Powered By Blogger

Jumat, 23 Desember 2022

Teori Pemerolehan Bahasa pada AUD

 A.    Pengertian Teori Pemerolehan Bahasa

Bahasa merupakan alat komunikasi yang diperoleh manusia sejak lahir. Pada awal bayi dilahirkan belum memiliki kemampuan dalam berbicara dengan orang lain. Penguasaan sebuah bahasa oleh seorang anak dimulai dengan perolehan bahasa pertama yang sering kali disebut bahasa ibu. Pemerolehan bahasa merupakan sebuah proses yang sangat panjang sejak anak belum mengenal sebuah bahasa sampai fasih berbahasa.[1]

Pemerolehan bahasa didefinisikan sebagai proses penguasaan bahasa yang dilakukan oleh anak secara natural pada waktu dia belajar bahasa ibunya  (Dardjowidjojo, 2005: 225). Pemerolehan bahasa tersebut merupakan proses bawah sadar, atau proses mental yang mengarah pada kompetensi berbahasa dan penguasaan tata bahasa (Richard, 2002: 284).[2]

Chaer (2009) menyatakan bahwa pemerolehan bahasa atau akuisisi bahasa adalah proses yang berlangsung di dalam otak seorang kanak-kanak ketika dia memperoleh bahasa pertamanya atau bahasa ibunya. Woozley dalam jurnal internasional yang berjudul Second Language Acquisition and the Communicative Approach menyatakan bahwa, “learning a language was seen as a process of habit formation resulting from input and positive reinforcement of correct habits, negative reinforcement of mistakes. The learner was a blank canvas who learned a language as a set of habits through imitation. Mistakes were seen as unwanted interference from the habits acquired with the learner’s first language.” Artinya bahwa belajar bahasa merupakan proses pembentukan kebiasaan yang dihasilkan dari input dan kebiasaan penguatan positif dari yang benar dan penguatan negatif dari kesalahan.[3]

Jadi, dapat disimpulkan bahwa pemerolehan bahasa adalah proses yang berlangsung terhadap anak-anak yang belajar menguasai bahasa pertama atau bahasa ibu sedangkan pembelajaran bahasa berkenaan dengan pemerolehan bahasa kedua, dimana bahasa diajarkan secara formal kepada anak.

B.     Teori-teori Pemerolehan Bahasa

Teori pemerolehan bahasa pada anak meliputi teori behaviorisme, nativisme, kognitivisme, dan interaksionisme. 

1.      Teori Behaviorisme 

Kata behaviorisme berasal dari bahasa Inggris yaitu “behavior” artinya tingkah laku, reaksi total. Kemudian diberi akhiran isme menjadi behaviorisme yang berarti aliran dalam psikologi yang obyek penelitiannya adalah sesuatu yang dapat diindra yaitu perilaku yang tampak.[4] Teori behavioristik menekankan bahwa pemerolehan bahasa pada anak karena adanya pengajaran dari lingkungan sekitarnya.[5]

2.      Teori Nativisme

Menurut aliran ini, bahasa adalah sesuatu yang kompleks dan rumit sehingga mustahil dapat dikuasai dalam waktu yang singkat melalui “peniruan”. Nativisme juga percaya bahwa setiap manusia yang lahir sudah dibekali dengan suatu alat untuk memperoleh bahasa (language acquisition device, disingkat LAD). Mengenai bahasa apa yang akan diperoleh anak bergantung pada bahasa yang digunakan oleh masyarakat sekitar. Sebagai contoh, seorang anak yang dibesarkan di lingkungan Amerika sudah pasti bahasa Inggris menjadi bahasa pertamanya. Semua anak yang normal dapat belajar bahasa apa saja yang digunakan oleh masyarakat sekitar. Apabila diasingkan sejak lahir, anak ini tidak memperoleh bahasa.

3.      Teori Kognitivisme

Menurut teori kognitivisme, yang paling utama harus dicapai adalah perkembangan kognitif, barulah pengetahuan dapat keluar dalam bentuk keterampilan berbahasa. Menurut pandangan kognitif, penguasaan dan perkembangan bahasa anak ditentukan oleh daya kognitifnya. Lingkungan tdak serta merta memberikan pengaruhnya terhadap perkembangan intelektual dan bahasa anak, kalau si anak sendiri tidak melibatkan secara aktif dengan lingkungannya. Dengan kata lain, anaklah yang berperan aktif untuk terlibat dengan lingkungannya agar penguasaan bahasanya dapat berkembang secara optimal (W. et al. 2017). 

4.      Teori Interaksionisme

Teori interaksionisme beranggapan bahwa pemerolehan bahasa merupakan hasil interaksi antara kemampuan mental pembelajaran dan lingkungan bahasa. Pemerolehan bahasa itu berhubungan dengan adanya interaksi antara masukan “input” dan kemampuan internal yang dimiliki pembelajar. Setiap anak sudah memiliki LAD sejak lahir. Namun, tanpa ada masukan yang sesuai tidak mungkin anak dapat menguasai bahasa tertentu secara otomatis. Singkatnya teori ini menggabungkan antara teori nativisme dan kogintifisme. 

C.    Proses Pemerolehan Bahasa

1.      Vokalisasi Bunyi

Pada umur sekitar 6 minggu, bayi mulai mengeluarkan bunyi-bunyi dalam bentuk teriakan, rengekan, dekur. Bunyi yang dikeluarkan oleh bayi mirip dengan bunyi konsonan atau vokal. Setelah tahap vokalisasi, bayi mulai mengoceh (babling). Adapun umur si bayi mengoceh tak dapat ditentukan dengan pasti.  Mar’at  menyebutkan bahwa tahap ocehan ini terjadi pada usia antara 5 dan 6 bulan.

2.      Tahap Satu-Kata atau Holofrastis

Tahap ini berlangsung ketika anak berusia antara 12 dan 18 bulan. Ujaran-ujaran yang mengandung kata-kata tunggal diucapkan anak untuk mengacu pada benda-benda yang dijumpai sehari-hari. Menurut pendapat beberapa peneliti bahasa anak, kata-kata dalam tahap ini mempunyai tiga fungsi, yaitu kata-kata itu dihubungkan dengan perilaku anak itu sendiri atau suatu keinginan untuk suatu perilaku, untuk mengungkapkan suatu perasaan, untuk memberi nama kepada suatu benda. Dalam bentuknya, kata-kata yang diucapkan itu terdiri dari konsonan-konsonan yang mudah dilafalkan seperti m,p,s,k dan vokal-vokal seperti a,i,u,e.

3.      Tahap Dua-Kata, Satu Frase

Tahap ini berlangsung ketika anak berusia 18-20 bulan. Ujaran-ujaran yang terdiri atas dua kata mulai muncul seperti mama dan papa ikut. Kalau pada tahap holofrastis ujaran yang diucapkan si anak belum tentu dapat ditentukan makna, pada tahap dua kata ini, ujaran si anak harus ditafsirkan sesuai dengan konteksnya.

4.      Ujaran Telegrafis

Pada usia 2 dan 3 tahun, anak mulai menghasilkan ujaran kata-ganda (multiple-word utterances) atau disebut juga ujaran telegrafis. Pada usia dini dan seterusnya, seorang anak belajar secara bertahap dengan caranya sendiri. Ada teori yang mengatakan bahwa seorang anak dari usia dini belajar bahasa dengan cara menirukan


[1] Suci rani Fatmawati, “Pemerolehan Bahasa Pertama Anak Menurut Tinjauan Psikolinguistik”. Pemerolehan Bahasa Pertama anak. Vol. XVII No. Hal 64.

[2] Siti Salamah, “Studi Ringkas Pemerolehan Bahasa Pada Anak” (https://core.ac.uk/download/pdf/289909679.pdf Diakses pada 15 September 2020, 09:54).

[3] Meilan Arsanti. “Pemerolehan Bahasa pada Anak (kajian Psikolinguistik)”. Jurnal PBSI. Vol. 3 No.2. hal 25.

[4] Alam Budi Kusuma. “Pemerolehan Bahasa Pertama Sebagai Dasar Pembelajaran Bahasa Kedua (Kajian Psikolinguistik)”. (https://journal.staimsyk.ac.id/index.php/almanar/article/download/10/25 Diakses pada 2020 September 16, 20:17).

[5] Siti Salamah, “Studi Ringkas Pemerolehan Bahasa Pada Anak” (https://core.ac.uk/download/pdf/289909679.pdf Diakses pada 15 September 2020, 09:54).