BAB I PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Pendidikan
anak usia dini adalah suatu upaya yang ditujukan kepada anak yang berada pada
usia 0-6 tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk
membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani anak, agar anak
tersebut memiliki kesiapan dalam memasuki jenjang pendidikan selanjutnya.
Adapun jenjang pendidikan ini diselenggarakan pada jalur formal, nonformal dan
informal.
Pendidikan
anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan yang menitik
beratkan pada peletakkan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan fisik dan
motori, kecerdasan (kognitif), sosio emosional, moral dan agama, bahasa, dan
seni, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh
anak tersebut.
membahas
tentang karakteristik anak usia dini adalah sebuah ilmu baru yang kami
dapatkan. Kami bisa mengetahui bagaimana karakter anak usia dini dari usia 0-6
tahun, pentingnya perkembangan bagi anak usia dini dan prinsip-prinsip perkembangan
anak usia dini.
B.
Rumusan
Masalah
1. Apakah perkembangan anak usia dini itu
penting?
2. Bagaimana Karakteristik perkembangan anak
usia dini?
3. Apa saja prinsip-prinsip perkembangan anak
usia dini?
C.
Tujuan
1. Menjelaskan pentingnya perkembangan AUD.
2. Menjelaskan karakteristik perkembangan
AUD.
3. Menjelaskan prinsip-prinsip perkembangan
AUD.
BAB II PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
A.
Pentingnya
Perkembangan AUD
Beberapa alasan
pentingnya mempelajari perkembangan AUD. Berikut alasan-alasan yang diutarakan
oleh Janet Black dkk. (1992). Pertama, pengetahuan tentang tumbuh kembang anak
usia dini dapat memberikan pengertian dan pemahaman pada diri sendiri (self-under standing). Kedua,
pengetahuan tentang tumbuh kembang bagi orang tua, para guru, dan para
propesional dapat membantu anak unruk memberi layanan edukasi secara optimal.
Ketiga, adanya upaya para ahli mempelajari tumbuh kembang anak usia dini untuk
belajar terus menerus (is an on going
process).
Pada prinsipnya, para
pakar psikologi sependapat bahwa penggalaman anak pada usia dini membawa akibat
pada masa kehidupan yang masa datang Bahkan, seorang ahli psikologi
perkembangan, Elizabeth B. Hurlocke, menyatakan bahwa:“Kenakalan remaja
bukanlah fenomena baru dari masa remaja melainkan suatu lanjutan dari pola
perilaku asosiasi yang mulai pada masa kanak-kanak. Semenjak usia 2-3 tahun ada
kemungkinan mengenali anak yang kelak menjadi remaja nakal (Hurlock, 1993).
Senada dengan pernyataan
Hurlocke tersebut, seorang ahli pendidikan, Ahmad Tafsir, menyatakan bahwa anak
yang tidak dikembangkan aspek moral-keagamaannya kelak di masa dewasa akan
menjadi orang yang relative sulit untuk dididik moralitas dan keagamaannya
(Ahmad Tafsir, 2003).[1]
Merujuk pada pendapat
para pakar dibidang psikologi dan pendidikan yang telah dikemukakan jelas bahwa
mempelajari tumbuh-kembang anak usia dini memberi keuntungan bagi orang dewasa,
Khususnya orang tua dan guru PAUD ketika berhubungan dengan anak. Dalam
interaksi tersebut, orang tua maupun guru PAUD secara otomatis akan mempunyai
reflek tentang pengalaman dan perkembangannya sendiri dimasa kecil dulu. Dengan
mengenang kehidupan masa kecil, perasaan dan pengalaman yang pernah dilalui,
orang tua dan guru akan memperkirakan bagian-bagian sensitif yang membutuhkan
stimulasi lebih besar. Perasaan-perasaan pengalaman ini akan membangkitkan
kesadaran orang dewasa terhadap hl-hal yang menyenagkan anak sehingga dalam
pelayanan anak akan lebih baik sehingga rangsang anak berperilaku lebih baik
pula.
Selain itu, pemahaman
tentang tumbuh kembang anak bagi orang dewasa khususnya orang tua dan guru
PAUD, dapat mendorong untuk mengembangkan dan mempelajari informasi dalam
menetapkan langkah-langkah edukasi yang dapat diambil untuk menanggulangi
situasi tertentu. Respon yang layak dari orang tua terhadap perilaku dan
situasi belajar anak mendorong perkembangan anak secara positif. Dengan
mengatahui bagaimana mendorong dan memelihara konsep diri (Self esteem) yang
sehat serta otonomi pada diri anak, akan merupakan fasilitas optimal bagi
perkembangan belajar anak. Demikian pula pengatahuan tentang pertumbuhan dan
perkembangan anak. Pengatahuan ini dapat membantu anak usia dini mengenal
perkembangan-perkembangan dirinya yang
khussus dan mereka perlu mengetahui pada siapa minta bantuan.
Walaupun
kajian psikologi yang memfokuskan pada tumbuh kembang anak usia dini telah
banyak dilakukan, tetapi para ahli dan para professional di bidang ini
terus-menerus berupaya menggemangkan informasi baru dibidang tumbuh kembang
anak usia dini. Hal ini disebabkan karena setiap anak berbeda satu dengan yang
lain, terlebih lagi anak masa lalu dengan anak-anak sekarang. Anak-anak dari zaman ke zaman
menunjukkan karakteristik tumbuh kembang yang unik dan berbeda. Oleh karena
itu, kajian tumbuh kembang anak usia dini berjalan terus-menerus dan tak kenal
henti.[2]
B.
Karakteristik
Perkembangan AUD
Pada
masa usia dini anak mengalami masa keemasan (golden ages) yang merupakan masa
dimana anak mulai peka/sensitif untuk menerima berbagai rangsangan. Masa kepekaan
masing-masing anak berbeda, seiring dengan laju pertumbuhan dan perkembangan
anak secara individual.
Masa
peka adalah masa terjadinya kematangan fungsi fisik dan psikis yang siap
merespon stimulasi yang diberikan oleh lingkungan. Adapun karakteristik
perkembangan anak usia dini dapat dilihat dari 6 aspek perkembangan yaitu:
1. Fisik dan Motorik
Fisik motorik adalah
segala sesuatu yang berhubungan dengan perkembangan tubuh. Pertumbuhan fisik
pada setiap anak tidak selalu sama. Ada yang mengalami pertumbuhan secara
cepat, ada pula yang lambat. Pada masa kanak-kanakan pertambahan tinggi dan
pertambahan berat badan relatif seimbang. Adapun perkembangan motorik anak
terbagi menjadi 2 yaitu:
a. Motorik halus adalah kemampuan untuk
menggunakan alat untuk eksplorasi dan ekspresi diri, seperti menggunakan
pensil.
b. Motorik kasar adalah kemampuan tubuh
berkoordinasi, seimbang, lincah dan lentur sesuai peraturan. Anak usia dini
bisa melatih bagian ini dengan baik melalui olahraga.
Hal
ini tidak terlepas dari ciri anak yang selalu bergerak dan selalu ingin bermain
sebab dunia mereka adalah dunia bermain dan merupakan proses belajar. Sejak
anak membuka mata di waktu pagi sampai menutup mata kembali di waktu malam,
semua kegiatannya dilalui dengan bergerak, baik bolak-balik, berjingkrak,
berlari maupun melompat. Dalam kaitan ini anak bukanlah miniatur orang dewasa
karena mereka melakukan aktivitas berdasarkan kematangan dan kemampuan yang
sesuai usianya.[3]
2. Kognitif
Aspek kognitif
berhubungan erat dengan akal dan pikiran. pertumbuhan di area ini sangat luas,
tidak hanya di sekolah tetapi dari permainan-permainan yang mengajak anak untuk
berpikir. Proses perkembangan kognitif ini mulai sejak lahir. Namun, campur
tangan sel-sel otak dimulai seorang bayi berusia 5 bulan saat kemampuan
sensorinya benar benar tampak.
Teori utama perkembangan
kognitif ada 2 yakni, teori pembelajara dan teori perkembangan. Konsep utama
dari teori pembelajaran adala pelaziman, digunakan untuk memahami bayi. Ada dua
bentuk pelaziman, pertama, pelaziman klasik berlangsung ketika suatu
stimulus yang semula netral, seperti bunyi bel yang muncul bersamaan dengan
stimulus tidak bersyarat seperti susu yang mengalir dari dot ke dalam mulut
anak sehingga anak akan terbiasa, jika bunyi bel berulangkali dihubungkan
dengan pengalaman mendapatkan susu dari dot, maka bayi akan mulai mengisap
begitu ia mendengar bunyi bel. Kedua, pelaziman instrumental seperti
bila bayi tersenyum di saat ayah menggelitik perutnya, lalu bayi tersenyum
kembali, maka pelaziman ini mungkin sedang berlangsung.
Sementara ika mengacu
pada teori yang dikemukakan jean peaget, seorang pakar psikologi kognitif dan
psikologi anak, dapat disimpulkan 4 tahap perkembangan kognitif yaitu:
a. Tahap sensori motor, terjadi pada usia 0-2
tahun.
b. Tahap pra operasional, terjadi pada usia
2-7 tahun.
c. Tahap konkrit operasional, terjadi pada
usia 7-11 tahun.
d. Tahap formal operasional, terjadi pada
usia 11-15/18 tahun.[4]
Namun,
untuk kategori anak usia dini, maka tahapan perkembangan yang paling bisa dilihat
adalah tahap a dan b. Dan pada aspek ini juga anak usia dini mulai belajar:
a. Memecahkan masalah dalam kehidupan
sehari-hari dengan praktis, fleksibel, dan di terima secara sosial. Ia juga bis
menerapkan pengetahuan dan pengalaman dalam kondisi yang baru ditemuinya.
b. Anak bisa berpikir logis, seperti mengenal
perbedaan, pola, klasifikasi, sebab akibat, perencanaan dan inisiatif.
c. Anak juga bisa mengenal, menyebutkan,
serta menggunakan lambang-lambang seperti angka abjad. Anak juga bisa
menggambarkan ulang sesuatu yang pernah dilihatnya.
3. Moral dan Agama
Setiap anak, terutama di
indonesia, selalu dibesarkan dengan nilai-nilai agama. Anak perlu mengenal
agama yang dianut dan menjalankan ibadah sesuai dengan apa yang diperintahkan.
Agama banyak sekali mengajarkan sikap/akhlak yang benar, seperti menolong
sesama, jujur, sopan, hormat dan toleransi dengan penganut agama yang berbeda
dalam hal kewarganegaraan.
Apabila nilai-nilai ini
dikembangkan, niscaya akan membawa hal baik pada masyarakat indonesia secara
mejemuk. Orang tua dan lingkungan terdekat sebaiknya mempraktikkan nilai-nilai
agama dan moral untuk mendukung anak agar mendapatkan nilai agama dan moral
yang benar.
4. Sosio Emosional
Aspek perkembangan yang
satu ini sangat terkait erat dengan pengenalan diri dan orang lain di
sekitarnya seperti:
a. Anak mulai meperlihatkan kemampuan yang
dimilikinya. Dia juga mengenal perasaan sendiri, mengendalikan diri, dan
menyesuaikan diri dengan orang lain.
b. Anak belajar bertanggung jawab jika
melakukan kesalahan baik pada dirinya sendiri maupun orang lain.dia mulai
mempelajari hak-haknya, aturan, dan tannggung jawab atas perlakuannya untuk
kebaikan sesama.
c. Dia lebih senang bermain dengan teman
sebaya, memahami perasaan, merespons, berbagi, mendengarkan, serta menghargai
hak dan pendapat orang lain. Bahkan dia bisa lebih koperatif dan berperilaku
sopan sesuai didikan yang diberikan kepada anak tersebut.
5. Bahasa
Penguasaan bahasa anak
berkembang menurut hukum alami, yaitu mengikuti bakat, kodrat, dan ritme yang
alami. Menurut lennerberg, perkembangan bahasa anak berjalan sesuai jadwal
biologisnya. Hal ini digunakan sebagai dasar mengapa anak pada umur tertentu
sudah dapat berbicara, sedangkan pada umur tertentu belum dapat berbicara.
Perkembangan bahasa tidaklah ditentukan melalui umur, namun mengarah pada
perkembangan motorik anak. Akan tetapi, perkembangan tersebut sangat
dipengaruhi oleh lingkungan. Bahasa anak akan muncul dan berkembang melalui
berbagai situasi interaksi sosial dengan orang dewasa.
Bahasa memiliki peranan yang
sangat penting dalam kehidupan sehari-hari diantaranya:
a. Anak bisa memahami hal yang dimaksudkan
orang tua seperti perintah, aturan, cerita dan menghargai bacaan.
b. Anak juga berbahasa dengan baik seperti
tanya jawab, dan menceritakan kembali yang sudah didapatnya.
c. Anak memahami bentuk dan bunyi huruf.
6. Seni
Setiap anak terlahir
imajiatif. Maka tidaklah aneh kalau seni termasuk ke dalam 6 aspek perkembangan
anak usia dini. Dia bisa bereksplorasi dan mengekspresikan diri dalam hal
musik, drama, lukisan, kerajinan, dan masih banyak lagi sesuai kemampuan yang
ada dalam diri anak tersebut. Anak juga bisa menghargai hasil karya seni.
C.
Prinsip-Prinsip
Perkembangan AUD
Hurlock adalah salah satu
pakar psikologi perkembangan anak paling termuka abad ini. Ia mengemukakan
sepuluh-sepuluh prinsip-prinsip perkembangan anak sebagai berikut.
1. Perkembangan berimplikasi pada perubahan,
tetapi pada perubahan belum tentu termasuk dalam kategori perkembangan karena
perkembangan adalah realisasi diri atau pencapaian kemampuan bawaan.
2. Perkembangan awal lebih penting atau lebih
kritis dari pada perkembangan selanjutnya karena perkembangan awal menjadi
dasar bagi perkembangan berikutnya.
3. Kematangan (sosial-emosional, mental, dan
lain-lain) dapat dimaknai sebagai bagian dari perkembangan karena perkembangan
timbul dari interaksi kematangan dan belajar.
4. Pola perkembangan dapat diprediksikan,
walaupun pola tersebut dapat diperlambat atau dipercepat oleh kondisi
lingkungan dimasa pralahir dan pascalahir.
5. Pola perkembangan mempumyai karakteristik
tertentu yang terdapat diprediksikan. Pola perkembangan yang terpenting
diantarannya adalahadanya persamaan bentuk perkembangan bagi semua anak,
perkembangan beralangsung dari tanggapan umum ke tanggapan spesifik,
perkembangan terjadi secara berkesimbungan bebagai bidang berkembangan dengan
kecapatan berbeda dan terdapat kolerasi dalam perkembangan berlangsung.
6. Terdapat perbedaan individu dalam
perkembangan sebagian karena penggaruh bawaan (gen) atau keturunan dan sebagian
yang lain karena kondisi lingkungan. Perbedaan pola perkembangan ini berlaku
baik dalam perkembangan fisik maupun psikis.[5]
7. Setiap perkembangan melalui fase-fase
tertentu secara periodik mulai dari periode pralahir (masa pembuahan sampai
lahir), periode neonates (lahir 10-24 hari), periode bayi (2 minggu sampai
tahun), periode anak-anak awal (2 -6 tahun), periode anak-anak akhir (16 sampai
13-14 tahun), dan periode puber (16 sampai 18 tahun). Dalam semua periode
tersebut terdapat saat-saat keseimbangan dan ketidakseimbangan, serta pola
perilaku yan normal dan terbawa dari periode sebelumnya, biasanya disebut
perilaku “bermasalah”(abnormal).
8. Setiap periode perkembangan pasti ada
harapan sosial untuk anak. Harapan sosial tersebut adalah tugas perkembangan
yang memeungkinkan para orang tua dan guru TK mengetahui pada usia berapa anak
mampu menguasai berbagai pola perilaku yang diperlukan bagi pengusuhan sosial
baik. Keberhasilan melakukan tugas perkembangan sosial membuat kebahagian pada
anak, dan berimplikasi pada keberhasilan tugas-tugas lain selanjutnya.
9. Dalam setiap bidang perkembangan
mengandung kemungkinan bahaya, baik fisik maupun psikologis yang dapat
menggubah pola pikiran anak selanjutnya.
10. Setiap periode perkembangan memiliki makna
kebahagiaan yang bervariasi bagi anak. Tahun pertama berkehidupan biasanya yang
paling bahagia dan masa puber biasa yang paling tidak bahagia.
Menurut
Hurlock mengakui bahwa sepuluh prinsip
perkembangan yang dikemukakan diatas belumlah Final. Oleh karena itu, jika
penelitian tentang perkembangan pada anak dilanjutkan dari masa kemasa, tidak
menutup kemungkinan akan ditemukannya prinsip-prinsip perkembangan lain,
termasuk mengeksplasi sebagian yang telah di temukan.[6]
BAB III PENUTUP
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Pentingnya perkembangan
anak usia dini memberikan informasi kepada orangtua atau guru PAUD agar dapat
mengetahui bahwa pertumbuhan dan perkembangan bagi anak usia dini sangatlah
penting dan sebagai orang tua atau guru harus memanfaatkan usia emas ini dengan
sebaik mungkin. Dengan mengenang kehidupan masa kecil, perasaan-perasaan dan pengalaman-pengalaman yang pernah
dilalui, orang tua dan guru akan memperkirakan bagian-bagian sensitif yang
membutuhkan stimulasi lebih besar. Perasaan-perasaan pengalaman ini akan
membangkitkan kesadaran orang dewasa terhadap hal-hal yang menyenagkan anak
sehingga dalam pelayanan anak akan lebih baik sehingga rangsangan atau
stimulasi pada anak berperilaku lebih baik pula dan dapat mendorong pertumbuhan
dan perkembangan anak secara positif.
Selain itu, karakteristik
perkembangan anak mencakup dalam 6 aspek perkembangan yaitu aspek fisik motori,
kognitif, agama dan moral, sosio emosional, bahasa dan seni. Jika 6 aspek ini
dapat dikembangkan dengan baik maka pemberian stimulasi pada anak aakan
berjalan dengan baik juga. Adapun prinsip prinsip perkembangan diantaranya:
perkembangan berimplikasi pada perubahan, berkembangan awal yang lebih penting
dari perkembangan selanjutnya, kematangan dan lain-lain.
DAFTAR PUSTAKA
Suyadi. Ulfah, Maulidya.
2013. Konsep Dasar Paud. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Rahman, Ulfiani. 2003. Karakteristik
Perkembangan Anak Usia Dini. Yogyakarta:Pascasarjana UGM.
https://www.guesehat.com/apa-saja-6-aspek-perkembangan-anak-usia-dini
[1] Suyadi,
Maulidya Ulfah. Konsep Dasar PAUD. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013)
hlm. 47.
[2] Ibid.
Hlm. 48.
[3] Ulfiani
Rahman. Karakteristik Perkembangan Anak Usia Dini. (Yogyakarta:
Pascasarjana UGM, 2003). Hlm. 50-51.
[4] Ibid.
Hlm. 51
[5] Suyadi,
Maulidya Ulfah. Op.cit. Hlm. 49
[6] Ibid.
Hlm. 50.