Powered By Blogger

Jumat, 23 Desember 2022

Kecerdasan Matematis-Logis pada AUD

 A.     Pengertian Kecerdasan Logika Matematika

Kecerdasan kognitif atau kecerdasan merupakan suatu proses mental sehingga tidak hanya sekedar kemampuan yang terkait dengan hal akademis. Howard Gardner menyebutkan bahwa kecerdasan tidak bersifat tunggal, tapi majemuk atau disebut kecerdasan majemuk (multiple intelligence). Kecerdasan majemuk terdiri dari 8 macam kecerdasan yaitu Kecerdasan Bahasa, Kecerdasan Logika-Matematika, Kecerdasan Visio- Spasial, Kecerdasan Kinestetik, Kecerdasan Musik, Kecerdasan Intrapersonal, Kecerdasan Interpersonal, dan Kecerdasan Natural.

Hubungan antara matematika dan logika adalah bahwa keduanya secara ketat mengikuti hukum dasar, dan ada konsistensi dalam pemikiran logis. Filsuf Yunani Aristoteles mungkin adalah yang pertama kali mengidentifikasikan dan menformalkan hukum logika. Hukum ini menjelaskan bagaimana argumentasi disusun, bukti dan syarat dinyatakan dan kesimpulan tersebut. Dari logikalah timbul pemikiran ilmiah sehingga timbul hipotesis dari pengamatan, hasil dari revolusi ilmiah masih kuat dirasakan sekarang, karena alasan inilah Dr. Howard Gardner menyertakan kecerdasan logis matematis sebagai salah satu kecerdasan yang paling penting dalam klasifikasinya. Kecerdasan logika matematika merupakan salah satu kecerdasan yang terdapat dalam kecerdasan multiple intelegences . Kecerdasan logika matematika adalah kemampuan untuk mengenal warna dan bentuk secara efektif guna meningkatkan keterampilan mengelolah angka serta kemahiran mengguakan logika atau akal sehat. Istilah kecerdasan logika matematis (math-logical intelligence) merujuk pada pemahaman paling popular dalam soal logika, beberapa ahli psikologi yang berkecimpung dalam bidang pendidikan mendefinisikan Intelektual atau kognitif dengan berbagai peristilahan.

Tujuan kecerdasan logika-matematika tujuan umum permainan kreatif PAUD untuk melatih kecerdasan logikamatematika adalah :

1.      Mengembangkan kemampuan mengurutkan sesuai ciri tertentu

2.      Mengembangkan kemampuan membilang, menyebutkan angka 1 sampai 10

3.      Mengembangkan kemampuan perkiraan ukuran seperti: banyak sedikit, besar-kecil dan panjang pendek

4.      Merangsang kemampuan mengenali pola

5.      Merangsang kepekaan strategi

6.      Merangsang kemampuan mengenali.

Faktor yang Mempengaruhi Kecerdasan Logika-Matematika

1.       Faktor Herediter ( faktor bawaan dari keturunan ), semua anak mempunyai gen pembawa kecerdasan dengan kadar yang dapat berbeda-beda

2.      Faktor Lingkungan, semenjak lahir anak mulai berinteraksi dengan lingkungan tempat hidupnya. Ketika panca indera mulai berfungsi anak akan semakin banyak berhubungan dengan lingkungan. Lingkungan berpengaruh besar pada kecerdasan anak.

3.      Asupan Nutrisi pada Zat Makanan Nutrisi merupakan salah satu faktor yang mendukung perkembangan kecerdasan anak. Jumlah nutrisi harus memenuhi batas kemampuan tubuh untuk menyerapnya dalam keadaan yang berlebihan, nutrisi tersebut tidak dapat diserap bagaimana fungsinya. Bahkan dapat menimbulkan efek samping yang kurang baik.

4.      Aspek kejiwaan Kondisi emosi bernilai penting dalam menumbuhkan bakat dan minat anak sehingga akan sangat berpengaruh pada tingkat kecerdasan anak Jadi kecerdasan logika-matematika adalah kemampuan untuk melihat, memahami angka,konsep bentuk, pola serta memecahkan masalah sederhana.

 

B.      Indicator Kecerdasan Matematis-Logis AUD

Anak-anak yang cerdas dalam logika matematika cenderung terus bertanya dan ingin tahu tentang sebab-sebab suatu peristiwa atau gejala dilingkungannya, seperti mengapa ada petir, banjir, gempa bumi, dan gunung meletus. Mereka juga cenderung memilih permainan yang memerlukan pemikiran dan strategi.

Pada anak-anak, kecerdasan logika matematika muncul dalam bentuk indikator berikut:

1.    Anak memiliki kepekaan terhadap angka, senang melihat angka (anak usia 2-6 tahun) dan cepat menghitung benda-benda yang dimiliki (usia KB dan TK), cepat mengusai simbol angka dan pembiilangan, mengidentifikasi dengan baik angka pada uang, serta mamppu menghitung cepat (usia TK).

2.    Anak tertarik dan terlibat dengan komputer dan kakulator. Anak usia 2-3 tahun suka bermain kakulator, memecet-mecet dan senang melihat angka keluar. Anak usia 3-4 tahun dapat memainkan game sederhana. Anak usia 4-6 tahun dapat memanfaatkan kalkulator untuk menambah dan mengurang, tetapi masih kesulitan membaca angka dalam jumlah banyak (di atas seratus).

3.    Anak sering mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang sebab atau akibat suatu gejala atau fenomena , seperti “Mengapa kepala pusing,?”. Anak usia 2-3 tahun sering mengajukan pertanyaan berulang, anak usia 3-4 tahun lebih banyak melakukan probbing (atau pertanyaan mengejar), dan anak usia 4-5 tahun mampu bertanya dengan hipotesis yang didasarkan pada dugaan atau pengetahuan, seperti “ Kalau hujan, banjir ya,?”.

4.    Anak menyukai permaianan yang menggunakan logika, strategi, dan pemikiran.

5.    Anak dapat menjelaskan masalah-masalah ringan secara logis, seperti mengapa takut, mengapa perut menjadi kenyang, mengapa terjatuh dan mengapa teman mejadi marah.

6.    Anak dapat membuat perkiraan suatu akibat dan memikirkan eksperimen sederhana untuk membuktikan dugaan.

7.    Anak menghabiskan banyak waktu untuk bermain yang membutuhkan kemampuan konstruksi, seperti menyusun balok, memasang angka-angka, dan memasang gambar.

8.    Anak suka menyususn sesuatu secara serial, kategori, hierarkial, seperti menata balok berdasarkan besar hinggga kecil, mengelompokan balok berdasarkan geometri.

9.    Anak mudah memahami penjelasan sebab-akibat dan mudah mencerna fenomena yang dilihat yang terkait dengan logika jika-maka dan sebab-akibat.

10.          Anak suka melihat buku yang memuat gambar-gambar pengetahuan alam, teknologi transportasi, Anak usia 2-6 tahun senang menikmati gambar-gambar yang memuat gunung berapi, lava pijar, gambar bintang, senang menikmati gambar berbagai jenis mobil, pesawat terbang, helicopter.

 

 

 

C.     Konsep Permainan Matematika Anak Usia Dini

Berikut ini beberapa konsep matematika yang perlu diajarkan kepada anak usia dini.

1.      Konsep Angka

Angka merupakan hal yang paling dasar pada matematika. Mengajarkan konsep angka pada anak usia dini dilakukan melalui dua tahapan. Pertama, mengenalkan konsep angka kepada anak usia 0-3 tahun. Kedua, mengembangkan konsep angka pada anak usia 3-6 tahun. Untuk mengenalkan konsep angka pada anak usia dibawah 3 tahun dapat dilakukan melalui tiga tahap, yaitu:

a. Membilang, yaitu menyebutkan bilangan berdasarkan urutan.

b. Mencocokan setiap angka dengan benda yang sedang dihitung.

c. Membandingkan antara kelompok benda satu dengan kelompok benda yang lain untuk mengetahui jumlah benda yang lebih banyak, lebih sedikit, atau sama.

Setelah anak mengenal angka, maka perlu dikembangkan pemahaman anak. Konsep angka dikembangkan melalui 3 tahap:

a.       Menghitung

b.      Hubungan satu-satu

c.       Menjumlah, membandingkan dan simbol angka

 

2.      Konsep Pola dan Hubungan

Pola merupakan susunan benda yang terdiri atas warna, bentuk, jumlah, atau peristiwa. Contoh susunan pola berdasarkan ukuran yaitu besar, kecil. Susunan pola berdasarkan warna yaitu kuning, hijau, dll. Susunan pola berdasarkan peristiwa sehari-hari yaitu sesudah makan nasi, saya minum air putih. Untuk mengembangkan kemampuan mengenal pola dan hubungan, anak perlu diberi banyak kesempatan untuk mengenali dan memanipulasi benda serta mencatat persamaan dan perbedaannya.

3.      Konsep Hubungan Geometri dan Ruang

Pengertian yang dimaksud di sini adalah anak mengenal bentuk-bentuk geometri seperti segitiga, segi empat, persegi, lingkaran yang sama dan posisi dirinya dalam suatu ruang. Anak bisa paham tentang pengertian ruang ketika anak sadar akan posisi dirinya jika dihubungkan dengan penataan benda-benda di sekelilingnya. Anak belajar tentang tempat dan posisi, seperti: di atas, di bawah, pada, di dalam, di luar. Selain itu, anak juga belajar tentang pengertian jarak, seperti: dekat, jauh dan sebagainya.

4.      Konsep Memilih dan Mengelompokan

Memilih dan mengelompokan meliputi kemampuan mengamati dan mencatat persamaan dan perbedaan benda. Anak usia di bawah tiga tahun mengenal persamaan dan perbedaan melalui kelima indera mereka pada saat bereksplorasi dengan benda-benda di sekitarnya. Anak belajar melalui memperhatikan, mendengar, menyentuh, merasakan, mencium bau benda-benda yang dimainkannya, sehingga mengetahui benda-benda yang sama dan yang berbeda (Asiah & Pendahuluan, 2019)

5.      Konsep Pengukuran

Anak belajar pengukuran dari berbagai kegiatan yang membutuhkan kreativitas. Tahap awal anak tidak menggunakan alat, tetapi mengenalkan konsep lebih panjang, lebih pendek, lebih ringan, cepat, dan lebih lambat. Tahap berikutnya, anak diajak menggunakan alat ukur bukan standar, seperti pita, sepatu, dan sebagainya. Pada tahap lebih tinggi, anak diajak menggunakan jam dinding, penggaris, skala, thermometer.

6.      Pengumpulan, Pengaturan dan Tampilan Data

Pada awalnya anak memilih mainan tanpa spesifikasi. Selanjutnya anak memilih mainan dengan spesifik, misalnya berdasarkan warna, ukuran, atau bentuk. Pada tahap yang lebih tinggi anak dapat memilih mainan berdasarkan lebih dari satu variabel, misal berdasarkan warna dan bentuk, atau warna, bentuk dan ukuran. Membuat grafik merupakan cara anak untuk menampilkan bermacammacam informasi atau data dalam bentuk yang berlainan. Misalnya anak membuat grafik sederhana tentang mainan kesukaan anak. Pengetahuan anak tentang pengumpulan berhubungan dengan statistika.