BAB I PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Keluarga
adalah kesatuan unit terkecil di dalam masyarakat dan merupakan suatu lembaga
yang sangat penting dalam pembangunan dan perkembangan kualitas anak bangsa.
Keluarga juga merupakan satu satunya lembaga sosial yang diberikan tanggung jawab
untuk mengubah suatu organisme biologis menjadi manusia. Pada saat sebuah
lembaga mulai membentuk kepribadian seseorang dalam hal-hal penting, keluarganya
tentu lebih banyak berperan dalam persoalan perubahan itu, dengan mengajarkan
berbagai kemampuan dan menjalankan banyak fungsi-fungsi sosialnya.
Keluarga
yang menghadirkan anak ke dunia ini, secara kodrat bertugas mendidik. Sejak
kecil anak hidup, tumbuh dan berkembang didalam keluarga. Seluruh keluarga itu
yang mula-mula mengisi kepribadian anak. Orang tua secara tidak direncanakan
menanamkan kebiasaan-kebiasaan yang diwarisi dari nenek moyang dan pengaruh pengaruh
lain yang diterimanya dalam masyarakat. Anak menerima dengan daya penirunya
dengan senang hati, sekalipun ia tidak menyadari benar apa maksud dan tujuan yang
ingin dicapai dengan pendidikan itu. Kebiasaan-kebiasaan tertentu yang
diinginkan untuk dapat dilakukan oleh anak ditanamkan benar-benar sehingga
seakan-akan kebiasaan tersebut tidak boleh tidak dilakukan oleh anak. Dengan
demikian sianak akan membawa kemanapun juga pengaruh keluarganya tersebut,
sekalipun ia sudah dapat mulai berpikir lebih jauh lagi. Tentu saja peran ayah
dan ibu sangat menentukan, mereka berdua yang memegang tanggung jawab seluruh
anggota keluarga. Merekalah yang menentukan kemana keluarga itu akan dibawa,
warna apa yang akan diberikan dan isi apa yang akan diberikan kepada
keluarganya.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Bagaimana Kebutuhan Dasar dalam Pendidikan Karakter AUD?
2.
Apa saja Tahapan Pendidikan Karakter pada AUD?
3.
Bagaimana Model Pendidikan Karakter dalam Al-Qur’an?
C.
Tujuan
1.
Menjelaskan Kebutuhan Dasar dalam Pendidikan Karakter AUD.
2.
Menjelaskan Tahapan Pendidikan Karakter AUD.
3.
Menjelaskan Model Pendidikan Karakter dalam Al-Qur’an.
BAB II PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
A.
Kebutuhan
Dasar dalam Pendidikan Karakter AUD
Secara harfiah
istilah karakter berasal dari bahasa Inggris “character” yang berarti watak,
karakter, atau sifat. Dalam KBBI watak
diartikan sebagai sifat batin manusia yang mempengaruhi segenap pikiran dan perbuatannya,
atau berarti tabiat, dan budi pekerti. Karakter
adalah tabiat, sifat-sifat kejiwaan, akhlak, atau budi pekerti yang membedakan
seseorang dengan yang lain.
Menurut
Dewi (2017 : 15) untuk membentuk karakter anak diperlukan syarat-syarat mendasar
bagi terbentuknya kepribadian yang baik. Ada tiga kebutuhan dasar anak yang
harus dipenuhi, yaitu :
1.
Maternal bonding
(kelekatan psikologis dengan ibu) merupakan dasar penting dalam pembentukan
karakter anak karena aspek ini berperan dalam pembentukan dasar kepercayaan (trust). Kelekatan ini membuat
anak merasa diperhatikan dan menumbuhkan rasa aman sehingga menumbuhkan rasa
percaya.
2.
Kebutuhan
akan rasa aman, yaitu kebutuhan anak akan lingkungan yang aman dan stabil.
Lingkungan yang berubah-ubah akan membahayan perkembangan emosi bayi. Pengasuh
yang berganti-ganti juga akan berpengaruh negatif pada perkembangan emosi anak.
3.
Kebutuhan
akan stimulasi fisik dan mental. Hal ini membutuhkan perhatian yang besar dari
orang tua. Menurut hasil penelitian, seorang ibu yang sangat perhatian (diukur dari seringnya ibu melihat mata
anaknya, mengelus, menggendong, dan berbicara kepada anaknya pada usia di bawah
enam bulan) akan mempengaruhi sikap bayinya sehingga menjadi anak yang gembira,
antusias, dan menjadi anak yang kreatif.
B.
Tahapan
Pendidikan Karakter pada AUD
Menurut Dewi (2017 : 14)
pengembangan karakter sebagai proses yang tiada henti terbagi menjadi 4 tahap :
1.
Tahap
pertama : Pada usia dini disebut sebagai tahap
pembentukan.
2.
Tahap
kedua : Pada usia remaja
disebut sebagai tahap pengembangan
3.
Tahap
ketiga : Pada usia dewasa
disebut sebagai tahap pemantapan.
4.
Tahap
keempat : Pada usia tua disebut
sebagai tahap pembijaksanaan.
(Abdul
Majid dan Dian Andayani, 2012:21) Pendidikan karakter anak haruslah disesuaikan
dengan usia anak, karena nilai karakter atau moral yang berkembang pada tiap
individu mengikuti perkembangan usia dan konteks sosial.
Tahap-tahap
perkembangan kesadaran dan pelaksanaan menurut Piaget:
1. Tahapan pada domain kesadaran aturan
a. Usia 0-2 tahun : aturan dirasakan sebagai hal yang tidak bersifat memaksa.
b. Usia 2-8 tahun : aturan disikapi bersifat sakral dan diterima tanpa pemikiran.
c. Usia 8-12 tahun : aturan diterima sebagai hasil kesepakatan.
2. Tahapan pada domain pelaksanaan aturan
a. Usia 0-2 tahun : aturan dilakukan hanya bersifat motorik.
b. Usia 0-6 tahun : aturan dilakukan dengan orientasi diri sendiri.
c. Usia 6-10 tahun : aturan dilakukan sesuai kesepakatan.
d. Usia 10-12 tahun : aturan dilakukan karena sudah dihimpun.
Selain
itu, juga memiliki pandangan tersendiri
dalam tahapan pendidikan karakter anak. Menurut islam, mendidik karakter
anak bisa dimulai sedini mungkin. Hal ini sesuai dengan hadits-hadits
rasulullah mengenai pendidikan untuk anak, diantara hadits tersebut adalah:
“Jadikanlah
kata-kata pertama yang diucapkan seorang
anak, kalimat La Ilaha illallah dan bacakan kepadanya menjelang maut, kalimat
La Ilaha illallah”. (H.R. ibnu Abbas).
“Anas berkata
bahwa Rasulullah bersabda: Anak itu pada hari ke tujuh dari kelahirannya
disembelihkan akikahnya, serta diberi nama dan disingkirkan dari segala
kotoran-kotoran. Ika ia telah berusia 6 tahun dia dididik beradab susila, jika
ia telah berumur 9 tahun dipisahkan tempat tidurnya dan jika telah berusia 13
tahun dipukul agar mau sholat (diharuskan). Jika ia telah berusia 16 tahun
boleh dikawinkan, setelah itu ayah berjabatan tangan dengannya dan mengatakan:
saya telah mendidik, mengajar dan mengawinkan kamu, saya mohon perlindungan
kepada Allah dari fitnah-fitnahan di dunia dan siksaan di akhirat”. (H.R.
Ibnu Hibban)
Tahap-tahap
pendidikan karakter menurur Islam
1. Tauhid
Tahap pertama mengenai
tauhid dapat diajarkan usia 0-2 tahun. Pada tahap ini, anak yang baru belajar
berbicara diajarkan untuk mengucap kalimat “La Ilaha Illallah” agar
ucapan pertama kali yang ia ucapkan dan suara pertama kali ia dengar adalah
pengetahuan mengenai keesaan Allah.
2. Adab
Penanaman adab dilakukan
pada saat anak berusia 5 sampai 6 tahun. Nilai-nilai karakter yang dapat
diajarkan pada usia inni adalaha kejujuran atau tidak berbohong, mengenal mana
yang benar dan mana yang salah, mengenal mana yang baik dan mana yang buruk,
mengenal mana yang perintah (diperbolehkan) dan mana yang dilarang (tidak
diperbolehkan). Sehingga nantinya anak dapat mengenal mana yang baik dan mana
yang buruk.
3. Tanggung jawab
Tanggung jawab diajarkan
pada anak saat berusia 7 tahun. Selain itu karakter-karakter lain yang dapat
diajarkan pada usia ini adalah tertib dan disiplin. Hal ini sesuai dengan
hadits Rasulullah yang memerintahkan orang tua untuk mengajarkan anak
menjalankan sholat pada usia tersebut. Dengan kata lain, mendidik anak untuk
melaksanakan sholat sama dengan mendidiknya agar bertanggung jawab, tertib dan
disiplin.
4. Kepedulian
Kepedulian diajarkan pada
anak saat berusia 9 sampai 10 tahun. Karakter-karakter yang ditanamkan terkait
dengan kepedulian ini adalah peduli terhadap orang lain, terutama teman-teman
sebaya, menghormati orang yang lebih tua, menyayangi yang lebih muda, menghormati
hak-hak orang lain, menolong orang lain, dan bekerja sama. Karakter-karakter
tersebut penting untuk diajarkan agar anak bisa bertanggung jawab kepada orang
lain selain bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri dan juga dapat
menumbuhkan nilai-nilai kepemimpinan.
5. Kemandirian
Kemandirian dapat
diajarkan pada anak sejak berusia 11 sampai 12 tahun. Kemandirian merupakan
karakter lanjutan dari karakter-karakter lain yang sebelumnya telah dimatangkan
dalam diri anak. Sehingga ketika anak dididik kemandirian, ia tidak hanya
mengenal mana yang baik dan mana yang buruk, namun juga dapat menerapkan dalam
kehidupannya dan dapat memahami konsekuensi apabila ia melanggar aturan.
6. Bermasyarakat
Setelah anak berusia 13
tahun keatas, anak dapat dididik bermasyarakat. Pada usia ini, anak dianggap
sudah siap memasuki kondisi kehidupan bermasyarakat, sehingga ia dapat bergaul
dengan bekal karakter-karakter yang sudah tertanam pada dirinya. Usia
selanjutnya, yang perlu dilakukan hanyalah menyempurnakan dan mengembangkan
karakter-karakter tersebut.
C.
Model
Pendidikan Karakter dalam Al-Qur’an
Menurut Dewi (2017 : 22) ada beberapa
model pendidikan akhlak dalam Al-Qur’an di antaranya adalah:
1. Model perintah, model perintah yang
terdapat dalam Al-Quran mengarahkan sikap dan tingkah laku manusia ke taraf
yang lebih baik. Atau dengan kata lain, konten pendidikan yang berhubungan
dengan perubahan individu banyak disampaikan dengan cara perintah. Meskipun
manusia memiliki kecenderungan untuk memilih, namun dengan metode perintah cenderung
mendorong manusia melakukan perintah, apalagi perintah-perintah itu juga
disertai dengan janji-janji yang menyenangkan.
2. Model larangan, dalam pembahasan masalah
akhlak, kalimat an-nahi
lebih bermakna mutlaq,
kontiniu, dan istimrar,
karena larangan yang disebutkan pada masalah akhlak adalah merupakan penjelasan
perkara-perkara buruk yang harus ditinggalkan. Bila larangan untuk mengerjakan
sesuatu bisa dimaknai perintah untuk amalan sebaliknya. Seperti larangan untuk
berdusta yang berarti perintah untuk berbuat jujur, larangan berbuat kasar dan
kekerasan berarti perintah untuk beramal dengan sifat kasif dan sayang, dan
seterusnya. Model pendidikan dengan larangan ini sangat penting diterapkan
dalam dunia pendidikan Islam karena dapat dilihat sebagai bentuk komunikasi
Allah kepada manusia. Model larangan
adalah bentuk pembatasan dan tidak memberikan kebebasan mutlak pada pelaku
pendidikan.
3. Model targhib
(motivasi), targhib menjadi model pendidikan yang memberi efek motivasi untuk
beramal dan mempercayai sesuatu yang dijanjikan. Misalnya tentang kematian.
Islam memberikan penjelasan yang sangat baik terkait tentang kematian, utamanya
melalui targhib. Islam memotivasi manusia untuk beriman dan beramal salehs erta
melakukan perbuatan-perbuatan baik lainnya, dengan didasari keimanan sebagai
modal untuk memasuki alam kematian. Melalui pendidikan yang memberi motivasi
degan janji-janji yang terdapat dalam nash,
maka sesuatu yang menakutkan bisa menjadi dirindukan dan diharapkan.
4. Model tarhib
(menakut-nakuti), dalam al-Qur’an tarhib adalah upaya menakut-nakuti manusia
agar menjauhi larangan dan meninggalkan suatu perbuatan. Semua tarhib yang
disampaikan Allah kepada manusia bersifat ancaman yang disampaikan dalam proses
mendidik manusia. Tarhib bukan hukuman. Tarhib berbeda dengan hukuman, Tarhib
adalah proses atau meode dalam menyampaikan hukuman dan tarhib itu sendiri ada
sebelum suatu peristiwa terjadi. Sedangkan hukuman adalah wujud ancaman yang
ada setelah peristiwa itu terjadi.
5. Model kisah, merupakan sarana yang mudah
untuk mendidik manusia. Model ini sangat banyak dijumpai dalam al-Qur’an. Kisah
yang diungkapkan dalam al-Qur’an ini mengiringi berbagai aspek pendidikan yang
dibutuhkan manusia, salah satu adalah aspek akhlak. Abdurrahman an-Nahlawy
berpendapat bahwa metode kisah yang terdapat dalam al-Qur’an mempunyai sisi
keistimewaan dalam proses pendidikan dan pembiasaan. Menurutnya, metode kisah
dalam al-Qur’an memberikan efek positif pada perubahan sikap dan perbaikan niat
atau motivasi.
6. Model dialog dan debat, pendidikan dan
pembinaan dalam al-Qur’an juga menggunakan model dialog dan debat dengan
berbagai variasi yang indah, sehingga pembaca menikmati keindahan tersebut.
Tidak sedikit dari para pembaca merasa ikut terlibat langsung dalam model
dialog-dialog yang ditampilkan al-Qur’an.
7. Model pembiasaan, ayat-ayat al-Qur’an yang
menekankan pentingnya pembiasaan bisa terlihat pada term ‘amilus shalihat. Term ini
diungkapkan al-Qur’an sebanyak 73 kali. Bisa diterjemahkan dengan kalimat
“mereka selalu melakukan amal kebaikan” atau “membiasakan beramal saleh”.
Jumlah term ‘amilus shalihat
yang banyak tersebut memperlihatkan pentingnya pembiasaan suatu amal kebaikan
dalam proses pendidikan karakter dalam Islam. Al-Qur’an memberi penghargaan
yang istimewa dalam bentuk berita gembira dan diiringi pujian Allah pada orang
yang beramal saleh.
8. Model qudwah
(teladan), merupakan aspek penting dalam proses pendidikan. Qudwah berasal dari
huruf ؤ-د-ق
yang berarti uswah (ikutan/teladan). Uswah disini dimaknai sebagai uswah hasanah dan uswah sayyi’ah. Dalam Islam
sering digunakan istilah qudwah hasanah
untuk menggambarkan keteladanan yang baik. Dalam model ini pendidik dituntut
memiliki kepribadian yang baik agar menjadi cermin bagi peserta didik. Contoh
model pendidikan qudwah yang paling berhasil adalah pendidikan Rasulullas SAW,
di mana pendidikan langsung berpusat pada diri beliau dengan menampilkan
keteladanan dalam berbagai aspek. Sebagaimana yang terdapat dalam QS al-Ahzab
ayat 21 :
لَّقَدۡ كَانَ لَكُمۡ فِي
رَسُولِ ٱللَّهِ أُسۡوَةٌ حَسَنَةٞ لِّمَن كَانَ يَرۡجُواْ ٱللَّهَ وَٱلۡيَوۡمَ ٱلۡأٓخِرَ
وَذَكَرَ ٱللَّهَ كَثِيرٗا ٢١
Artinya : Sesungguhnya telah ada
pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang
yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak
menyebut Allah.
BAB III PENUTUP
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Keluarga
adalah kesatuan unit terkecil di dalam masyarakat dan merupakan suatu lembaga
yang sangat penting dalam pembangunan dan perkembangan kualitas anak bangsa.
Sehingga pendidikan karakter anak yang pertama di dapat melalui keluarga. Untuk
membentuk karakter anak diperlukan syarat-syarat mendasar bagi terbentuknya
kepribadian yang baik seperti Maternal bonding, rasa aman, stimulasi dan
mental.
Adapun pengembangan karakter sebagai proses
yang tiada henti terbagi menjadi 4 tahapan yaitu, tahap pembentukan, tahap
pengembangan, tahap pemantapan dan tahap kebijakasanaan. Selain itu ada juga
beberapa tahap pendidikan karakter menurut islam seperti tauhid, adab, tanggung
jawab, kepedulian, kemandirian dan bermasyarakat.
Ada
beberapa model pendidikan dalam Al-Qur’an diantaranya model perintah, model
larangan, model motivasi, model menakut-nakuti, model kisah, model dialog dan
debat, model pembiasaan dan model teladan. Itulah model pendidikan akhlak atau
karaker yang terdapat di dalam Al-Qur’an.
DAFTAR PUSTAKA
Majid, Abdul dan Dian Andayani. 2012. Pendidikan Karakter
Perspektif Islam. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Sari, Purnama
Dewi. 2017. Jurnal Islamic Counseling. (Pendidikan Karakter
Berbasis Al-Qur’an:Stain Curup). Vol. 1 No. 1.