A. Pengertian Wawancara Anak
Menurut
(Ishwara, 2005:85) pengertian dari wawancara sendiri adalah pertemuan tatap
muka. Wawancara melibatkan interaksi verbal antara dua orang atau lebih, tetapi
biasanya diprakarsai untuk suatu maksud khusus dan biasanya difokuskan pada
suatu masalah khusus. Dalam hal ini wawancara berbeda dari konversasi biasa
antar teman. Pewawancara harus berusaha menjaga agar subyeknya tidak beralih
dari masalah yang dibicarakan. Karena itu perlu ada control.[1]
Menurut
(Arisnunandar, 2013:1-2) Pengertian wawancara dalam KBBI yaitu percakapan
antara dua orang atau lebih yang berlangsung antara narasumber dan pewawancara.
Wawancara adalah proses komunikasi dengan pola percakapan yang dilakukan oleh
dua orang antara pewawancara dan yang diwawancarai untuk mencapai tujuan tertentu
disusun secara lisan maupun tulis yang kemudian akan dicetak ke media massa
(Koran, televise, majalah, dan radio). Dalam proses wawancara, si pewawancara
atau wartawan bersangkutan benar-benar harus meredam egonya, dan pada saat yang
sma harus melakukan pengendalian tersembunyi. Ini adalah sesuatu yang sulit.[2]
Menurut
esterberg dalam sugiyono (2015:72) wawancara adalah pertemuan yang dilakukan
oleh dua orang untuk bertukar informasi maupun suatu ide dengan cara tanya
jawab, sehingga dapat dikerucutkan menjadi sebuah kesimpulan atau makna dalam
topik tertentu.
B.
Tujuan Wawancara Anak
Dengan wawancara, guru dapat
menggali lebih jauh kondisi objektif anak dan mendapatkan informasi mengenai
pengetahuan anak terhadap sesuatu hal[3]. Selain itu wawancara
juga merupakan alat yang penting untuk mengambil data dalam sebuah penelitian.
Wawancara digunakan sebagai teknik pengmpulan data apabila penelitian melakukan
studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti dan apabila
peneliti ingin mengetahui hal dari responden secara lebih mendalam[4].
Menurut Goldenberg dalam (Bagaskorowati, 2007)
mengemukakan empat tujuan umum melakukan wawancara, yaitu sebagai berikut.
1. Memperoleh informasi tentang diri
individu atau anak mengenai topik yang ditanyakan.
2. Memberikan informasi sepanjang dianggap
perlu dan sesuai dengan tujuan wawancara.
3. Memeriksa kondisi psikologos atau
memberikan diagnosa.
4. Mempengaruhi, mengubah, memodifikasi
perilaku individu/anak.
Adapun tujuan wawancara menurut
Andayani (2002) yaitu untuk pengukuran psikologis dan pengumpulan data
penelitian kualitatif. Data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan tujuan
pengukuran psikologis akan diinterpretasikan dalam rangka mendapat pemahaman
tentang subjek dalam melakukan diagnosis permasalahan subjek dan usaha
mengatasi masalah tersebut. Wawancara dengan tujuan pengumpulan data penelitian
dilakukan untuk memperoleh informasi mengenai fenomena tertentu karena alat
ukur lain dianggap tidak mampu mengungkap secara mendalam informasi dari
responden.
Berdasar tujuan khusus dari
wawancara yang dikaitkan dengan upaya melakukan intervensi sosial menentukan
jenis wawancara, sehingga terdapat tiga bentuk wawancara ditinjau dari
tujuannya, yaitu sebagai berikut.[5]
1. Wawancara informasional, dengan tujuan semata-mata untuk
mengumpulkan informasi,
2. Wawancara diagnostik, dengan tujuan untuk menegakkan
diagnosa,
3. Wawancara terapiutik, dimana wawancara dilakukan sebagai
bagian dari proses penyembuhan pada diri individu seperti wawancara mendalam
pada proses konseling maupun psikoterapi.
C.
Teknik Wawancara Anak
Teknik percakapan adalah suatu
teknik pengumpulan data yang dapat dilakukan guru untuk mendapatkan informasi
tentang pengetahuan atau penalaran anak mengenai sesuatu hal dengan cara
melakukan percakapan langsung dengan anak maupun orang tua. Penilaian
percakapan terbagi dua, yaitu percakapan terstruktur dan percakapan tidak
terstruktur. Percakapan terstruktur dilakukan sengaja oleh guru dengan
menggunakan waktu dan pedoman khusus. Percakapan tidak terstruktur adalah
menilai percakapan anak tanpa dipersiapkan terlebih dahulu, misalnya
mengenalkan identitas diri, menceritakan kejadian yang ada disekitarnya dan
lain sebagainya[6].
Menurut Yus (2010) berikut ini
beberapa faktor yang perlu diperhatikan ketika melakukan penilaian yaitu
sebagai berikut.[7]
1. Guru, harus memiliki kemampuan atau
kompetensi untuk melaksanakan penilaian,
2. Anak memiliki berbagai kemampuan dan
potensi yang merupakan satu kesatuan,
3. Alat Penilaian, terdapat banyak alat
penilaian yang dapat digunakan saat menilai kemampuan anak, akan tetapi tidak
semua alat penilaian dapat digunakan untuk mengungkap semua dimensi
perkembangan anak,
4. Tempat dan waktu penilaian, penilaian
yang akan dilakukan harus disesuikan dengan kebutuhan penilaian, anak atau
peserta didik yang akan dinilai, dan rencana kegiatan pelaksanaan program yang
digunakan.
Mengamati suara dan pembicaraan
ketika melakukan wawancara, meliputi hal-hal sebagai berikut.
a. Intensitas (terlalu kuat atau terlalu
lirih, atau monoton);
b. Kecepatan berbicara (sangat pelan,
cepat, monoton, atau mengejutkan);
c. Tinggi rendahnya nada (tinggi, rendah,
atau monoton);
d. Kelancaran berbicara (ragu-ragu,
blocking);
e. Spontanitas (spontan atau hati-hati);
f.
Waktu
reaksi (pelan atau lambat);
g. Relevansi pembicaraan;
h. Gaya bicara (menggurui, formal, relaks,
atau terlalu santai);
i.
Variasi
bicara yang tampak (kata-kata baru, mengulang-ulang kata, gado-gado kata);
j.
Organisasi
bicara;
k. Perbendaharaan kata (terbatas, luas);
l.
Tata
bahasa (buruk, jelas);
m. Kualitas suara (serak, kasar, sengau);
n. Kelancaran (pengulangan, perbaikan,
kalimat tidak lengkap, suara-suara yang dipanjangkan, bicara patah-patah).
D.
Ruang Lingkup
Ruang lingkup mencakup
keseluruhan konteks dalam wawancara yang meliputi prosedur dan sasaran penjawab,
ditinjau dari prosedur dan sasaran penjawab, wawancara terbagi menjadi beberapa
bagian yaitu sebagai berikut.
1.
Menurut Prosedur
a.
Wawancara Terpimpin
Wawancara terpimpin adalah
wawancara yang menggunakan panduan pokok-pokok masalah yang diteliti. Wawancara
ini dilakukan oleh pewawancara dengan membawa sederetan pertanyaan lengkap dan
terperinci seperti yang dimaksud dalam wawancara terstruktur[8]. Wawancara terstruktur sendiri
adalah suatu bentuk wawancara dimana pewawancara menyusun secara terperinci dan
sistematis rencana atau pedoman pertanyaan menurut pola tertentu dengan
menggunakan format yang baku, pewawancara membacakan pertanyaan yang telah
disusun kemudian mencatat jawaban sumber informasi secara tepat, jadi wawancara
ini berisi sejumlah pertanyaan yang telah direncanakan sebelumnya, tiap
partisipan ditanyakan pertanyaan yang sama dengan urutan yang sama pula, jenis
ini menyerupai kuesioner survei tertulis. Pewawancara yang menggunakan
wawancara terpimpin akan terikat oleh suatu fungsi, pengumpul data yang
relevan, penelitian yang telah dipersiapkan, serta ada pedoman yang memimpin
jalannya tanya jawab. Dengan adanya pedoman atau panduan pokok-pokok masalah
yang akan diselidiki memudahkan dan melancarkan jalannya wawancara.
b.
Wawancara tidak terpimpin
Wawancara tidak terpimpin adalah
proses wawancara di mana pewawancara tidak sengaja mengarahkan tanya jawab pada
pokok-pokok persoalan dari fokus penelitian dengan orang yang diwawancarai
seperti yang dimaksud dalam wawancara tidak tersturktur. Wawancara tidak terstruktur
sendiri adalah wawancara yang bebas dimana pewawancara tidak menggunakan
pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk
pengumpulan datanya, jadi tidak ada pertanyaan yang ditetapkan sebelumnya[9]. Dalam banyak hal,
wawancara ini akan lebih mendekati pembicaraan bebas atau free talk, sehingga
menemukan kualitas wawancara.
c.
Wawancara bebas terpimpin
Wawancara bebas terpimpin
adalah kombinasi antara wawancara terpimpin dan wawancara tidak terpimpin yang artinya
pertanyaan yang dilontarkan tidak terpaku pada pedoman wawancara dan dapat
diperdalam maupun dikembangkan sesuai dengan situasi dan kondisi lapangan. Jadi
pewawancara hanya membuat pokok-pokok masalah yang akan diteliti, selanjutnya dalam
proses wawancara berlangsung mengikuti situasi[10].
2.
menurut sasaran penjawab
a.
Wawancara perseorangan
Wawancara perseorangan atau
individual adalah wawancara yang dilakukan dengan memberikan sederatan
pertanyaan sistematis kepada individu responden. Jenis wawancara ini terjadi
apabila proses tanya jawab tatap muka itu berlangsung secara langsung antara
pewawancara dengan yang diwawancarai. Dengan menggunakan metode ini, data yang
didapatkan akan lebih intensif.
b.
Wawancara kelompok
Jenis wawancara ini terjadi
apabila proses interview berlangsung sekaligus dua orang pewawancara atau lebih
menghadapi dua orang atau lebih yang diwawancarai. Wawancara kelompok juga akan
menjadi alat untuk mempermudah informasi yang luas dan lengkap tentang hubungan
sosial dan aksi reaksi pribadi dalam hubungan sosial.
E.
Wawancara Orang Tua
Orang
tua merupakan tokoh sentral dalam tahap perkembangan seorang anak yang berperan aktif terhadap
perkembangan anak terutama pada saat masih berada dibawah usia lima tahun atau
balita. Orang tua sebagai pendidik pertama dan utama dalam keluarga harus
menyadari untuk mengasuh anak secara baik dan sesuai dengan tahapan
perkembangan anak karena orang tua memiliki banyak kesempatan untuk berinteraksi dengan
anak-anaknya. Keluarga khususnya orang tua adalah wahana untuk mendidik,
mengasuh, dan mensosialisasikan anak, mengembangkan kemampuan anak agar dapat
menjalankan fungsinya dengan baik di masyarakat, serta memberikan kepuasan dan
lingkugan yang sehat guna tercapainya keluarga sejahtera [11].
Contoh hasil wawancara orang tua yaitu sebagai
berikut.
1.
Identitas
Subjek Wawancara
Nama : Ibu Rn
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 38 tahun
Pekerjaan : PNS
Alamat :
Ledok
lempong, Wonokerto, Turi, Sleman
2.
Pelaksanaan
Wawancara
Tempat : Rumah
Ibu Rn
Hari/Tanggal : Rabu, 23 Mei 2012
Waktu : 19.00-20.10 Wib
3.
Hasil
Wawancara
a.
Faktor apa yang membuat anda memasukkan anak
ke lembaga pendidikan anak usia dini (PAUD)?
Jawab: Untuk mencari pembelajaran lebih, karena dirumah monoton tidak ada
pengarahan disamping itu juga karena pekerjaan.
b.
Apakah anda sibuk dengan pekerjaan anda?
Jawab: Saya itu orang yang sibuk, pekerjaan saya sangat banyak kadang
saya itu sampai kurang dalam mengasih perhatian kepada anak. Dari pada anak
dirumah sendirian yang mending saya titipkan di PAUD.
c.
Apakah anda merasa senang anak anda masuk ke
lembaga pendidikan anak usia dini (PAUD)?
Jawab: Ya senang, kan anak malah bisa mendapat pendidikan lebih.
d.
Seberapa pentingkah menurut anda pendidikan
untuk anak?
Jawab: Penting banget, pendidikan merupakan bekal bagi anak dimasa
mendatang.
e.
Menurut anda perubahan apa yang terjadi
setelah anak anda masuk ke lembaga pendidikan anak usia dini (PAUD)?
Jawab:
Kedewasaan, kemandiriannya contohnya sekarang sudah bisa memakai baju sendiri.
F.
Wawancara Guru
Dalam proses belajar mengajar, guru adalah sosok paling
penting. Seperti dapat diartikan sebaga orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada
anak didiknya. Guru dihadapkan pada anak didik yang berbeda latar belakang dan
kecakapannya. Seorang guru harus mampu mengetahui cara yang harus dilakukan
agar bisa mempengaruhi keberhasilan dalam proses belajar mengajar, agar
dapat tercapainya tujuan dari pengajaran. Pada dasarnya cara yang dilakukan
guru untuk mempengaruhi keberhasilan proses belajar mengajar dapat dilihat dari
apa yang akan dikerjakan oleh seorang guru. Dari sini seorang guru harus
mempersiapkan diri dan memilih metode mengajar yang tepat, dan menerapkannya
dalam proses belajar mengajar yang akan menentukan kegiatan belajar anak didik.
Guru sebagai tenaga professional dibidang kependidikan,
setiap guru harus bisa mengetahui dan melaksanaan hal-hal yang bersifat teknis,
terutama kegiatan yang mampu melaksanakan interaksi kegiatan belajar mengajar.
Dunia pendidikan dahulu khususnya dalam proses pembelajaran lebih mengarah ke
seorang guru, dan siswa kurang aktif ataupun kurang dilatih untuk mengembangkan
pengetahuan yang diterima dari pembelajaran tersebut. Untuk bisa terjalin
sebuah interaksi dalam proses belajar mengajar tentu harus ada komunikasi yang
baik antara guru dan murid agar bisa tercapai tujuan belajar. Dalam pemilihan
metode atau cara mengajar guru harus memiliki “seni mengajar” disebut juga
dengan keahlian tersendiri yang dimilki guru.
Contoh hasil wawancara guru yaitu sebagai berikut.
1.
Identitas
Subjek Wawancara
Nama : Ana Setya Ningsih
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 30 tahun
Pendidikan : Strata 1
Guru : TK Islam Ar-Rahman
Jabatan : Pengelola Sekolah (Kepala Sekolah)
2.
Pelaksanaan
Wawancara
Tempat : Ruang kelas di TK Islam Ar-Rahman
Hari/Tanggal : Selasa, 16 Maret
2020
Waktu : 10.00-11.05 Wib
3.
Hasil
Wawancara
a.
Bagaimana
pandangan guru tentang pendidikan?
Jawab: Menurut Ibu Ana, pendidikan dizaman sekarang sudah sangat banyak perubahannya. Menurutnya perubahan yang terjadi sangat mendukung untuk pendidikan saat ini, karena banyak informasi yang bisa siswa dapatkan dari media pada saat ini. Contohnya seperti internet yang sekarang sangat marak digunakan dizaman ini. Dengan adanya internet, guru jadinya tidak terlalu sulit untuk menerangkan kepada siswa.
ANALISIS PERCAKAPAN WAWANCARA DI RA ANUGRAH (KABUPATEN SERUYAN) |
|||||
Wawancara dengan Guru |
Wawancara dengan Orangtua |
||||
Pewawancara |
: |
Assalamu’alaikum mohon maaf mengganggu
waktunya. Saya Norhikmah dari IAIN Palangka Raya Prodi PIAUD. Mohon ijin
bertanya terkait dengan wawancara dengan guru. Adakah kriteria pertanyaan
yang diajukan kepada guru berupa hasil atau bukti fisik terkait daftar
pertanyaan? Terima kasih |
Pewawancara |
: |
Mohon ijin bertanya lagi bu terkait dengan
wawancara dengan orangtua sendiri itu bagaimana bu di RA Anugrah? |
Guru RA
Anugrah |
: |
Untuk itu kami tidak ada hanya pertanyaan
spontan seperti pernah mengajar sebelumnya atau tidak dan melengkapi berkas
saja. |
Guru RA
Anugrah |
: |
Kalau di RA ini nggak ada kriteria
paling-paling kami hanya menanyakan usia saja dan melengkapi berkas syarat
siswa seperti itu. |
Pewawancara |
: |
Baik bu, terima kasih banyak bu. |
Pewawancara |
: |
Berati wawancara ini dilontarkan secara
spontan saja ya bu jadi tidak mencantumkan kriteria lansung untuk menjadi
bahan wawancara. Terima kasih banyak bu. |
ANALISIS PERCAKAPAN WAWANCARA DI KB TUNAS SERUYAN (KABUPATEN SERUYAN) |
|||||
Wawancara dengan Guru |
Wawancara dengan Orangtua |
||||
Pewawancara |
: |
Assalamu’alaikum mohon maaf mengganggu
waktunya. Saya Norhikmah dari IAIN Palangka Raya Prodi PIAUD. Mohon ijin
bertanya terkait dengan wawancara dengan guru. Adakah kriteria pertanyaan
yang diajukan kepada guru berupa hasil atau bukti fisik terkait daftar
pertanyaan? Terima kasih |
Pewawancara |
: |
Ijin bertanya lagi bu terkait dengan wawancara
dengan orangtua sendiri itu bagaimana bu di KB Tunas Seruyan? |
Kepala KB
Tunas Seruyan |
: |
Di KB kami biasanya hanya pertanyaan secara
spontan saja tidak ada wawancara yang khusus, kami hanya menanyakan
pengalaman belajar, usia dan melengkapi berkas-berkas saja. Penilaian guru
tentang data kecakapan murid tapi itu di Dapodik. Nanti Dapodik yang mengisi
kepala sekolah. |
Kepala
KB Tunas Seruyan |
: |
Kami biasanya hanya menanyakan tentang
pernah sekolah dimana (anak yang pindahan), menyerahkan fotocopy KK dan
lainnya terkait berkas anak. Di KB ini biasanya lebih spontan saja bisa saat
pembelajaran atau diluar pembelajaran itu sendiri. Seperti pemahaman anak
tentang pembelajaran dan lainnya. |
Pewawancara |
: |
Jadi untuk wawancara dengan guru itu
biasanya hanya spontan saja dan pelengkapan berkas-berkas. |
Pewawancara |
: |
Jadi beberapa kriteria wawancara ini
biasanya hanya dilakukan spontan saja namun, biasanya wawancara dengan
orangtua biasa dilakukan saat pembelajaran atau diluar pembelajaran juga bu.
Terima kasih banyak Ibu atas informasinya. |
ANALISIS PERCAKAPAN WAWANCARA DI TK ISLAM AL-AZHAR (KABUPATEN
KOBAR-PANGKALANBUN) |
|||||
Wawancara dengan Guru |
Wawancara dengan Orangtua |
||||
Pewawancara |
: |
Assalamu’alaikum mohon maaf mengganggu waktunya.
Saya Paridatul Hasanah dari IAIN Palangka Raya Prodi PIAUD. Mohon ijin
bertanya terkait dengan wawancara dengan guru. Adakah kriteria pertanyaan
yang diajukan kepada guru berupa hasil atau bukti fisik terkait daftar
pertanyaan? Terima kasih |
Pewawancara |
: |
Ijin bertanya lagi bu terkait dengan
wawancara dengan orangtua sendiri itu apakah ada wawancara sekolah bersama
orangtua tersebut? |
Kepala
TK Islam Al-Azhar |
: |
|
Kepala
TK Islam Al-Azhar |
: |
Selalu ada… Tapi biasanya setelah masuk atau awal dari perkenalan |
Pewawancara |
: |
|
Pewawancara |
: |
Apakah pertanyaan itu sudah disediakan oleh
pihak sekolah pada setiap orangtua terkait data siswa itu sendiri ataukah
secara spontan saja untuk wawancara ini? |
|
|
|
Kepala
TK Islam Al-Azhar |
|
Gak ada cuman lewat bincang-bincang
sebentar Biasanya…. 1.
Apakah kalian suka masuk
sekolah? 2.
Senang tidak ketika
kalian menginjakan kaki pertama kali bertemu teman dan guru-guru pendidik
yang ada disini ? 3.
Mengenalkan lingkungan
sekolah? Dominan lebih kepada anak-anak sih tujuannya
bukan kepada orang.tua Cuman itu aja sih yg biasa saya lakukan,
tpi biasanya beda-beda antar individu guru yg melakukan wawancara atas
anak-anak didiknya. |
|
|
|
Pewawancara |
: |
Oh jadi biasanya lebih ke anak itu sendiri
ya bu sedangkan biasanya dengan orangtua itu terkait berkas-berkas dan
lainnya saja. |
|
|
|
Kepala
TK Islam Al-Azhar |
|
Iya…berkas persyaratan itu biasanya. 1.
ktp ayah atau ibu anak 2.
kartu keluarga 3.
pas foto 4.
surat keterangan jika
diperlukan dari keluarga atau RT bagi anak yatim 5.
mengisi formulir
pendaftaran 6.
membayar atministrasi Untuk
poin 1-2 itu fotokopy aja |
ANALISIS PERCAKAPAN WAWANCARA DI TRI SUKSES BASARANG (BASARANG) |
|||||
Wawancara dengan Guru |
Wawancara dengan Orangtua |
||||
Pewawancara |
: |
Assalamu’alaikum mohon maaf mengganggu
waktunya. Saya Dwi Puspita dari IAIN Palangka Raya Prodi PIAUD. Mohon ijin
bertanya terkait dengan wawancara dengan guru. Adakah kriteria pertanyaan
yang diajukan kepada guru berupa hasil atau bukti fisik terkait daftar
pertanyaan? Terima kasih |
Pewawancara |
: |
|
Kepala
Tri Sukses Basarang |
: |
|
Kepala
Tri Sukses Basarang |
: |
|
Pewawancara |
: |
|
Pewawancara |
: |
|
|
|
|
Kepala
Tri Sukses Basarang |
|
|
|
|
|
Pewawancara |
: |
|
|
|
|
Kepala
Tri Sukses Basarang |
|
|
[1] Luwi Ishwara, Catatan-Catatan Jurnalisme Dasar (Jakarta:
PT Kompas Media Nusantara, 2005), hlm. 3
[2] Satrio Arismunandar, Teknik Wawancara Jurnalistik (Jakarta:
Universitas Indonesia, 2013), hlm. 7.
[3] Muhammad Habibu Rahman, “Teknik
Asesmen Observasi dan Percakapan Sebagai Upaya Pemantauan Perkembangan Bahasa
Anak di TK Pamardi Siwi Nanggulan Maguwoharjo SlemanYogyakarta”, Al-Athfaal: Jurnal Ilmiah Pendidikan Anak
Usia Dini Vol. 2 No. 2 (2019) 61-70 https://digilib.uns.ac.id/dokumen/download/162110/MTYyMTEw
[4] Ibid
[5] Riana Mashar, "Psikodiagnostik Permasalahan Anak
Usia Dini’, Vol. 1 No.1 http://journal.ummgl.ac.id/index.php/edukasi/article/download/626/406
[6] Suharni, ‘Manajemen Pendidikan Anak Usia Dini Pada
PAUD Bintang Rabbani Pekanbaru’, Jurnal
Ilmiah Potensia, 4.1 (2019), 1–5.
[7] Pendidikan Karakter, ‘Pentingnya Penilaian Pendidikan
Karakter Anak Usia Dini’, 1.3 (2018), 197–204
<https://doi.org/10.21070/picecrs.v1i3.1396>.
[8] Suharsimi Arikunto, manajemen Penelitian (Jakarta: Rineka
Cipta, 2010), hlm 132.
[9] Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung:
CV Alfabeta, 2009), hlm 74.
[10] Cholid Narbuko
dan Abu Ahmadi, Metodologi Penelitian
(Jakarta: Bumi Aksara, 1997), hlm 85.
[11] Ni Wayan Suarmini, “Keluarga Sebagai Wahana Pertama dan
Utama Pendidikan Karakter Anak”, Jurnal
Sosial Humaniora, Vol. 7, No. 1, (2014), hlm 128.