Powered By Blogger

Kamis, 22 Desember 2022

Metode Pendidikan Anak dalam Islam

 

BAB I

PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang

Pendidikan adalah hak warga negara, tidak terkecuali Pendidikan diusia dini merupakan hak warga negara dalam mengembangkan potensinya sejak dini. Berdasarkan berbagai penelitian bahwa usia dini merupakan pondasi terbaik dalam mengembangkan kehidupannya dimasa depan. Selain itu Pendidikan diusia dini dapat mengoptimalkan kemampuan dasar anak dalam menerima proses Pendidikan diusia-usia berikutnya.

Mengkaji makna Pendidikan anak menurut islam dengan seluruh aspeknya merupakan kewajiban setiap muslim, mempelajari berbagai hal, baik ilmu aqidah, Syariah, maupun muamalah merupakan rangkuman pokok-pokok ajaran agama islam.

B.       Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang akan dipelajari dalam penyusunan makalah ini adalah :

1.      Metode Mendidik Anak Dengan Keteladanan.

2.      Metode MendidikAnak  Dengan Kebiasaan.

3.      Metode Mendidik Anak Dengan Nasihat.

C.      Tujuan Penulisan

Tujuan penyusunan makalah yang bertema tentang Metode Pendidikan Anak Dalam Islam ini adalah :

1.      Ingin mengetahui metode mendidik anak dengan keteladanan.

2.      Ingin mengetahui mendidik anak dengan kebiasaan.

3.      Ingin mengetahu mendidik anak dengan nasihat.

 

 

BAB II

PEMBAHASAN

A.      Metode Mendidik Anak Dengan Keteladanan

Pendidikan dalam keteladanan adalah cara yang paling efektif dan berhasil dalam mempersiapkan anak dari segi akhlak, membentuk mental, dan sosialnya. Hal ini dikarenakan pendidik adalah panutan atau idola dalam pandangan anak dan contoh yang baik dimata mereka. Anak akan mengkuti tingkah laku pendidikny, meniru akhlaknya, baik disadari maupun tidak. Bahkan, semua bentuk perkataan dan perbuatan pendidik akan terpatri dalam diri anak dan menjadi bagian dari persepsinya, diketahui ataupun tidak.

Dari sini keteladanan menjadi faktor yang sangat berpengaruh pada baik buruknya anak. Jika pendidik adalah seorang yang jujur dan tepercaya, maka anak pun tumbuh dalam kejujuran dan sikap amanah. Namun, jika pendidik adalah seorang yang pendusta dan khianat maka anak juga akan tumbuh dalam kebiasaan dusta dan tidak bisa dipercaya.

Memang anak memiliki potensi yang besar untuk menjadi baik, namun sebesar apapun potensi tersebut, anak tidak akan begitu saja mengikuti prinsip-prinsip kebaikan selama ia belum melihat pendidiknya berada dipuncak ketinggian akhlak dan memberikan contoh yang baik. Mudah bagi pendidik untuk memberikan satu pelajaran kepada ana, namun sulit sangat sulit bagi anak untuk mengikutinya ketika melihat orang yang memberikan pelajaran tersebut tidak mempraktikan apa yang diajarkannya.

Allah telah mengetahui sebagai peletak manhaj langit yang sekaligus menjadi mukjizat untuk hamba-hambanya bahwa seorang rasul yang diutus olehnya untuk menyampaikan risalah langit kepada umat haruslah disifati dengan kesempurnaan jiwa, akhlak, dan akal yang tinggi. Sehingga orang-orang dapat menjadikannya rujukan, menurutinyanya, belajar darinya, dan mencontohnya dalam kemuliaan dan ketinggian akhlak yang seharusnya.

Oleh karena itu, kenabian adalah pilihan Allah dan bukan usaha manusia untuk mencapainya. Hal ini dikarenakan Allah paling mengetahui  sebagai Dzat yang telah membuat risalahnya terhadap orang yang dipilihnya dari kalangan manusia untuk menjaga utusannya sebagai pemberi kabar gembira dan peringatan. Karenanya, allah mengutus Muhammad SAW untuk menjadi teladan yang baik sepanjang sejarah disetiap waktu dan tempat bak lampu yang menerangi dan bulan yang bercahaya untuk kaum muslimin dan seluruh umat islam.

 

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا

“Sesungghnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.”(QS. Al-Ahzab [33] : 21).

 

ياأيها النبي إنا أرسلناك شاهدا ومبشرا ونذيرا وداعيا إلى الله بإذنه وسراجا منيرا

“Hai Nabi, sesungguhnya kami mengutusmu untuk jadi saksi dan pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan, dan untuk jadi penyeru kepada agama Allah dengan izinya dan untuk jadi cahaya yang menerangi.” (QS. Al-Ahzab [33] : 45-46).

Begitu juga Allah telah meletakkan pada pribadi Muhammad SAW gambaran yang sempurna tentang manhaj islam. Hal ini bertujuan agar beliau menjadi gambaran hidup yang kekal dengan kesempurnaan akhlak dan keagungannyauntuk generasi-generasi setalahnya.

‘Aisyah ra pernah ditanya tentang akhlak Rasulullah SAW makai a menjawab bahwa akhlak Rasulullah SAW adalah al-Qur’an sungguh sebuah jawaban singkat namun mengandung makna yang sangat dalam dan menyeluruh. Didalmanya terkandung manhaj Al-Qur’an yang menyeluruh dan prinsip-prinsip akhlak yang utama. Dan memang benar, Nabi SAW adalah perwujudan yang hdiup dari keutamaan-keutamaan yang terkandung dalam Al-Qur’an dan gambaran yang bergerak untuk arahan-arahan abadi yang terdapat dalam Al-Qur’an.

Siapakah kiranya yang dapat berjalan dsekitar keteladanannya atau juga hanya dapat sampai pada setetes dari lautan kebikannya?

Cukuplah dengan bangga dan kemuliaan bagi Rasulullah SAW untuk memberitahu kepada orang-orang tentang dirinya, bahwa Allah telah membuat dirinya dengan begitu sempurna dan mendidiknya dengan Pendidikan yang sangat baik agar selamanya menjadi seperti kesehatan untuk badan, matahari untuk alam, dan bulan pertama yang bercahaya ditengah lautan kegelapan. Al-‘Askari dan Ibnu As Sam’ani telah meriwayatkan bahwa Nabi SAW bersabda :

أدبني ربي فأحسن تأديبي

Tuhanku telah mendidikku, maka dia telah menyempurnakan Pendidikannya untukku.”1

Diantara hal yang menunjukkan adanya Pendidikan Allah pada diri beliau dan beliau selalu diliputi dengan ‘Inayah Rabbaniyyah (pertolongan tuhan) adalah : beliau disifati dengan sifat-sifat kenabian yang asasi baik sebelum maupun setelah menjadi nabi.[1]

B.       Metode mendidik anak dengan Kebiasaan

Telah ditetapkan dalam syariat Islam bahwa anak semenjak lahir sudah diciptakan dalam keadaan bertauhid yang murni, agama yang lurus, dan iman kepada Allah. Sebagaimana difirmankan Allah:

Yang Artinya: “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah (Itulah) agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.”[QS.Ar-Rum {30}:30]

Rasulullah juga bersabda:

Yang Artinya:”Setiap bayi dilahirkan dalam keadaan fitrah.” [HR. Al-Bukhari]

Maksudnya , yaitu dilahirkan dalam keadaan tauhid dan iman kepada Allah.

Dari sini, tibalah saatnya pembiasaan, pendiktian, dan pendisiplinan mengambil perannya dalam pertumbuhan anak dan menguatkan tauhid yang murni, akhlak yang mulia, jiwa yang agung, dan etika syariat yang lurus. Sudah tidak dipersilahkan lagi bahwa ketika anak memiliki dua faktor ini: faktor Pendidikan Islam yang luhur dan faktor lingkungan yang kondusif , sudah bisa dipastikan anak tersebut akan tumbuh dalam iman yang kuat, memiliki akhlak Islam, serta mencapai puncak keagungan jiwa dan pribadi yang mulia.

Mengenai faktor Pendidikan islam ini, Rasullullah telah menguatkanya dengan lebih satu hadits:

Yang artiya: “seseorang mendidik anaknya lebih baik dari pada bersedekah dengan satu sha.” [HR.At-Tirmidzi][2]

“Tidak ada hadiah yang deberikan seorang ayah kepada anaknya yang lebih baik dari Pendidikan yang baik.”3

“ajarkanlah anak anak dan keluarga kalian kebaikan dan didikan mereka” [HR. Abdurraziq dan sa’id bin manshur]

“didiklah anak anak kalian dengan tiga perkara, mencintai nabi kalian, mencintai sanak keluarga, dan membaca Al,QUR-AN” [HR. Ath-Thabrani]

Sedangkan mengenai faktor lingkungan yang kondusif, Rasulullah telah memberikan pengarahan masalah itu pada lebih dari satu kesempatan:

       “setiap bayi dilahirkan dalam keadaan fitrah, maka kedua orang tuanya lah yang menjadikannya Yahudi Nasrani, atau Majusi.” [HR- Al-Bukhari][3]

Dapat dipahami dari hadits ini bahwa jika anak memiliki dua orang tua muslim yang shalih, pasti kebudayaan akan selalu mengajarkan prinsip-prinsip iman dan islam sehingga anak tumbuh dengan akidah keimanan dan keislaman yang kuat. Inilah yang dimaksud dengan faktor lingkungan yang kondusif.

       “seseorang itu tergantung kepada agama temannya. Maka perhatikan lah oleh salah seorang dari kalian dengan siapa sesorang berteman.” [HR. At-Tirmizi]

Dapat dipahami dari hadist ini bahwa teman itu akan meniru tebiat temannya. Jika temannya itu seorang shalih dan bertaqwa, mak akan didapatkan darinya keshalehan dan ketaqwaanya. Inilah yang dimaksud dengan faktor lingkungan yang kondusif, baik itu disekolah maupun lingkungan rumah.

Sudah bisa dipastikan bahwa lingkungan yang baik memiliki pengaruh yang sangat besar dlam Pendidikan seorang muslim untuk membantuk keshalihan dan ketakwaannya, dan pembentukan pribadinya yang beriman, berakidah, dan berkahlak mulia.

Perhatikan hadits yang mengisahkan tentang seseorang yang telah membunuh 99 orang dibawah ini:

     “Dari umat sebelum kalian ada sesorang yang telah membunuah 99 orang. Kemudian ia bertanya tentang orang terpandai dimuka bumi ini. Si pembunuh itu pun ditunjukan kepada seorang rahib. Ia mendatangi sang rahib dan berkata kepadanya bahwa dirinya telah membunuh 99 orang, pakah ada kemungkinan bagi dirinya untuk bertaubat? Sang rahib menjawab, ‘Tidak.’ Lalu dubunuhnya sang rahib tersebut, sehingga genap lah korban yang dibunuh menjadi 100 orang.

Kemudian ia kembali bertanya mengenai orang yang terpamdai dimuka bumi ini. Lalu ditunjukan kepadanya seorang ulama. Ia berkata kepada ulama tersebut bahwa dirinya telah membunuh 100 orang, apakah ada kesempatan bagi dirinya untuk bertaubat? Ia menjawab, ‘Ya, siapa yang bisa menghalangi seseorang untuk bertaubat? Pergilah ke suatu daerah. Karena disana banyak orang yang beribadah kepadah Allah. Beribadah lah kepada Allah bersama meraka dan jangan lagi kamu kembali kenegrimu karena itu adalah negri yang buruk.

Sang pembunuh pun pergi. Sampai ketika ia tiba ditengah-tengah perjalanan, ia dijemput maut. Saat itu, malaikat rahmat dan malaikat ajab berselisihan. Malaikat rahmat berkata, “Ia mati dalam keadaan bertaubat menghadapi Allah” malaikat berkata, ia belum pernah melakukan kebaikan sedikitpun. Kemudian datang seorang malaikat lagi yang berwujud manusia. Ia mencoba untuk mendamaikan diantara kedua malaikat itu. ia berkata, ukurlah oleh kalian diantara dua daerah itu manakah yang paling dekat, maka menentukan nasib sipembunuh ini.

Akhirnya mereka pun mengukurnya ternyata daerah yang paling dekat dengan si pembunuh itu adalah daerah yang sedang ia tuju. Malaikat rahmat pun langsung mengambilnya. “[HR. Al-Bukhri dan Muslim]

Dalam riwayat lain disebut, “ kemudian Allah mewahyukan tanah yang satunya menjauh lalu berkata, ukurlah diantara dua daerah ini. Menyatakan pembunuh tersebut lebih dekat satu jengkal (ketempat yang sedang ditujunya). Iapun akhirnya diampuni.”

Berdasarkan hadits-hadits diatas bisa diambil kesimpulan bahwa anak ketika mendapatkan Pendidikan yang baik dari kedua orang tua dan guru-gurunya dan mendapatkan lingkungan yang kondusif dari termannya yang sahlih maka anak akan terdidikan dalam akhlak yang mulia, keimanan, ketakwaan, serta terbiasa dengan setiap etika luhur dan mulia.

Berdasarkan prinsip-prinsip ini, menjadi kebiasaan generasi salapus shalih memilih para guru untuk anak-anak mereka dan mempersiapakan lingkungan tempat mereka tumbuh dalam kebaikan. Bigitu juga membiasakan mereka dengan akhlak dan sifat yang mulia.

Al-Jahizah meriwayatkan “uqbah bin abu supyan menyerahkan anaknya kepada seorang guru, ia berkata,” sebelum engkau membuat anakku menjadi shahlih shalihkanlah dirimu dulu. Karena mata anak-anak ini terkait dengan matamu. Maka kebaukan menurut meraka adalah apa yang engkau anggap baik, dan yang jelek menurut mereka adalah apa yang engkau anggap jelek. Ajarkanlah mereka sejarah orang-orang bijak, akhlak orang-orang terpelajar, ancamlah mereka dengan amarahmu, dititiklah mereka untuk menghormatiku jadilah engkau seperti dokter bagi mereka yang tidak segera memberi obat sampai tahu penyakitnya. Janganlah engkau bersandar kepada maaf dariku, karena aku telah bersandar kepada kecakapan mu.

Ar-Raghib Al-Ashfahani menyebutkan bahwa Al-Manshur mengutus utusan kepada orang-orang yang dipenjara dari Bani Umayyah. Ia berkata kepada mereka, “Apakah hal yang paling sulit yang kalian lewatkan selama dipenjara ini?” Mereka menjawab, “Kami kehilangan kesempatan mendidik anak-anak kami,”

Berikut pesan Ibnu Sina tentang Pendidikan anak, “Hendaklah ditempat belajar, anak ditemani anak yang baik akhlaknya dan disenangi kebiasaannya. Sebab, anak itu lebih mudah menerima (pengaruh) dari anak yang lain, ia mengambil (kebiasaan) dari temannya dan mudah menurut kepadanya.”

Siapa yang ingin lebih banyak mendapatkan contoh-contoh besarnya perhatian generasi terdahulu terhadap Pendidikan anak mereka dan usaha mereka dalam mempersiapakan lingkungan yang baik untuk anak-anaknya.

Salah besar orang yang menganggap bahwa manusia terlahir sebagai orang baik atau orang jahat, seperti terlahirnya kambing sebagai binatang yang jinak dan harimau binatang buas. Sehingga tidak mungkin mengubah kejelakan pada diri manusia, seperti tidak mungkinnya mengubah kebaikan yang ada pada dirinya.[4]

Pendapat yang salah ini sudah terbentahkan, baik secara syariat, akal, maupun empiris. Secara syariat, sebagaimana firman Allah:

“Dan kami telah menunjukan kepadanya dua jalan.” (QS.Al-Balad [90]:10)

Maksudnya, kami kenalkan kepada manusia jalan kebaikan dan kejahatan.

Bantahkan untuk apa Allah menurunkan kitab-kitab dan mengutus para rasul? Bukankah untuk membuat manusia baik dan bahagia didunia dan diakhirat? Kemudian untuk apa juga pemerintah membuat undang-undang dan sistem? Lalu mengapa pemerintah ingin mengawasi jalannya sekolah, institute, dan universitas yang ada? Untuk apa pemerintah memilih orang-orang untuk dijadikan guru dan spesialis dari para pakar Pendidikan akhlak, dan sosial? Bukankah itu demi Pendidikan, pengajaran, perbaikan akhlak, memerangi kerusakan, dan meluruskan yang menyimpang? Kalau bukan untuk itu, lalu untuk apa kitab-kitab suci diturunkan dan para rasul diutus? Untuk apa juga memuat undang-undang, lalu untuk apa pula adanya guru? Bukahkah itu menjadi usaha berat yang tiada guna?

Maka kita bisa mengambil kesimpulan dari pertanyaan-pertanyaan diatas bahwa manusia diciptakan dengan potensi kebaikan dan kejelekan secara bersamaan. Jika ia mendapatkan Pendidikan yang baik dan lingkungan yang kondusif, makai a tumbuh dalam kebaikan dengan keimannan yang murni, akhlak yang utama, dan rasa cinta kepada kebaikan dan kebajikan. Dan ditengah masyarakat, ia menjadi manusia yang beriman, berbudi luhur, dan mulia.

 

 

BAB III

PENUTUP

A.      Kesimpulan

Pendidikan dalam keteladanan adalah cara yang paling efektif dan berhasil dalam mempersiapkan anak dari segi akhlak, membentuk mental, dan sosialnya. Hal ini dikarenakan pendidik adalah panutan atau idola dalam pandangan anak dan contoh yang baik dimata mereka. Anak akan mengkuti tingkah laku pendidikny, meniru akhlaknya, baik disadari maupun tidak. Bahkan, semua bentuk perkataan dan perbuatan pendidik akan terpatri dalam diri anak dan menjadi bagian dari persepsinya, diketahui ataupun tidak.

Telah ditetapkan dalam syariat Islam bahwa anak semenjak lahir sudah diciptakan dalam keadaan bertauhid yang murni, agama yang lurus, dan iman kepada Allah. Sebagaimana difirmankan Allah:

Yang Artinya: “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut

fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah (Itulah) agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.”[QS.Ar-Rum {30}:30]

Rasulullah juga bersabda:

Yang Artinya:”Setiap bayi dilahirkan dalam keadaan fitrah.” [HR. Al-Bukhari]

Maksudnya , yaitu dilahirjkan dalam keadaan tauhid dan iman kepada Allah.

Dari sini, tibalah saatnya pembiasaan, pendiktian, dan pendisiplinan mengambil perannya dalam pertumbuhan anak dan menguatkan tauhid yang murni, akhlak yang mulia, jiwa yang agung, dan etika syariat yang lurus. Sudah tidak dipersilahkan lagi bahwa ketika anak memiliki dua faktor ini: faktor Pendidikan Islam yang luhur dan faktor lingkungan yang kondusif , sudah bisa dipastikan anak tersebut akan tumbuh dalam iman yang kuat, memiliki akhlak Islam, serta mencapai puncak keagungan jiwa dan pribadi yang mulia.

B.       Saran

Pendidikan harus dilaksanakan dalam rangka meningkatkan keteladanan dan kebiasaan. Sehingga dalam metode Pendidikan anak dalam islam harus mengacu pada tujuan penciptaan manuisa itu sendiriyaitu dengan menyembah Allah SWT.


DAFTAR PUSTAKA

‘Ulwan, Dr. Abdullah Nashih. 2012. Pendidikan anak dalam islam. Solo: Insan Kamil.



[1] Dalam hadits tersebut terdapat kedhaifan, namun maknanya shahih.

[2] Hadits maudhu’ : Abu Hatim, Al-‘illal : 2/241 ; At-Tirmidzi, As-Sunan : 4/337 ; Adz-Dzahabi, Al-Mustadrak : 4/263.

3Hadits dha’if jiddan : At-Tirmidzi, As-sunan : 4/338 ; Ibnu Hibban, Al-Majruhin : 2/188 ; Adz-Dzahabi, Al-Mustadrak : 4/263 ; Al-Haitsami, Al-Majma’ :8/159.

 

4 Orang yang mengatakan pendapat tersebut adalah Scopenhour (filsuf jerman), Spinoza (filsuf jerman), dan Levy Bruhl (filsuf Perancis). Namun, mayoritas para filsuf di timur dan barat sudah membantah pendapat ini, dan mereka menganggapnya sebagai pendapat yang menyimpang.