timbul
hipotesis dari pengamatan, hasil dari revolusi ilmiah masih kuat dirasakan
sekarang, karena alasan inilah Dr. Howard Gardner menyertakan kecerdasan logis
matematis sebagai salah satu kecerdasan yang paling penting dalam
klasifikasinya. Kecerdasan logika matematika merupakan salah satu kecerdasan
yang terdapat dalam kecerdasan multiple intelegences
. Kecerdasan logika matematika adalah kemampuan untuk mengenal warna dan bentuk
secara efektif guna meningkatkan keterampilan mengelolah angka serta kemahiran
mengguakan logika atau akal sehat. Istilah kecerdasan logika matematis
(math-logical intelligence) merujuk pada pemahaman paling popular dalam soal
logika, beberapa ahli psikologi yang berkecimpung dalam bidang pendidikan
mendefinisikan Intelektual atau kognitif dengan berbagai peristilahan.
Tujuan
kecerdasan logika-matematika tujuan umum permainan kreatif PAUD untuk melatih
kecerdasan logikamatematika adalah :
1. Mengembangkan kemampuan mengurutkan sesuai
ciri tertentu
2. Mengembangkan kemampuan membilang, menyebutkan
angka 1 sampai 10
3. Mengembangkan kemampuan perkiraan ukuran
seperti: banyak sedikit, besar-kecil dan panjang pendek
4. Merangsang kemampuan mengenali pola
5. Merangsang kepekaan strategi
6. Merangsang kemampuan mengenali.
Faktor yang Mempengaruhi Kecerdasan Logika-Matematika
1. Faktor Herediter ( faktor bawaan dari
keturunan ), semua anak mempunyai gen pembawa kecerdasan dengan kadar yang
dapat berbeda-beda
2. Faktor Lingkungan, semenjak lahir anak
mulai berinteraksi dengan lingkungan tempat hidupnya. Ketika panca indera mulai
berfungsi anak akan semakin banyak berhubungan dengan lingkungan. Lingkungan
berpengaruh besar pada kecerdasan anak.
3. Asupan Nutrisi pada Zat Makanan Nutrisi
merupakan salah satu faktor yang mendukung perkembangan kecerdasan anak. Jumlah
nutrisi harus memenuhi batas kemampuan tubuh untuk menyerapnya dalam keadaan
yang berlebihan, nutrisi tersebut tidak dapat diserap bagaimana fungsinya.
Bahkan dapat menimbulkan efek samping yang kurang baik.
4. Aspek kejiwaan Kondisi emosi bernilai
penting dalam menumbuhkan bakat dan minat anak sehingga akan sangat berpengaruh
pada tingkat kecerdasan anak Jadi kecerdasan logika-matematika adalah kemampuan
untuk melihat, memahami angka,konsep bentuk, pola serta memecahkan masalah
sederhana.
B.
Indicator Kecerdasan Matematis-Logis AUD
Anak-anak yang
cerdas dalam logika matematika cenderung terus bertanya dan ingin tahu tentang
sebab-sebab suatu peristiwa atau gejala dilingkungannya, seperti mengapa ada
petir, banjir, gempa bumi, dan gunung meletus. Mereka juga cenderung memilih
permainan yang memerlukan pemikiran dan strategi.
Pada anak-anak, kecerdasan logika
matematika muncul dalam bentuk indikator berikut:
1.
Anak memiliki
kepekaan terhadap angka, senang melihat angka (anak usia 2-6 tahun) dan cepat
menghitung benda-benda yang dimiliki (usia KB dan TK), cepat mengusai simbol
angka dan pembiilangan, mengidentifikasi dengan baik angka pada uang, serta
mamppu menghitung cepat (usia TK).
2.
Anak tertarik
dan terlibat dengan komputer dan kakulator. Anak usia 2-3 tahun suka bermain
kakulator, memecet-mecet dan senang melihat angka keluar. Anak usia 3-4 tahun
dapat memainkan game sederhana. Anak usia 4-6 tahun dapat memanfaatkan
kalkulator untuk menambah dan mengurang, tetapi masih kesulitan membaca angka
dalam jumlah banyak (di atas seratus).
3.
Anak sering
mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang sebab atau akibat suatu gejala atau fenomena ,
seperti “Mengapa kepala pusing,?”. Anak usia 2-3 tahun sering mengajukan
pertanyaan berulang, anak usia 3-4 tahun lebih banyak melakukan probbing (atau
pertanyaan mengejar), dan anak usia 4-5 tahun mampu bertanya dengan hipotesis
yang didasarkan pada dugaan atau pengetahuan, seperti “ Kalau hujan, banjir
ya,?”.
4.
Anak menyukai
permaianan yang
menggunakan logika, strategi, dan pemikiran.
5.
Anak dapat menjelaskan
masalah-masalah ringan secara logis, seperti mengapa takut, mengapa perut
menjadi kenyang, mengapa terjatuh dan mengapa teman mejadi marah.
6.
Anak dapat membuat perkiraan suatu
akibat dan memikirkan eksperimen sederhana untuk membuktikan dugaan.
7.
Anak menghabiskan banyak waktu untuk
bermain yang membutuhkan kemampuan konstruksi, seperti menyusun balok, memasang
angka-angka, dan memasang gambar.
8.
Anak suka menyususn sesuatu secara
serial, kategori, hierarkial, seperti menata balok berdasarkan besar hinggga
kecil, mengelompokan balok berdasarkan geometri.
9.
Anak mudah memahami penjelasan
sebab-akibat dan mudah mencerna fenomena yang dilihat yang terkait dengan
logika jika-maka dan sebab-akibat.
10.
Anak suka melihat buku yang memuat
gambar-gambar pengetahuan alam, teknologi transportasi, Anak usia 2-6 tahun
senang menikmati gambar-gambar yang memuat gunung berapi, lava pijar, gambar
bintang, senang menikmati gambar berbagai jenis mobil, pesawat terbang,
helicopter.
C.
Konsep Permainan Matematika Anak Usia Dini
Berikut ini beberapa konsep matematika yang perlu
diajarkan kepada anak usia dini.
1. Konsep Angka
Angka
merupakan hal yang paling dasar pada matematika. Mengajarkan konsep angka pada
anak usia dini dilakukan melalui dua tahapan. Pertama, mengenalkan konsep angka
kepada anak usia 0-3 tahun. Kedua, mengembangkan konsep angka pada anak usia
3-6 tahun. Untuk mengenalkan konsep angka pada anak usia dibawah 3 tahun dapat
dilakukan melalui tiga tahap, yaitu:
a. Membilang,
yaitu menyebutkan bilangan berdasarkan urutan.
b. Mencocokan
setiap angka dengan benda yang sedang dihitung.
c.
Membandingkan antara kelompok benda satu dengan kelompok benda yang lain untuk
mengetahui jumlah benda yang lebih banyak, lebih sedikit, atau sama.
Setelah anak
mengenal angka, maka perlu dikembangkan pemahaman anak. Konsep angka
dikembangkan melalui 3 tahap:
a. Menghitung
b. Hubungan satu-satu
c. Menjumlah, membandingkan dan simbol angka
2. Konsep Pola dan Hubungan
Pola
merupakan susunan benda yang terdiri atas warna, bentuk, jumlah, atau
peristiwa. Contoh susunan pola berdasarkan ukuran yaitu besar, kecil. Susunan
pola berdasarkan warna yaitu kuning, hijau, dll. Susunan pola berdasarkan
peristiwa sehari-hari yaitu sesudah makan nasi, saya minum air putih. Untuk
mengembangkan kemampuan mengenal pola dan hubungan, anak perlu diberi banyak
kesempatan untuk mengenali dan memanipulasi benda serta mencatat persamaan dan
perbedaannya.
3. Konsep Hubungan Geometri dan Ruang
Pengertian
yang dimaksud di sini adalah anak mengenal bentuk-bentuk geometri seperti
segitiga, segi empat, persegi, lingkaran yang sama dan posisi dirinya dalam
suatu ruang. Anak bisa paham tentang pengertian ruang ketika anak sadar akan
posisi dirinya jika dihubungkan dengan penataan benda-benda di sekelilingnya.
Anak belajar tentang tempat dan posisi, seperti: di atas, di bawah, pada, di
dalam, di luar. Selain itu, anak juga belajar tentang pengertian jarak,
seperti: dekat, jauh dan sebagainya.
4. Konsep Memilih dan Mengelompokan
Memilih
dan mengelompokan meliputi kemampuan mengamati dan mencatat persamaan dan
perbedaan benda. Anak usia di bawah tiga tahun mengenal persamaan dan perbedaan
melalui kelima indera mereka pada saat bereksplorasi dengan benda-benda di
sekitarnya. Anak belajar melalui memperhatikan, mendengar, menyentuh,
merasakan, mencium bau benda-benda yang dimainkannya, sehingga mengetahui
benda-benda yang sama dan yang berbeda (Asiah & Pendahuluan, 2019)
5. Konsep Pengukuran
Anak
belajar pengukuran dari berbagai kegiatan yang membutuhkan kreativitas. Tahap
awal anak tidak menggunakan alat, tetapi mengenalkan konsep lebih panjang,
lebih pendek, lebih ringan, cepat, dan lebih lambat. Tahap berikutnya, anak
diajak menggunakan alat ukur bukan standar, seperti pita, sepatu, dan
sebagainya. Pada tahap lebih tinggi, anak diajak menggunakan jam dinding,
penggaris, skala, thermometer.
6. Pengumpulan, Pengaturan dan Tampilan Data
Pada
awalnya anak memilih mainan tanpa spesifikasi. Selanjutnya anak memilih mainan
dengan spesifik, misalnya berdasarkan warna, ukuran, atau bentuk. Pada tahap
yang lebih tinggi anak dapat memilih mainan berdasarkan lebih dari satu
variabel, misal berdasarkan warna dan bentuk, atau warna, bentuk dan ukuran. Membuat
grafik merupakan cara anak untuk menampilkan bermacammacam informasi atau data
dalam bentuk yang berlainan. Misalnya anak membuat grafik sederhana tentang
mainan kesukaan anak. Pengetahuan anak tentang pengumpulan berhubungan dengan
statistika.