A. Pengertian kecerdasan lingustik verbal pada AUD
Kecerdaan
lingustik adalah kemampuan untuk menggunakan kata-kata secara efektif, baik
secara lisan maupun tulisan. Kecerdasan ini mencakup kepekaan terhadap arti
kata, urutan kata, suara, ritme dan intonasi dari kata yang diucapkan. Proses
pendidikan verbal merupakan proses sulit untuk dilatih, maka proses ini
hendaknya dilakukan sejak anak pada usia agresifnya pada usia kanak-kanak.
Kecerdasan lingustik anak berkaitan dengan kemampuan Bahasa dan dalam hal
penggunaannya.
Menurut (Sujiono,
2012) kecerdasan Bahasa atau lingustik merupakan kemampuan seseorang
mengolah kata, menggunakan kata dengan efektif dalam bentuk verbal maupun
nonverbal.
Kecerdasan lingustik juga diartikan sebagai
keterampilan dalam mengolah pikiran dengan baik dan jelas serta mampu mempraktikannya
baik ketika berbicara, menulis dan membaca. Kebanyakan orang dengan kecerdasan
ini mampu menjadi pengacara, narasumber dan sebagainya (Suaydi, 2014).
Fokus perkembangan lingustik menurut Mukhtar Latif, dkk
dalam buku Orientasi Baru Penddidikan Anak Usia Dini adalah sebagai
berikut :
1. Keterampilan
mendengar : memahami cerita, mengerti maksud percakapan, menangkap arti
perintah, pengusaan kosakata, manangkap makna puisi.
2. Receptive
Language atau nahasa
yang dapat dipahami
3. Exspressive
Language atau atau
Bahasa yang diucapkan atau yang ditampilkan,mampu berbicara (artikulasi,
intonasi, dan sebagainya) dengan baik dapat menyampaikan gagasan atau
berdiskusi atau berdebat, mengulang hafalan, wawancara dan lain sebagainya.
4. Menulis : mampu
mengungkapkn gagasan atau ide dalam bentuk tulisan atau mengekspresikan sesuatu
dalam bentuk tulisan atau mampu memilih dan merrangkai kata sesuai dengan
tujuan yang hendak dicapai.
5. Membaca
memahami bacaan, mengerti arti kata-kata atau ungkapan yang digunakan atau
menangkap pesan utama bacaan atau membaca dengan kecepatan yang baik (Rina
Roudhotul Jannah, dkk, 2018: 3-5).
B.
Ciri-ciri kecerdasan
lingustik
Ciri-ciri kecerdasan verbal lingustik adalah kemampuan
anak dalam berfiki kemudian mengekspresikannya dengan Bahasa, peka terhadap
kata-kata, mampu mengekspresikan kata-kata dalam kehidupan sehari-hari, mampu
memahami apa yang disampaikan, senang membaca, senang mencoret-coret dan
menulis, mampu berbicara didepan orang banyak, dan mampu mempelajari Bahasa
asing.
Manfaat kecerdasan verbal lingustik menurut Gunadi
(2010:57) antara lain : 1) mudah bergaul, 2) ukuran dan intelegensi dan
pendidikan, 3) menguasai bidang Bahasa verbal dan nonverbal.
Ciri-ciri dari kecerdasan verbal lingustik sebagai
berikut :
1. Mampu
menuliskan pngalaman kesehariannya
2. Pendapatnya
secara lebih baik dibandingkan anak seusianya
3. Memiliki
kosakata yang banyak dibandingkan anak seusianya dan menggunakannya dengan
tepat,
4. Banyak
membaca (buku, artikel diinternet, dan lain sejenisnya).
5. Mengeja kata
asing dan baru dengan tepat
6. Suka
mendengarkan pernyataan-peryataan lisan (cerita, ulasan radioa, buku bersuara),
menyukai pantun, permainan kata, serangkaian kata yang sukar diucapkan
7. Dan suka
bercerita panjang lebar atau mampu menceritakan lelucon dan kisah-kisah.
Sementara
itu Gardner, dkk (Dryden dan Vos, 2001:342) mendeskripsikan ciri orang yang
memiliki kecerdasan lingustik sebagai berikut : Sensitif terhadap pola,
teratur, sistematis, mampu berargumentasi, suka mendengarkan, suka membaca,
suka menulis, mengeja dengan mudah, suka bermain kata, memiliki ingatan yang
tajam tentang hal-hal sepele, pembicara public dan tukang debat yang
andal.
C.
Gaya belajar kecerdasan
lingustik
Gaya belajar adalah kunci untuk mengembangkan kinerja
seseorang dalam pekerjaan, disekolah dan situasi-situasi antar pribadi.
Ketika seseorang menyadari bagaimana modalitas dan dominasi otak, maka ia dapat
belajar dan berkomunikasi dengan gayanya sendiri.
Kecerdasan lingustik adalah kemampuan untu menggunakan
kata-kata secara efektif, baik secara lisan maupun tulisan, kecerdasan ini
mencakup kepekaan terhadap arti kata, suara, ritme, dan intonasi dari kata yang
diucapkan. Termasuk kemampuan untuk mengerti kekuatan kata dalam mengubah
kondisi piikiran dan menyampaikan informasi.
Mengetahui gaya belajar siswa yang berbeda ini membantu
guru untuk mendekati semua siswa dengan menyampaikan informasi dengan gaya yang
berbeda-beda sesuai dengan objeknya.jika guru akrab dengan gaya belajar siswa,
guru dapat mengambil langkah-langkah penting untuk membantu siswa belajar cepat
dan mudah (Porter dan Henarcki, 1999).
Ada beberapa model pendidikan kecerdasan
lingustik-verbal yang bisa dikembangkan melalui pembelajaran sastra. Model yang
dimaksud adalah menciptakan kisah.
a. Berdebat
b. Berdiskusi
c. Menafsirkan
d. Menyampaikan
laporan
e. Berbicara
dan menulis tentang karya sastra.
D.
Metode
a. Metode
bercakap-cakap
Bercakap-cakap berkembang manjadi
suatu dialog dikarenakan melibatkan dua orang atau lebih.manfaat yang diperoleh
dari bercakap-cakap sebagai beikut : 1) meningkatkan keberanian anak untuk
bebicara, 2) melatih kemampuan anak untuk mendengarkan pembicaraan dan
menangkap pesan dari orang lain, 3) membangun konsep diri yang positif, 4) memperluas pengetahuan dan
meningkatkan perbendaharaan koskata yang dimiliki oleh anak, serta 5)
meningkatkan keberanian anak untuk mengadakan hubungan dengan orang lain, yakni
guru dan teman sebaya (Mukhtar Latif, dkk, 2013).
b. Metode bercerita
Bercerita merupakan cara bertutur
dan menyampaikan cerita atau memberikan penjelasan secara lisan. Bercerita juga
merupakan bentuk untuk menyampaikan nilai-nilai yang berlaku dimasyarakat. Isi
cerita yag disampaikan diusahakan berhubungan dengan dunia kehidupan anak yang
penuh kegembiraan, yang menuntut isi cerita memiliki unsur yang dapat
memberikan perasaan gembira, lucu, menarik dan mengasyikan bagi anak.
c. Metode
bernyanyi
Bernyanyi memiliki banyak manfaat
untuk pembelajaran anak usia dini, yakni : 1) bernyanyi dapat menyenangkan
anak, 2) bernyanyi dapat dipakai untuk mengatasi kecemasan, 3) bernyanyi
merupakan media untuk mengekspresikan perasaan.
E.
Permainan
Ø
Cari pasangannya
Permainan ini melatih untuk keterampilan berpikir logis, melatih daya
ingat, melatih motorik halus, dan mengenal benda-benda, baik nama, bentuk serta
menambah kosakata.
1. Alat dan
bahan
Lima buah benda kecil yang memiliki “teman” yang sejenis atau pasangan,
seperti : sendok, garpu, gelas, piring, buku tulis, pencil, dll.
2. Cara bermain
a. Libatkan
anak untuk mempersiapkan alat dan bahan bermain
b. Ajak anak
untuk mengamati bahan dan alat yang akan digunakan (bentuk, ukuran, dan
ciri-ciri)
c. Didepan
anak, jajarkan diatas meja benda-benda yang telah disiapkan sebelumnya.
d. Katakan pada
anak, “Masing-masing benda ini hanya sendirian, pedahal mereka memiliki
pasangan, jadi ada satu lagi pasangan yang pergi entah kemana.
e. Mintalah
anak mencari “pasangan” benda itu (sendok dengan sendok, garpu dengan garpu,
dan seterusnya).
f.
Permainan selesai jika
masing-masing benda tersebut telah menjadi mendapatkan pasangannya.
g. Berikan
pujian pada anak bila anak berhasil menyelesaikan kegiatan bermainnya.
Ø
Menyusun kalimat dari
kata akhir
Anak-anak berdiri berjajar. Guru
mengawali sebuah kalimat. Kalimat diucapkan secara lisan. Kata akhir dari
kalimat tersebut digunakan oleh siswa sebagai kata pertama untuk membuat
kalimat baru.
Contoh :
1. Setiap hari
aku pergi kesekolah naik sepeda.
2. Sepeda baru aku adalah hadiah
lomba melukis.
3. Melukis adalah yang paling aku
suka.
4. Sukailah karya bangsa sendiri.
5. Sendiri dirumah sangat susah.
6. Susah senang ini adalah
kembang kehidupan.
7. Kehidupan didunia hanyalah
sementara. Dan seterusnya
v
Agar permainan ini
menarik siswa yang salah atau tidak bisa membuat kalimat, diminta untuk menari
atau menyanyi.
v
Cara ini sebagai salah
satu bentuk motivasi kepada siswa agar semua kreatif dalam belajar dan sportif
dalam permainan.
Ø
Telepon bekas kaleng
Permainan ini dimainkan oleh dua
anak. Masing-masing anak memegang kedua belah telepon bekas minuman dan benang
direntangkan hingga lurus. Kemudian, salah satu anak berbisik melalui telepon
bekas minuman dan anak yang satu mendengarkan. Demikian pula sebaliknya
sehingga terjadi percakapan melalui telepon bekas minuman.
Adapun manfaat dari permainan ini
adalah memberikan kegembiraan pada anak, mengasah kecerdasan kreatifitas anak,
melatih motorik halus anak, melatih ketekunan dan kesabaran anak, mendekatkan
anak dengan alam, melatih keterampilan komunikasi anak dan melatih anak untuk
berhemat dengan mengurangi pengeluaran untuk membeli permainan (Keen Achroni,
2012: 123-133).