BAB II
1.
Pengertian
Akhlak
Pengertian akhlak dapat ditinjau dari
dua segi yaitu dari segi bahasa dan istilah. Menurut bahasa akhlak berasal dari
kata bahasa Arab yaitu jamak dari khilqun atau khuluqun yang artinya budi pekerti,
adat kebiasaan, perangai, muru’ah atau segala sesuatu yang sudah menjadi
tabi’at.[1]
Adapun secara istilah, ibn Miskawaih secara singkat mengatakan akhlak adalah
:”sifat yang tertanam dalam jiwa yang mendorong untuk melakukan perbuatan tanpa
memerlukan pemikiran dan pertimbangan”. Lebih luas lagi imam al-Ghazali
(1059-1111) mengungkapkan bahwa akhlak adalah:”sifat yang tertanam dalam jiwa
yang menimbulkan macam-macam perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa
memerlukan pemikiran dan pertimbangan”.[2]
Akhlak pada dasarnya mengajarkan
bagaimana seseorang seharusnya berhubungan dengan Tuhan Allah Penciptanya,
sekaligus bagaimana bagaimana seharusnya hubungan seseorang dengan sesama
manusia.Inti ajaran akhlak adalah niat kuat untuk erbuat atau tidak berbuat
sesuatu sesuai denga ridha Allah.[3]
Berdasarkan beberapa definisi akhlak,
maka terdapat 5 (lima) ciri dalam perbuatan akhlak:
a.
Perbuatan
akhlak adalah perbuatan yang telah tertanam kuat dalam jiwa seseorang, sehingga
telah menjadi kepribadiannya.
b.
Perbuatan
akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan mudah dan tanpa pemikiran.
c.
Perbuatan
akhlak adalah perbuatan yang timbul dari dalam diri orang yang mengerjakannya,
tanpa ada paksaan atau tekatann dari luar.
d.
Perbuatan
akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan sesungguhnya, bukan main-main
atau karena bersandiwara.
e.
Perbuatan
akhlak (khusus akhlak yang baik) adalah perbuatan yang dilakukan karena ikhlas
semata-mata karena Allah, bukan karena ingin dipuji orang atau karena ingin
mendapatkan sesuatu pujian.[4]
Secara garis besar akhlak dapat
dikelompokkan menjadi akhlak terpuji (mahmudah) dan akhlak tercela (mazmumah).
Adapun akhlak terpuji dalam Alquran yang harus dimiliki adalah: jujur,
disenangi, pemaaf, manis muka, kebaikan, tekun sambil menundukkan diri,
menghormati tamu, suka memberi maaf, malu kalau diri tercela, menahan diri dari
perbuatan maksiat,menghukum secara adil, menganggap bersaudara, berbuat baik,
memelihara kesucian diri, berbudi tinggi, bersih, belas kasih, pemurah, kesentosaan,
beramal shalih, sabar, jujur, berani, bertolong-tolongan, merendahkan diri
kepada Allah SWT, merendahkan diri depan manusia, merasa cukup dan berjiwa
kuat. Sedangkan akhlak tercela dalam al-qur’an yang harus dijauhi adalah:
egoistis, lacur, kikir, berdusta, minum khamar, khianat, aniaya, pengecut, dosa
besar, pemarah, mengicuh (menipu sukatan), mengumpat, merasa tidak perlu pada
yang lain, memperdayakan, kehidupan dunia, dengki, dendam, berbuat kerusakan,
menjerumuskan diri, berlebih-lebihan, takabbur, dusta, mengingkari nikmathomo
seksual, penipuan, mengadu domba, membunuh, memakan riba, mencari muka (riya),
berolok-olok, mencuri, pengikut hawa nafsu, menyia-nyiakan dan melebih-lebihkan
gelaran.[5]
B.
Pengertian
Pendidikan Akhlak
Pendidikan
akhlak adalah salah pendidikan yang wajib diberikan kepada anak dari sejak usia
dini. Hal ini dikarenakan pada usia tersebut anak masih suci dan bersih dan
belum terkontaminasi dengan berbagai peragai buruk. Oleh karena itu, sebagai
pendidik dan orang tua perlu mengajarkan dan mencontohkan perbuatan-perbuatan
yang mulia yang sesuai dengan ajaran al-quran dan hadits Nabi Muhammad SAW.
Ada
beberapa perkara yang menguatkan pendidikan akhlak dan meninggikannya, yaitu:
a.
Meluaskan
lingkungan fikiran, karena fikiran yang sempit merupakan sumber beberapa
keburukan dan akal yang kacau balau tidak dapat membuahkan akhlak yang tinggi.
b.
Berkawan
dengan orang yang terpilih, hal ini dikarenakan manusia itu suka mencontoh.
c.
Membaca
dan menyelidiki perjalanan para pahlawandan yang berfikiran luar biasa.
d.
Yang
lebih penting memberi dorongan kepada pendidikan akhlah ialah supaya orang
mewajibkan dirinya melakukan perbuatan baik bagi umum (lebih mengutamakan
kepentingan umum).
e.
Berusaha
melakukan kebiasaan dengan perbuatan yang baik.[6]
Menurut Mohd. Athiyah al-Abrasyi
pendidikan budi pekerti adalah jiwa dari pendidikan islam, dan islam telah
menyimpulkan bahwa pendidikan budi pekerti dan akhlak adalah jiwa pendidikan
islam. Mencapai suatu akhlak yang sempurna adalah tujuan yang sebenarnya dari
pendidikan. Pendidikan islam meupakan sarana yang mengantarkan anaka didik agar
menjadi orang yang berakhlak. Dengan demikian pelaksanaan pendidikan akhlak
memerlukan dukungan orang tua di rumah, guru di sekolah, dan pimpinan serta
tokoh masyarakat di lingkungan.[7]
Anak yang memperoleh pendidikan
akhlak yang baik tidak hanya merasakan kebaikan di dunia saja tetapi juga
sebagai penyelamat dirinya di akhirat nanti.Dengan demikian pendidikan akhlak
merupakan kegiatan yang tidak boleh ditunda karena berhubungan dengan seluruh
dimensi kehidupan manusia. Kegiatan ini memerlukan keseriusan dan kerja sama
seluruh elemen dan pakar pendidikan akhlak. Dilain sisi, para pendidik juga
hrus komitmen dalam mengawasi anak asuhnya denga penuh rasa tanggung jawab dan
tidak melalaikan tanggung jawab tersebut.Adapun hal yang dapat dilakukan adalah
dengan menerapkan metode-metode hasil temuan apara pakar pendidikan akhlak.[8]
Pendidikan
akhlak bertujuan untuk membentuk prilaku dan kepribadian anak didik menjadi
lebih baik dan sesuai dengan ajaran agama. Hal ini sejalan dengan misi
Rasulullah SAW. dalam hadistnya yang diriwayatkan oleh Ahmad yang artinya:
”Bahwasanya aku diutus (Allah) untuk menyempurnakan keluhuran budi pekerti.
(HR. Ahmad). Karena dengan memiliki generasi yang berakhlak mulia kehidupan
akan selamat dunia dan akhirat.
Amirul
mukminin as mengatakan “seandainyapun kita tidak mengharapkan surga, tidak
takut kepada panasnya api neraka, tidak mengharapkan pahala dan tidak merasa
terancam dengan siksaannya, maka kita tetap harus memiliki akhlak yang mulia
karena itu sangat membahagiakan”.[9]
Pendidikan
akhlak yang baik juga dapat menyempurnakan iman seseorang seperti yang tertuang
dalam hadist Rasulullah saw. yang diriwayatkan oleh Turmudzi yang berbunyi:
“orang mukmin yang paling sempurna keimanannya adalah orang sempurna budi
pekertinya”. (HR. Turmudzi).
Tujuan
pendidikan akhlak diberikan kepada anak supaya dapat membersihkan diri dari
perbuatan dosa dan maksiat.Karena sebagai manusia yang memiliki jasmani dan
rohani, maka jasmani dibersihkansecara lahiriah melalui fikih sedangkan rohani
dibersihkan secara bathiniah melalui akhlak.[10]
Orang yang memiliki batin yang bersih akan melahirkan perbuatan yang terpuji
sehingga dengan perbuatan terpuji maka akan melahirkan masyarakat yang saling
menghargai dan hidup rukun serta bahagia dunia dan akhirat.
Akhlak
diajarkan kepada anak juga betujuan agar anak mengetahui hal-hal yang baik yang
dianjurkan untuk dilakukan dalam menajalakan hidup dan mengetahui perbuatan
yang tercela serta bahayanya yang akan merugikan bagi kehidupan anak. Dengan
demikian anak akan mampu memilah hal yang mana yang boleh dilakukan dan yang
man yang harus ditinggalkan atau dijauhi untuk kehidupan yang lebih baik.Secara
singkat tujuan pendidikan akhlah adalah mendidik budi pekerti dan pembentukan
jiwa anak melalui pelajaran akhlak baik yang dilakukan di sekolah maupun di
lingkungan keluarga.
D.
Ruang
Lingkup Pendidikan Akhlak
Ahmad
Amin (dalam Abuddin Nata) mengatakan bahwa ruang lingkup pendidikan akhlak
adalah perbuatan – perbuatan manusia yang selanjutnya perbuatan itu ditentukan
baik atau buruk.[11] Akan
tetapi perbuatan yang dilakukan karena tidak sengaja atau khilaf maka tidak
dikatakan perbuatan akhlak, karena perbuatan tersebut dilakukan bukan karena
dasar pilihan. Hal ini berlandaskan pada sabda Rasulullah SAW.yang artinya
“bahwasanya Allah memaafkanku dan umatku yang berbuat salah, lupa dan dipaksa”.
(HR. Ibn Majah dari Abi Zar).
Sebagai
muslim, akhlak yang diajarkan kepada anak adalah akhlak islami yang menggunakan
tolak ukur ketentuan Alla SWT. Adapun yang menjadi ruang lingkup akhlak islami
adalah:
1.
Akhlak
terhadap Allah, yaitu sikap atau perbuatan yang seharusnya dilakukan oleh manusia
sebagai ciptaan Allah. Ada 4 (empat) alas an mengapa manusia perlu berakhlak
kepada Allah, yaitu:
a.
karena
Allah-lah yang telah menciptakan manusia;
b.
karena
Allah-lah yang telah memberikan perlengkapan pancaindera, berupa pendengaran, penglihatan, akal pikiran dan
hati sanubari, di samping anggota badan yang sempurna kepada manusia;
c.
karena
Allah-lah yang telah menyediakan berbagai bahan dan sarana yang diperlukan bagi
kelangsungan hidup manusia; dan
d.
Allah-lah
yang telah memuliakan manusia dengan diberikannya kemampuan menguasai daratan
dan lautan.
2.
Akhlak
terhadap sesama manusia, yaitu sikap atau pebuatan dan larangan yang harus
dihindari dalam berhubungan dengan sesama manusiayang sesuai dengan norma
agama, norma hokum dan norma adat. Bagi umat islam semua larangan dan anjuran
tentang hubungan sesama manusia terdapat di dalam Alquran dan hadist sebagai
podoman hidup.
3.
Akhlak
terhadap lingkungan, lingkungan yang dimaksud adalah segala sesuatu yang ada di
sekitar manusia baik binatang, tumbuh-tumbuhan dan benda mati. Manusia harus
mempunyai interaksi yang baik terhadap alam atau lingkungannya sehingga manusia
harus mampu menghormati proses-proses yang sedang berjalan pada makhluk
lainnya. Hal ini menuntut manusia bertanggung jawab sehingga tidak melakukan
perusakan terhadap lingkungan.[12]
E.
Pendidikan
Akhlak Pada Anak Usia Dini
1.
Pengertian
Akhlak
Istilah
Akhlak memiliki kesepadaan arti dengan beberapa istilah seperti moral, etika,
dan budi pekerti.
a.
Moral
Kata “moral” berasal dari
bahasa Latin mores, kata jamak dari mos yang berarti kebiasaan. Dalam kamus
Umum Bahasa Indonesia dikatakan bahwa moral adalah baik buruk perbuatan dan
kelakuan. Dalam bahasa Indonesia diterjemahkan dengan arti susila.
Franz Magnis Suseno
mengatakan bahwa norma-norma moral adalah tolak ukur untuk menentukan benar
salahnya sikap dan tindakan manusia dilihat dari segi baik dan buruknya sebagai manusia dan bukan sebagai
pelaku peran tertentu dan terbatas.
Moral merupakan istilah
yang digunakan untuk memberikan batasan terhadap aktivitas manusia yang dinilai
atau hukum baik atau buruk, benar atau salah, Dalam kehidupan sehari-hari
dikatakan bahwa orang yang mempunyai tingkah laku yang baik disebut orang yang
bermoral, begitu pula sebaliknya.
b.
Etika
Selain akhlak , juga
lazim dipergunakan istilah etika, perkataan ini berasal dari bahasa Yunani
“ethos” yang berarti adat kebiasaan. Dalam Kamus Unun Bahasa Indonesia, etika
diarikan sebagai pengetahuan tentang asas-asas akhlak (moral). Secara termilogi
etika berarti:
1)
Menurut
Hamzah Ya’kub, “ etika adalah ilmu yang menyelidiki mana yang baik dan mana
yang buruk dengan memperhatikan amal perbuatan manusia sejauh yang dapat
diketahui oleh akal pikiran”.
2)
Menurut
Ahmad Amin, “etika ialah ilmu yang menjelaskan arti baik dan buruk, menerangkan
apa yang harus dilakukan oleh manusia kepada yang lainnya. Menyatakan tujuan
yang harus ditunjukan oleh manusia dalam perbuatan mereka dan menunjukkan jalan
untuk melakukan apa yang harus diperbuat.
Dari
pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa etika merupakan cabang filsafat
yang merupakan ilmu pengetahuan yang memberikan penjelasan mengenai baik buruk,
serta menunjukkan nilai atau norma perbuatan manusia, etika adalah teori atau
kaidah tentang tingkah laku manusia dipandang dari nilai baik dan buruk, sejauh
yang dapat ditentukan oleh akal manusia, dengan kata lain etika adalah aturan
atau tingkah pola laku yang dihasilkan oleh akah manusia.
c.
Budi
Pekerti
Kata budi merupakan kata
yang berasal dari bahasa sansekerta yang berarti “yang sadar” yang menyadarkan
atau “alat kesadaran” Dan kata “pekerti” yang berarti kelakuan”. Budi adalah
apa yang ada pada manusia yang berhubungan dengan kesadaran yang didorong oleh
pemikiran rasio yang disebut krakter. Sedangkan pekerti adalah apa yang
terlihat pada manusia karena didorong oleh pemikiran yang disebut behavior.
Jadi budi pekerti
merupakan perpaduan dari hasil rasio dan rasa yang bermanfestasi pada karsadan
tingkah laku manusia. Persamaan ketiganya adalah bahwa semuanya menentukan
nilai baik dan buruk sikap dan perbuatan, yaitu membicarakan kebaikan dan
keburukan sikap dan perbuatan, Bagi akhlak standarnya adalah al-Qur’an dan
as-sunnah, bagi etika standarnya adalah pertimbangan akal pikiran, dan bagi
moral standarnya adalah adat kebiasaan yang umum berlaku di masyarakat.
Isilah akhlak yang
mempunyai kesepadaan arti dengan beberapaistilah sperti moral, etika, dan budi
pekerti, Secara etimologi, akhlak dapat diartikan budi pekerti, watak dan
tabi’at, kata “akhlak” berasal dari bahasa arab, jamak dari khuluqan
Yang menurut lughat
diartikan, budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabi’at. Sedangkan
pengertian akhlak menurut para ahi adalah:
1)
Menurut
Imam Al- Ghazali
Akhlak adalah suatu sifat
yang tatanan dalam jiwa sesorang yang timbul dari sifat itu timbul perbuatan
yang mudah tanpa memerlukan pertimbangan pikiran terlebih dahulu.
2)
Menurut
Elizabeth B. Hurlock
Tingkah laku
bisadikatakan sebagi moralitas yang sebernay itu bukan hanya sesuai dengan
standar masyarakat tetapi juga dilaksanakan dengan suka rela
Tingkah laku itu terjadi
melalui transisi dari kekuatan yang da di luar diri ke dalam diri dan ada ketetapan
hati dalam melakukan bertndak yang diatur dari dalam diri.
Abudi Nta mengartikan
bahwa akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan mendalam dan tanpa
pemikiran. Namun perbuatan itu telah mendarah daging dan melekat dalam jiwa,
sehingga saat melakukan perbuatan tidak lagi memerlukan pertmbangan dan
pemikiran.
Akhlak juga menjelaskan
tentang arti baik dan buruk, menerangkan sgala tingkah laku yang harus
dilaksnakan oleh sebagian manusia kepada manusia lainnya. Kepada Tuhannya,
lingkungan sekitar serta menjelaskan tujuan yang hendak dicapai oleh manusia
dalam perbuatan dan menunjukkan jalan yang harus dibuat. Akhlak adalah suatu
sikap atau kehendak manusia disertai dengan niat yang tentram dalam jiwa
berlandaskan al-Qur’an dan al-Hadits, yang dari padanya timbul
perbuatan-perbuatan atau kebiasaan secara mudah tanpa memerukan pertimbangan
terlebuh dahulu.
F.
Metode
Pendidikan Akhlak pada AUD
Untuk mencapai suatu
tujuan yang ingin dicapai maka diperlukan suatu metode atau cara. Demikian
halnya dalam menanamkan pendidikan akhlak agar dapat berhasil Sebagaimana yang
diharapkan, harus melalui beberapa metode.
Ada beberapa metode
pendidikan akhlak seperti yang ditulisoleh Chabib Thoha dalam bukunya
Metodologi Pengajaran Agama. Namun dalam pendidikan anak-anak yang cocok untuk
mereka anatra lain:
1.
Metode
pembiasaan ini sangat penting untuk diterapkan dalam pembentukan akhlak, karena
itu pembiasaan baik sekali bila dilakukan sejak usia dini. Untuk terbiasa hidup
teratur, disiplin , tolong menolon sesame manusia dalam kehidupan sehari-hari.
Contoh pembiasaan alat terhadap anak antara lain: dalam hal peribadatan sperti
sholat, puasa, zakat, haji perlu dibiasakan atau diakan latihan.
2.
Metode
Keteladanan A-Qur’an telah melandaskan pentingnya keteladan dalam pendidikan
akhlak.
(Q.S. al Ahzab:21) artinya
sesunggunya telah ada pada diri Rasul itu suri tauladan yang baik…
Akhlak yang baik itu bisa diperoleh karena
mengambil contoh atau meniru orang yang dekat dengannya. Bila diajarkan utuk
bergaul dengan orang-orang yang berbudi tinggi.
Seorang guru itu menjadi
panutan bagi murid-muridnya. Harus bersikap lemah lembut dalam tutur kata,
kasih sayang, murah senyum dan menghiasi dri dengan tingkah laku yang sesuai
dengan tugas yang diembannya.
3.
Metode
kisah atau cerita Anak suka mendengarkan cerita-cerita atau kisah-kisah yang
diberikan oleh gurunya.Kisah-kisah yang mengandung nilai-nilai akhlak banyak
dikemukakan dalam ajaran islam antara lain kisah nabi-nabi dan umat mereka
masing-masing.Kisah mempunyai kedudukan dan mempunyai peranan yang besar dalam
dalam kehidupan manusia, agama islam memakai ajarannya dibidang akhlak,
keimanan dll.
G.
Cara
mengajarkan Akhlak kepada PAUD
1.
Menjaga
ciptaan Allah adalah kewajiban manusia, Anak diajari untuk bersih-bersih rumah.
Contoh: mengepel, menyapu rumah. Ini adalah contoh yang baik yang diajarkan
oleh orang tua.
2.
Menjaga
alam sekitar sangatlah penting karena kebersihan adalah sebagian dari iman.
Bukan hanya kebersihan didalam rumah saja tetapi juga kebersihan alam sekitar.
Contoh: membuang sampah pada tempatnya selalu bergotong-royong dalam hal
kebersihan.
3.
Merawat
hewan peliharaan dan membersihkan hewan juga termasuk dalam kebersihan. Apabila anak sudah terbiasa menjaga dan
merawat lingkungan di rumah pasti mereka bisa menjaga dan merawat ciptaan
Allah.
4.
Cara
mempercayai dengan sepenuh hati bahwa Allah benar-benar ada dan dapat
mendekatkan diri pada Allah melalui ibadah sholat, bersikap jujur kepada semua
orang, anak diajarkan untuk mengikuti pengajian, selalu membantu terhadap
sesama tanpa mengharapkan imbalan, anak dibiasakan agar tidak mengeluh apabila
diterpa musibah, selalu mensyukuri apa saja yang telah diberikan oleh orang tua
dan anak dibiaskan untuk memiliki sifat sabar apabila terkena musibah.
5.
Cara
mengajarkan anak untuk menyambung silahturahmi dengan tetangga, saudar atau
yang lainnya agar hubungan silahturahmi tetap terjalin dengan baik, selalu
mengajarkan anak berprasangka baik epada orang lain, sellu mengajarkan anak
tidak sombong dan saling membantu dengan orang yang saling membutuhkan.
BAB III
Pendidikan
Akhlak adalah bimbingan, asuhan dan pertolongan dari orang dewasa untuk membawa
anak didik ke tingkat kedewasaan yang mampu membiasakan diri dengan sifat-sifat
yang terpuji dan menghindari sifat-sifat yang tercela. Dasar pendidikan akhlak
dalam agama Islam bersumber pada Al-Qur’an dan As-Sunnah. Al-Qur’an sendiri
sebagai dasar utama dalam Agama Islam telah memberikan petunjuk pada jalan
kebenaran, mengarahkan kepada pencapaian kebahagiaan di dunia dan akhirat.
Dalam
pendidikan akhlak mulia terdapat ruang lingkup akhlak kepada Allah, manusia dan
lingkungan. Penerapan metode pendidikan akhlak mulia dalam pendidikan Islam
adalah dengan keteladanan, nasihat, dan pembiasaan.
Penulis
ingin memberikan saran kepada orang-orang yang berkaitan dengan permasalahan
ini, yaitu:
1. Orang tua
Orang tua dalam menanamkan nilai-nilai
akhlak kepada anak diharapkan mampu untuk bersikap tegas. Agar anak mampu untuk
melaksanakan nila-nilai akhlak dengan baik. Nilai-nilai akhlak ini dapat
dijadikan bekal dan pedoman bagi anak untuk kehidupannya.
2. Anak
Anak diharapkan mampu melaksanakn
nilai-nilai akhlka yang telah ditanamkan oleh orang tua.Nilai-nilai akhlak ini
harus dilaksankan dalam kehidupan sehari-hari pada anak, Sehingga anak memiliki
nilai-nilai akhlak yang baik dalam kehidupannya.
DAFTAR
PUSTAKA
Ibrahim
Amini, Agar Tak Salah Mendidik, Jakarta: Al-Huda, 2006.
Masnur
Muslich, Pendidikan Karakter Menjawab Tantangan Krisis Multidimensional,
Jakarta: Bumi Asara, 2011.
Muhammad
Muhyidin, Mengajar Anak Berakhlak Al-Qur’an,
Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008.
Riana
Mashar, Emosi Anak Usia Dini dan Strategi Pengembangannya, Jakarta:
Kencana, 2011.
Sutirna,
Perkembangan & Pertumbuhan Peserta Didik, Yogyakarta: Andi Offset,
2013.
Sutarjo
Adisusilo, Pembelajaran Nilai – Karakter
Konstruktivisme dan VCT Sebagai Inovasi Pendekatan Pembelajaran Afektif,
Jakarta: Raja Grafindi Persada, 2012.
[1] Prof. Dr.
H. Abuddin Nata, M.A,Akhlak Tasauf, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2008),
h.
2
[2] Prof. Dr. H. Abuddin Nata,
M.A,Akhlak…, h. 3
[3]
SutarjoAdisusilo, J.R., Pembelajaran Nilai Karakter Konstruktivisme dan VCT
Sebagai
Inovasi
Pendekatan Pembelajaran Afektif, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2013), h. 55
[4] Prof. Dr. H. Abuddin Nata,
M.A, Akhlak…, h. 4-6
[5] Dr. Damanhuri, M.
Ag., Kawasan Studi Akhlak, (Banda Aceh: Arraniry Press, 2012), h.
159
- 195
[6] Prof. Dr. Ahmadamin, Etika
(Ilmu akhlak), (Jakarta: Bulan Bintang, 1975), h. 63 - 66
[7] Prof. Dr. H. Abuddin Nata,
M.A, Akhlak…, h. 37 - 38
[8] Ibrahim Amini, Agar Tak
salah Mendidik, (Jakarta: al-huda, 2006), h. 230
[9] Ibrahim Amini, Agar Tak
salah …, h. 228 - 229
[10] Ibrahim Amini, Agar Tak
salah …, h. 14
[11] Prof. Dr. H. Abuddin Nata,
M.A, Akhlak…, h.9
[12] Prof. Dr. H. Abuddin Nata, M.A, Akhlak..., h. 149-152