Powered By Blogger

Kamis, 22 Desember 2022

Pendidikan Akhlak pada Anak Usia Dini

 

BAB II

PEMBAHASAN

A.           Pendidikan Akhlak

1.        Pengertian Akhlak

Pengertian akhlak dapat ditinjau dari dua segi yaitu dari segi bahasa dan istilah. Menurut bahasa akhlak berasal dari kata bahasa Arab yaitu jamak dari khilqun atau khuluqun yang artinya budi pekerti, adat kebiasaan, perangai, muru’ah atau segala sesuatu yang sudah menjadi tabi’at.[1] Adapun secara istilah, ibn Miskawaih secara singkat mengatakan akhlak adalah :”sifat yang tertanam dalam jiwa yang mendorong untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan”. Lebih luas lagi imam al-Ghazali (1059-1111) mengungkapkan bahwa akhlak adalah:”sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan macam-macam perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan”.[2]

Akhlak pada dasarnya mengajarkan bagaimana seseorang seharusnya berhubungan dengan Tuhan Allah Penciptanya, sekaligus bagaimana bagaimana seharusnya hubungan seseorang dengan sesama manusia.Inti ajaran akhlak adalah niat kuat untuk erbuat atau tidak berbuat sesuatu sesuai denga ridha Allah.[3]

Berdasarkan beberapa definisi akhlak, maka terdapat 5 (lima) ciri dalam perbuatan akhlak:

a.         Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang telah tertanam kuat dalam jiwa seseorang, sehingga telah menjadi kepribadiannya.

b.        Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan mudah dan tanpa pemikiran.

c.         Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang timbul dari dalam diri orang yang mengerjakannya, tanpa ada paksaan atau tekatann dari luar.

d.        Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan sesungguhnya, bukan main-main atau karena bersandiwara.

e.         Perbuatan akhlak (khusus akhlak yang baik) adalah perbuatan yang dilakukan karena ikhlas semata-mata karena Allah, bukan karena ingin dipuji orang atau karena ingin mendapatkan sesuatu pujian.[4]

Secara garis besar akhlak dapat dikelompokkan menjadi akhlak terpuji (mahmudah) dan akhlak tercela (mazmumah). Adapun akhlak terpuji dalam Alquran yang harus dimiliki adalah: jujur, disenangi, pemaaf, manis muka, kebaikan, tekun sambil menundukkan diri, menghormati tamu, suka memberi maaf, malu kalau diri tercela, menahan diri dari perbuatan maksiat,menghukum secara adil, menganggap bersaudara, berbuat baik, memelihara kesucian diri, berbudi tinggi, bersih, belas kasih, pemurah, kesentosaan, beramal shalih, sabar, jujur, berani, bertolong-tolongan, merendahkan diri kepada Allah SWT, merendahkan diri depan manusia, merasa cukup dan berjiwa kuat. Sedangkan akhlak tercela dalam al-qur’an yang harus dijauhi adalah: egoistis, lacur, kikir, berdusta, minum khamar, khianat, aniaya, pengecut, dosa besar, pemarah, mengicuh (menipu sukatan), mengumpat, merasa tidak perlu pada yang lain, memperdayakan, kehidupan dunia, dengki, dendam, berbuat kerusakan, menjerumuskan diri, berlebih-lebihan, takabbur, dusta, mengingkari nikmathomo seksual, penipuan, mengadu domba, membunuh, memakan riba, mencari muka (riya), berolok-olok, mencuri, pengikut hawa nafsu, menyia-nyiakan dan melebih-lebihkan gelaran.[5]

B.            Pengertian Pendidikan Akhlak

Pendidikan akhlak adalah salah pendidikan yang wajib diberikan kepada anak dari sejak usia dini. Hal ini dikarenakan pada usia tersebut anak masih suci dan bersih dan belum terkontaminasi dengan berbagai peragai buruk. Oleh karena itu, sebagai pendidik dan orang tua perlu mengajarkan dan mencontohkan perbuatan-perbuatan yang mulia yang sesuai dengan ajaran al-quran dan hadits Nabi Muhammad SAW.

Ada beberapa perkara yang menguatkan pendidikan akhlak dan meninggikannya, yaitu:

a.         Meluaskan lingkungan fikiran, karena fikiran yang sempit merupakan sumber beberapa keburukan dan akal yang kacau balau tidak dapat membuahkan akhlak yang tinggi.

b.         Berkawan dengan orang yang terpilih, hal ini dikarenakan manusia itu suka mencontoh.

c.         Membaca dan menyelidiki perjalanan para pahlawandan yang berfikiran luar biasa.

d.         Yang lebih penting memberi dorongan kepada pendidikan akhlah ialah supaya orang mewajibkan dirinya melakukan perbuatan baik bagi umum (lebih mengutamakan kepentingan umum).

e.         Berusaha melakukan kebiasaan dengan perbuatan yang baik.[6]

Menurut Mohd. Athiyah al-Abrasyi pendidikan budi pekerti adalah jiwa dari pendidikan islam, dan islam telah menyimpulkan bahwa pendidikan budi pekerti dan akhlak adalah jiwa pendidikan islam. Mencapai suatu akhlak yang sempurna adalah tujuan yang sebenarnya dari pendidikan. Pendidikan islam meupakan sarana yang mengantarkan anaka didik agar menjadi orang yang berakhlak. Dengan demikian pelaksanaan pendidikan akhlak memerlukan dukungan orang tua di rumah, guru di sekolah, dan pimpinan serta tokoh masyarakat di lingkungan.[7]

Anak yang memperoleh pendidikan akhlak yang baik tidak hanya merasakan kebaikan di dunia saja tetapi juga sebagai penyelamat dirinya di akhirat nanti.Dengan demikian pendidikan akhlak merupakan kegiatan yang tidak boleh ditunda karena berhubungan dengan seluruh dimensi kehidupan manusia. Kegiatan ini memerlukan keseriusan dan kerja sama seluruh elemen dan pakar pendidikan akhlak. Dilain sisi, para pendidik juga hrus komitmen dalam mengawasi anak asuhnya denga penuh rasa tanggung jawab dan tidak melalaikan tanggung jawab tersebut.Adapun hal yang dapat dilakukan adalah dengan menerapkan metode-metode hasil temuan apara pakar pendidikan akhlak.[8]

C.           Tujuan Pendidikan Akhlak

Pendidikan akhlak bertujuan untuk membentuk prilaku dan kepribadian anak didik menjadi lebih baik dan sesuai dengan ajaran agama. Hal ini sejalan dengan misi Rasulullah SAW. dalam hadistnya yang diriwayatkan oleh Ahmad yang artinya: ”Bahwasanya aku diutus (Allah) untuk menyempurnakan keluhuran budi pekerti. (HR. Ahmad). Karena dengan memiliki generasi yang berakhlak mulia kehidupan akan selamat dunia dan akhirat.

Amirul mukminin as mengatakan “seandainyapun kita tidak mengharapkan surga, tidak takut kepada panasnya api neraka, tidak mengharapkan pahala dan tidak merasa terancam dengan siksaannya, maka kita tetap harus memiliki akhlak yang mulia karena itu sangat membahagiakan”.[9]

Pendidikan akhlak yang baik juga dapat menyempurnakan iman seseorang seperti yang tertuang dalam hadist Rasulullah saw. yang diriwayatkan oleh Turmudzi yang berbunyi: “orang mukmin yang paling sempurna keimanannya adalah orang sempurna budi pekertinya”. (HR. Turmudzi).

Tujuan pendidikan akhlak diberikan kepada anak supaya dapat membersihkan diri dari perbuatan dosa dan maksiat.Karena sebagai manusia yang memiliki jasmani dan rohani, maka jasmani dibersihkansecara lahiriah melalui fikih sedangkan rohani dibersihkan secara bathiniah melalui akhlak.[10] Orang yang memiliki batin yang bersih akan melahirkan perbuatan yang terpuji sehingga dengan perbuatan terpuji maka akan melahirkan masyarakat yang saling menghargai dan hidup rukun serta bahagia dunia dan akhirat.

Akhlak diajarkan kepada anak juga betujuan agar anak mengetahui hal-hal yang baik yang dianjurkan untuk dilakukan dalam menajalakan hidup dan mengetahui perbuatan yang tercela serta bahayanya yang akan merugikan bagi kehidupan anak. Dengan demikian anak akan mampu memilah hal yang mana yang boleh dilakukan dan yang man yang harus ditinggalkan atau dijauhi untuk kehidupan yang lebih baik.Secara singkat tujuan pendidikan akhlah adalah mendidik budi pekerti dan pembentukan jiwa anak melalui pelajaran akhlak baik yang dilakukan di sekolah maupun di lingkungan keluarga.

D.           Ruang Lingkup Pendidikan Akhlak

Ahmad Amin (dalam Abuddin Nata) mengatakan bahwa ruang lingkup pendidikan akhlak adalah perbuatan – perbuatan manusia yang selanjutnya perbuatan itu ditentukan baik atau buruk.[11] Akan tetapi perbuatan yang dilakukan karena tidak sengaja atau khilaf maka tidak dikatakan perbuatan akhlak, karena perbuatan tersebut dilakukan bukan karena dasar pilihan. Hal ini berlandaskan pada sabda Rasulullah SAW.yang artinya “bahwasanya Allah memaafkanku dan umatku yang berbuat salah, lupa dan dipaksa”. (HR. Ibn Majah dari Abi Zar).

Sebagai muslim, akhlak yang diajarkan kepada anak adalah akhlak islami yang menggunakan tolak ukur ketentuan Alla SWT. Adapun yang menjadi ruang lingkup akhlak islami adalah:

1.        Akhlak terhadap Allah, yaitu sikap atau perbuatan yang seharusnya dilakukan oleh manusia sebagai ciptaan Allah. Ada 4 (empat) alas an mengapa manusia perlu berakhlak kepada Allah, yaitu:

a.         karena Allah-lah yang telah menciptakan manusia;

b.         karena Allah-lah yang telah memberikan perlengkapan pancaindera, berupa  pendengaran, penglihatan, akal pikiran dan hati sanubari, di samping anggota badan yang sempurna kepada manusia;

c.         karena Allah-lah yang telah menyediakan berbagai bahan dan sarana yang diperlukan bagi kelangsungan hidup manusia; dan

d.         Allah-lah yang telah memuliakan manusia dengan diberikannya kemampuan menguasai daratan dan lautan.

2.        Akhlak terhadap sesama manusia, yaitu sikap atau pebuatan dan larangan yang harus dihindari dalam berhubungan dengan sesama manusiayang sesuai dengan norma agama, norma hokum dan norma adat. Bagi umat islam semua larangan dan anjuran tentang hubungan sesama manusia terdapat di dalam Alquran dan hadist sebagai podoman hidup.

3.        Akhlak terhadap lingkungan, lingkungan yang dimaksud adalah segala sesuatu yang ada di sekitar manusia baik binatang, tumbuh-tumbuhan dan benda mati. Manusia harus mempunyai interaksi yang baik terhadap alam atau lingkungannya sehingga manusia harus mampu menghormati proses-proses yang sedang berjalan pada makhluk lainnya. Hal ini menuntut manusia bertanggung jawab sehingga tidak melakukan perusakan terhadap lingkungan.[12]

E.            Pendidikan Akhlak Pada Anak Usia Dini

1.        Pengertian Akhlak

Istilah Akhlak memiliki kesepadaan arti dengan beberapa istilah seperti moral, etika, dan budi pekerti.

a.         Moral

Kata “moral” berasal dari bahasa Latin mores, kata jamak dari mos yang berarti kebiasaan. Dalam kamus Umum Bahasa Indonesia dikatakan bahwa moral adalah baik buruk perbuatan dan kelakuan. Dalam bahasa Indonesia diterjemahkan dengan arti susila.

Franz Magnis Suseno mengatakan bahwa norma-norma moral adalah tolak ukur untuk menentukan benar salahnya sikap dan tindakan manusia dilihat dari segi baik dan  buruknya sebagai manusia dan bukan sebagai pelaku peran tertentu dan terbatas.

Moral merupakan istilah yang digunakan untuk memberikan batasan terhadap aktivitas manusia yang dinilai atau hukum baik atau buruk, benar atau salah, Dalam kehidupan sehari-hari dikatakan bahwa orang yang mempunyai tingkah laku yang baik disebut orang yang bermoral, begitu pula sebaliknya.

b.         Etika

Selain akhlak , juga lazim dipergunakan istilah etika, perkataan ini berasal dari bahasa Yunani “ethos” yang berarti adat kebiasaan. Dalam Kamus Unun Bahasa Indonesia, etika diarikan sebagai pengetahuan tentang asas-asas akhlak (moral). Secara termilogi etika berarti:

1)        Menurut Hamzah Ya’kub, “ etika adalah ilmu yang menyelidiki mana yang baik dan mana yang buruk dengan memperhatikan amal perbuatan manusia sejauh yang dapat diketahui oleh akal pikiran”.

2)        Menurut Ahmad Amin, “etika ialah ilmu yang menjelaskan arti baik dan buruk, menerangkan apa yang harus dilakukan oleh manusia kepada yang lainnya. Menyatakan tujuan yang harus ditunjukan oleh manusia dalam perbuatan mereka dan menunjukkan jalan untuk melakukan apa yang harus diperbuat.

Dari pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa etika merupakan cabang filsafat yang merupakan ilmu pengetahuan yang memberikan penjelasan mengenai baik buruk, serta menunjukkan nilai atau norma perbuatan manusia, etika adalah teori atau kaidah tentang tingkah laku manusia dipandang dari nilai baik dan buruk, sejauh yang dapat ditentukan oleh akal manusia, dengan kata lain etika adalah aturan atau tingkah pola laku yang dihasilkan oleh akah manusia.

c.         Budi Pekerti

Kata budi merupakan kata yang berasal dari bahasa sansekerta yang berarti “yang sadar” yang menyadarkan atau “alat kesadaran” Dan kata “pekerti” yang berarti kelakuan”. Budi adalah apa yang ada pada manusia yang berhubungan dengan kesadaran yang didorong oleh pemikiran rasio yang disebut krakter. Sedangkan pekerti adalah apa yang terlihat pada manusia karena didorong oleh pemikiran yang disebut behavior.

Jadi budi pekerti merupakan perpaduan dari hasil rasio dan rasa yang bermanfestasi pada karsadan tingkah laku manusia. Persamaan ketiganya adalah bahwa semuanya menentukan nilai baik dan buruk sikap dan perbuatan, yaitu membicarakan kebaikan dan keburukan sikap dan perbuatan, Bagi akhlak standarnya adalah al-Qur’an dan as-sunnah, bagi etika standarnya adalah pertimbangan akal pikiran, dan bagi moral standarnya adalah adat kebiasaan yang umum berlaku di masyarakat.

Isilah akhlak yang mempunyai kesepadaan arti dengan beberapaistilah sperti moral, etika, dan budi pekerti, Secara etimologi, akhlak dapat diartikan budi pekerti, watak dan tabi’at, kata “akhlak” berasal dari bahasa arab, jamak dari khuluqan

Yang menurut lughat diartikan, budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabi’at. Sedangkan pengertian akhlak menurut para ahi adalah:

1)        Menurut Imam Al- Ghazali

Akhlak adalah suatu sifat yang tatanan dalam jiwa sesorang yang timbul dari sifat itu timbul perbuatan yang mudah tanpa memerlukan pertimbangan pikiran terlebih dahulu.

2)        Menurut Elizabeth B. Hurlock

Tingkah laku bisadikatakan sebagi moralitas yang sebernay itu bukan hanya sesuai dengan standar masyarakat tetapi juga dilaksanakan dengan suka rela

Tingkah laku itu terjadi melalui transisi dari kekuatan yang da di luar diri ke dalam diri dan ada ketetapan hati dalam melakukan bertndak yang diatur dari dalam diri.

Abudi Nta mengartikan bahwa akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan mendalam dan tanpa pemikiran. Namun perbuatan itu telah mendarah daging dan melekat dalam jiwa, sehingga saat melakukan perbuatan tidak lagi memerlukan pertmbangan dan pemikiran.

Akhlak juga menjelaskan tentang arti baik dan buruk, menerangkan sgala tingkah laku yang harus dilaksnakan oleh sebagian manusia kepada manusia lainnya. Kepada Tuhannya, lingkungan sekitar serta menjelaskan tujuan yang hendak dicapai oleh manusia dalam perbuatan dan menunjukkan jalan yang harus dibuat. Akhlak adalah suatu sikap atau kehendak manusia disertai dengan niat yang tentram dalam jiwa berlandaskan al-Qur’an dan al-Hadits, yang dari padanya timbul perbuatan-perbuatan atau kebiasaan secara mudah tanpa memerukan pertimbangan terlebuh dahulu.

 

F.            Metode Pendidikan Akhlak pada AUD

Untuk mencapai suatu tujuan yang ingin dicapai maka diperlukan suatu metode atau cara. Demikian halnya dalam menanamkan pendidikan akhlak agar dapat berhasil Sebagaimana yang diharapkan, harus melalui beberapa metode.

Ada beberapa metode pendidikan akhlak seperti yang ditulisoleh Chabib Thoha dalam bukunya Metodologi Pengajaran Agama. Namun dalam pendidikan anak-anak yang cocok untuk mereka anatra lain:

1.        Metode pembiasaan ini sangat penting untuk diterapkan dalam pembentukan akhlak, karena itu pembiasaan baik sekali bila dilakukan sejak usia dini. Untuk terbiasa hidup teratur, disiplin , tolong menolon sesame manusia dalam kehidupan sehari-hari. Contoh pembiasaan alat terhadap anak antara lain: dalam hal peribadatan sperti sholat, puasa, zakat, haji perlu dibiasakan atau diakan latihan.

2.        Metode Keteladanan A-Qur’an telah melandaskan pentingnya keteladan dalam pendidikan akhlak.

(Q.S. al Ahzab:21) artinya sesunggunya telah ada pada diri Rasul itu suri tauladan yang baik…

Akhlak yang baik itu bisa diperoleh karena mengambil contoh atau meniru orang yang dekat dengannya. Bila diajarkan utuk bergaul dengan orang-orang yang berbudi tinggi.

Seorang guru itu menjadi panutan bagi murid-muridnya. Harus bersikap lemah lembut dalam tutur kata, kasih sayang, murah senyum dan menghiasi dri dengan tingkah laku yang sesuai dengan tugas yang diembannya.

3.        Metode kisah atau cerita Anak suka mendengarkan cerita-cerita atau kisah-kisah yang diberikan oleh gurunya.Kisah-kisah yang mengandung nilai-nilai akhlak banyak dikemukakan dalam ajaran islam antara lain kisah nabi-nabi dan umat mereka masing-masing.Kisah mempunyai kedudukan dan mempunyai peranan yang besar dalam dalam kehidupan manusia, agama islam memakai ajarannya dibidang akhlak, keimanan dll.

G.           Cara mengajarkan Akhlak kepada PAUD

1.        Menjaga ciptaan Allah adalah kewajiban manusia, Anak diajari untuk bersih-bersih rumah. Contoh: mengepel, menyapu rumah. Ini adalah contoh yang baik yang diajarkan oleh orang tua.

2.        Menjaga alam sekitar sangatlah penting karena kebersihan adalah sebagian dari iman. Bukan hanya kebersihan didalam rumah saja tetapi juga kebersihan alam sekitar. Contoh: membuang sampah pada tempatnya selalu bergotong-royong dalam hal kebersihan.

3.        Merawat hewan peliharaan dan membersihkan hewan juga termasuk dalam kebersihan.  Apabila anak sudah terbiasa menjaga dan merawat lingkungan di rumah pasti mereka bisa menjaga dan merawat ciptaan Allah.

4.        Cara mempercayai dengan sepenuh hati bahwa Allah benar-benar ada dan dapat mendekatkan diri pada Allah melalui ibadah sholat, bersikap jujur kepada semua orang, anak diajarkan untuk mengikuti pengajian, selalu membantu terhadap sesama tanpa mengharapkan imbalan, anak dibiasakan agar tidak mengeluh apabila diterpa musibah, selalu mensyukuri apa saja yang telah diberikan oleh orang tua dan anak dibiaskan untuk memiliki sifat sabar apabila terkena musibah.

5.        Cara mengajarkan anak untuk menyambung silahturahmi dengan tetangga, saudar atau yang lainnya agar hubungan silahturahmi tetap terjalin dengan baik, selalu mengajarkan anak berprasangka baik epada orang lain, sellu mengajarkan anak tidak sombong dan saling membantu dengan orang yang saling membutuhkan.

 

 

BAB III

PENUTUP

A.           Kesimpulan

 Pendidikan Akhlak adalah bimbingan, asuhan dan pertolongan dari orang dewasa untuk membawa anak didik ke tingkat kedewasaan yang mampu membiasakan diri dengan sifat-sifat yang terpuji dan menghindari sifat-sifat yang tercela. Dasar pendidikan akhlak dalam agama Islam bersumber pada Al-Qur’an dan As-Sunnah. Al-Qur’an sendiri sebagai dasar utama dalam Agama Islam telah memberikan petunjuk pada jalan kebenaran, mengarahkan kepada pencapaian kebahagiaan di dunia dan akhirat.

Dalam pendidikan akhlak mulia terdapat ruang lingkup akhlak kepada Allah, manusia dan lingkungan. Penerapan metode pendidikan akhlak mulia dalam pendidikan Islam adalah dengan keteladanan, nasihat, dan pembiasaan.

B.            Saran

Penulis ingin memberikan saran kepada orang-orang yang berkaitan dengan permasalahan ini, yaitu:

1.      Orang tua

Orang tua dalam menanamkan nilai-nilai akhlak kepada anak diharapkan mampu untuk bersikap tegas. Agar anak mampu untuk melaksanakan nila-nilai akhlak dengan baik. Nilai-nilai akhlak ini dapat dijadikan bekal dan pedoman bagi anak untuk kehidupannya.

2.      Anak

Anak diharapkan mampu melaksanakn nilai-nilai akhlka yang telah ditanamkan oleh orang tua.Nilai-nilai akhlak ini harus dilaksankan dalam kehidupan sehari-hari pada anak, Sehingga anak memiliki nilai-nilai akhlak yang baik dalam kehidupannya.

 

 

DAFTAR PUSTAKA

Ibrahim Amini, Agar Tak Salah Mendidik, Jakarta: Al-Huda, 2006.

Masnur Muslich, Pendidikan Karakter Menjawab Tantangan Krisis Multidimensional, Jakarta: Bumi Asara, 2011.

Muhammad Muhyidin, Mengajar Anak Berakhlak Al-Qur’an, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008.

Riana Mashar, Emosi Anak Usia Dini dan Strategi Pengembangannya, Jakarta: Kencana, 2011.

Sutirna, Perkembangan & Pertumbuhan Peserta Didik, Yogyakarta: Andi Offset, 2013.

Sutarjo Adisusilo, Pembelajaran Nilai Karakter Konstruktivisme dan VCT Sebagai Inovasi Pendekatan Pembelajaran Afektif, Jakarta: Raja Grafindi Persada, 2012.



[1] Prof. Dr. H. Abuddin Nata, M.A,Akhlak Tasauf, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008),

h. 2

[2] Prof. Dr. H. Abuddin Nata, M.A,Akhlak…, h. 3

[3] SutarjoAdisusilo, J.R., Pembelajaran Nilai Karakter Konstruktivisme dan VCT Sebagai

Inovasi Pendekatan Pembelajaran Afektif, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2013), h. 55

[4] Prof. Dr. H. Abuddin Nata, M.A, Akhlak…, h. 4-6

[5] Dr. Damanhuri, M. Ag., Kawasan Studi Akhlak, (Banda Aceh: Arraniry Press, 2012), h.

159 - 195

[6] Prof. Dr. Ahmadamin, Etika (Ilmu akhlak), (Jakarta: Bulan Bintang, 1975), h. 63 - 66

[7] Prof. Dr. H. Abuddin Nata, M.A, Akhlak…, h. 37 - 38

[8] Ibrahim Amini, Agar Tak salah Mendidik, (Jakarta: al-huda, 2006), h. 230

[9] Ibrahim Amini, Agar Tak salah …, h. 228 - 229

[10] Ibrahim Amini, Agar Tak salah …, h. 14

[11] Prof. Dr. H. Abuddin Nata, M.A, Akhlak…, h.9

[12] Prof. Dr. H. Abuddin Nata, M.A, Akhlak..., h. 149-152