Powered By Blogger

Kamis, 22 Desember 2022

Peran Orangtua terhadap Anak Usia Dini

 BAB I

PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang

Keluarga merupakan unit sosial terkecil dalam masyarakat, akan tetapi mempunyai pengaruh yang besar bagi bangsa dan negara. Dari keluargalah akan terlahir generasi penerus yang akan menentukan nasib bangsa. Apabila keluarga atau orang tua dapat menjalankan fungsi dengan baik, maka dimungkinkan tumbuh generasi yang berkualitas dan dapat diandalkan yang dapat menjadi pilar-pilar kemajuan bangsa. Sebaliknya bila keluarga tidak dapat befungsi dengan baik, bukan tidak mungkin akan menghafalkan generasi-generasi yang bermasalah yang dapat menjadi beban masyarakat, fungsi orang tua sangat ditentukan oleh proses-proses yang berlangsung didalamnya.

Peran orang tua, yang merupakan keluarga dan pendidik utama bagi anak, sangat diperlukan dalam perkembangan anak dilembaga pendidikan anak usia dini. Dalam makalah ini, penyaji akan membahas masalah tersebut sehingga pada akhirnya pembaca dapat mengetahui tentang peranan orang tua dilembaga PAUD.

B.       Rumusan Masalah

1.         Apa yang dimaksud dengan peran orang tua terhadap perkembangan anak dilembaga PAUD ?

2.         Apa yang dimaksud dengan rumah sebagai Madrasah (sekolah) bagi anak ?

3.         Apa yang dimaksud dengan kebutuhan dasar anak, rasa aman, dan percaya diri ?

4.         Apa saja pengaruh orang dewasa, lingkungan, dan tumbuh kembang anak ?

5.         Apa yang dimaksud dengan keterlibatan orang tua disekolah dan dirumah ?

 

C.       Tujuan Penulis

1.         Memberikan gambaran tentang peran orang tua terhadap perkembangan anak dilembaga PAUD.

2.         Ingin mengetahui rumah sebagai Madrasah (sekolah) bagi anak.

3.         Ingin mengetahui kebutuhan dasar anak, rasa aman, dan peraya diri.

4.         Ingin mengetahu pengaruh orang dewasa, lingkungan, dan tumbuh kembang anak.

5.         Ingin mengetahui keterlibatan orang tua disekolah dan dirumah.

                                 

 


BAB II

PEMBAHASAN

 

A.      PERAN ORANG TUA TERHADAP  PERKEMBANGAN ANAK  DILEMBAGA PAUD

Pendidikan anak usia dini tidak lepas dari peran orang tua atau keluarga. Hal itu dikarenakan keluarga merupakan pendidikan yang pertama dan utama dalam pertumbuhan manusia. Karena dalam keluargalah manusia dilahirkan dan berkembang menjadi dewasa.bentuk dan isi cerita cara-cara pendidikan didalam keluarga akan selalu mempengarhi tumbuh dan berkembangnya watak, budi pekerti, dan kepribadian tiap-tiap manusia. Bagi orang tua anak merupakan harapan dimasa mendatang.

B.       RUMAH SEBAGAI MADRASAH (SEKOLAH) PERTAMA BAGI ANAK

Rumah adalah sekolah pertama bagi anak. Hal ini berimplikasi bahwa orang tua merupakan guru pertama bagi anak ini adalah kakek, nenek dan orang-orang yang lebih dewasa dan rumah tersebut. Oleh karena itu, persepsi rumah dan lembaga PAUD harus selaras, sehingga rumah menjadi sekolah awal sebelum masuk PAUD.

Dalam hal ini, sekolah atau PAUD-lah yang harus lebih aktif mensosialisasikan program-program pendidikannya untuk menyelaraskan dengan kegiatan anak-anak dirumah. Hal ini dimaksudkan agar kegiatan dirumah tidak bertentangan dengan kegiatan disekolah (PAUD). Salah satu bentuk sosialisasi yang dapat dilakukan adalah dengan cara mengadakan forum bulanan yang dihadiri oleh masyarakat sekitar wali murid, dan guru-guru PAUD.

Karena orang tua adalah guru pertama dan rumah telah menjadi “sekolah” utama bagi anak maka agar sekolah tersebut efektif perlu dirumuskan tujuannya. Tujuan utama dari pendidikan keluarga tersebut adalah optimalisasi perkembangan anak atau dalam istilah Louisa B. [1]Tarullo. Optimalnya perkembangan atau kompetensi anak tersebut meliputi jasmani, akal, dan rohani. Dalam hal ini, baik di rumah maupun disekolah (PAUD), kegiatan utama untuk menunjang tujuan pendidikan bagi anak usia dini adalah bermain. Walaupun hanya bermain, tetapi bagian anak-anak permainan dengan sangat serius dan bersungguh-sungguh.

C.      KEBUTUHAN DASAR ANAK, RASA AMAN, DAN PERCAYA DIRI

Katherine Read dalam Reading in Education yang diedit oleh Foff dan Grambs menulis artikel tentang Pembentukan Rasa aman dan keyakinan tentang diri sendiri.

Rasa aman merupakan perasaan yang muncul dalam diri anak ketika ia diterima oleh lingkungan sosialnya. Artinya, perasaan terjamin daripada menakutkan. Perasaan ini muncul karena terjadinya hubungan antarmanusia dalam kehidupan social.

Rasa percaya diri (adequacy) atau self esteem merupakan perasaan dimana anak mempunyai keyakinan tentang dirinya sendiri bahwa ia mempunyai konsep tentang diri sendiri.

Dengan demikian, rasa aman dan percaya diri merupakan dua perasaan yang sangat dekat. Oleh karena itu, dalam diskusi kedua jenis perasaan ini dibicarakan bersama-sama karena dapat membantu anak pada dua jenis perasaan sekaligus.

Sepanjang proses pertumbuhan dan perkembangan dilingkungan keluarga dan sosial, anak-anak memperoleh kebutuhan dasar (makan, pakaian, dan kebersihan) dan pengalaman menerima respons dari orang dewasa (orang tua atau orang lain), serta mereka menemui kepuasan dari pengalaman menjelajah lingkungan (dunianya) sendiri tersebut.

 

D.       ORANG DEWASA, LINGKUNGAN, DAN TUMBUH-KEMBANG ANAK

Anak-anak hidup dan berinteraksi dengan lingkungan sosial termasuk dengan anggota keluarga, pamong sekolah atau petugas lembaga, dan teman-teman sepermainannya. Orang-orang yang ditemui anak sehari-hari berpengaruh penting terhadap tumbuh kembang anak. Khususnya pada aspek sosial-emosional, intelektual, moral, dan spiritualnya.

Dalam realitanya, di samping anak hidup dalam keluarga,ia juga hidup di sekolah. Artinya, anak hidup seolah dua dunia. Atas dasar ini hendaknya para profesional (guru dan pengasuh anak) memahami kedua dunia tersebut sehingga  sekolah dapat melanjutkan peran orang tua di rumah, sedangkan orang tua dapat melanjutkan program sekolah dirumah.  Sehingga antara sekolah dan rumah sebagai dunia anak akan memberikan rasa aman dan nyaman bagi anak.

Setiap keluarga mempunyai latarbelakang yang berbeda sehingga mereka mempunyai pendekatan yang berbeda  pula dalam menangani anak usia dini. Berdasarkan kondisi orang tua, khususnya ibu-ibu yang berbeda tersebut, guru di lembaga PAUD harus mampu membangun partnership atau hubungan kerjasama dengan orang tua anak secara baik.

Menurut Chris Athey seperti dituturkan oleh Tina Bruce (1987) ada 5  jenis orang tua anak PAUD, yaitu sebagai berikut :

1.         Orang tua yang berusaha mengenal dan mencoba memperluas pengalaman belajar anaknya.

2.         Orang tua yang ingin bekerja dengan guru dikelas dimana dia melihat metode guru kurang cocok untuk anaknya.

3.         Orang tua yang hadir di sekolah sepanjang hari tetapi tidak aktif dikelas

4.         Orang tua yang mengadakan kontak dengan sekolah mengantar dan menjemput anak kesekolah serta sering kali menghadiri pertemuan orang tua.

5.         Orang tua tidak mengantar dan menjemput sendiri anaknya kesekolah bahkan juga tidak mengadakan kontak dengan sekolah.

 

Perlu ditegaskan bahwa tidak semua permasalahan anak dapat di selesaikan di sekolah oleh guru, contohnya masalah kesehatan anak, seperti gigi, telinga, tenggorokan.

Oleh karena itu lembaga PAUD atau guru harus menjalin kerjasama dan  mengadakan kontak khusus dengan lembaga kesehatan. Disamping itu, sekolah dapat membantu orang tua dengan cara mengadakan kontak dengan para professional kesehatan. Dari hasil kontak dengan para preofesiona ltersebut mampu membangun kepercayaan diri orang tua dan memperluas wawasan mereka tentang pendidikan anak usia dini.

Kemampuan anak bersosialisasi atau bercampur bersama orang lain atau keterampilan membawakan diri di tengah-tengah masyarakat adalah sesuatu yang penting bagi anak. Menjadi kesempatan bagi orang tua atau orang dewasa untuk menanamkan nilai-nilai moral keagamaan maupun tatakrarma cara bergaul secara luwes dan keterampilan untuk berhubungan dengan orang lain. Dalam hal ini, Rubin Tzalam Bruce, (1987) merekomendasikan empat cara untuk mengembangkan keterampilan membawakan diri dalam pergaulan agar anak mempunyai sifat luwes dan sensitive terhadap kebutuhan sosial. Keempat cara tersebut adalah dapat mencapai syarat untuk kelompok, didukung oleh anggota-anggota kelompok sebaya, konflik ditangani secara layak dan latihan sensitiveitas.

Berdasarkan uraian tersebut, dapat dilihat bahwa orang-orang yang berperan penting dalam tumbung-kembangan akad keluarga, lingkungan sosial, dan teman sebaya (sesama anak).

 

E.      KETERLIBATAN ORANG TUA DI SEKOLAH DAN DIRUMAH

Kehadiran orang tua disekolah meskipun tidak formal secara otomatis telah menjalin kontak dengan guru-guru dilembaga PAUD. Kontak antara orang tua dengan guru dilembaga PAUD tersebut menjadi jembatan komunikasi yang bermanfaat bagi tumbuh-kembang anak. Kontak tersebut akan membuka kerjasama antara guru dan orang tua dimana hasilnya merupakan pengalaman pendidikan yang baik bagi anak.

Ada baiknya guru mengajak atau melibatkan orang tua dalam pendidik anak termasuk yang dilaksanakan di sekolah. Karena dapat membantu guru membangun harga diri guru dihadapan anak dalam menanamkan kedisiplinan dan mengurangi problem kehidupan serta meningkatkan kesadaran untuk belajar.

Henderson (dalam Jo Ann  Brewer, 1995) menyimpulkan beberapa hal berikut ini:

1.      Keluarga bukanlah sekolah yang menyediakan lingkungan pendidikan utama bagi anak.

2.      Keterlibatan orang tuadalampendidikan formal anak meningkatkan pencapaian belajar anak.

3.      Keterlibatan orang tua adalah lebih efektif jika dilakukan secara komprehensif dan berencana.

4.      Keterlibatan orang tua pada saat anak masih muda mempunyai efek menguntungkan terhadap pencapaian akademik dimasa depan.

5.      Keterlibatan orang tua dalam pendidikan di rumah tidak cukup untuk meningkatkan kemampuan akademik anak dibandingkan dengan orang tua ikut serta disekolah.

6.      Anak-anak dari ekonomi lemah akan mendapat manfaatdari program orang tua ikut serta dalam program sekolah.

 

 

 

 

 

 

 

BAB III

PENUTUP

A.      Kesimpulan

Pendidikan anak usia dini tidak lepas dari peran orang tua atau keluarga. Hal itu dikarenakan keluarga merupakan pendidikan yang pertama dan utama dalam pertumbuhan manusia.

Rumah adalah sekolah pertama bagi anak. Hal ini berimplikasi bahwa orang tua merupakan guru pertama bagi anak ini adalah kakek,

Rasa aman merupakan perasaan yang muncul dalam diri anak ketika ia diterima oleh lingkungan sosialnya. Artinya, perasaan terjamin daripada menakutkan. Perasaan ini muncul karena terjadinya hubungan antarmanusia dalam kehidupan sosial.

Rasa percaya diri (adequacy) atau self esteem merupakan perasaan dimana anak mempunyai keyakinan tentang dirinya sendiri bahwa ia mempunyai konsep tentang diri sendiri.

Menurut Chris Athey seperti dituturkan oleh Tina Bruce (1987) ada 5 jenis orang tua anak PAUD, yaitu sebagai berikut :

1.      Orang tua yang berusaha mengenal dan mencoba memperluas pengalaman belajar anaknya.

2.      Orang tua yang ingin bekerja dengan guru dikelas dimana dia melihat metode guru kurang cocok untuk anaknya.

3.      Orang tua yang hadir di sekolah sepanjang hari tetapi tidak aktif dikelas

4.      Orang tua yang mengadakan kontak dengan sekolah mengantar dan menjemput anak kesekolah serta sering kali menghadiri pertemuan orang tua.

5.      Orang tua tidak mengantar dan menjemput sendiri anaknya kesekolah bahkan juga tidak mengadakan kontak dengan sekolah.

 

Kehadiran orang tua disekolah meskipun tidak formal secara otomatis telah menjalin kontak dengan guru-guru dilembaga PAUD.

B.       Saran

1.      Untuk lembaga pendidikan anak usia dini diharapkan agar mau melibatkan orang tua dalam proses pembelajaran anak sehingga orang tua dapat mengetahui dan mengerti bagaimana anak usia dini belajar atau memperoleh pengetahuan.

2.      Untuk orang tua diharapkan orang tua dapat berperan aktif dalam proses pembelajaran anak, agar orang tua juga dapat menerapkan pendidikan yang sesuai dengan tumbuh kembang anak dirumah atau diluar lembaga Pendidikan Anak Usia Dini.

 

  

 


DAFTAR PUSTAKA

Suyadi, Dkk. 2014-2015. Konsep Dasar Paud. Bandung : PT. Remaja Rosdakrya.



[1] Suyadi, M.Pd.I dan Maulidya Ulfah, M.Pd.I, Konsep Dasar Paud. (Bandung : PT Remaja Rosdakarya), 2013 dan 2015, hlm : 149-160.